Semua oleh-oleh itu adalah pemberian dari saudara-saudara ibuku. Semua tersimpan dalam dua dus berukuran besar, dan sepertinya akulah yang akan kecipratan membawa salah satu dari dus itu.
Langkah membawaku kembali ke depan rumah. Lagi-lagi kunyalakan rokok untuk mengusir kesedihanku. Kuhempaskan lagi asapnya ke udara, untuk kemudian kubiarkan lagi ia menggelung-gelung. Tak lama, pikiranku dihujam oleh apa-apa yang kulakukan di desa ini seminggu terakhir.Â
Aku ingat, saat memetik kelapa di kebun, bermain di kali, sampai mengunjungi rumah saudara di atas bukit. Semua hal itu, menjadi candu untuk kulakukan lagi dan lagi. Sepertinya, aku ingin suatu hari tinggal lama di desa ini, sekedar untuk menenangkan hati.
Pukul 11.00, pamanku datang menjemput kami. Ia datang dengan mobil yang sama yang menjemput kami Minggu lalu. Sesaat setelah mengecek bawaan, memastikan apakah ada barang yang tertinggal, kami pun masuk ke dalam mobil, diiringi dengan para saudara yang melepas kepergian kami dengan haru. Kurasakan getaran sedih yang meluap ketika aku menatap masing-masing wajah mereka yang tersenyum. Sampai akhirnya mobil melaju, dan aku pun resmi meninggalkan rumah penuh kenangan itu.
***
Perjalanan dimulai. Mobil melaju di jalanan desa yang kurang mulus. Tubuhku sekeluarga dibuat berguncang karenanya. Sesaat setelah mobil melaju di jalanan besar, bersama itulah kemudian perasaanku terkoyak. Hatiku lebur. Terbang bersama kesedihan yang membaur. Entah kapan aku akan kembali lagi. Sepertinya berada di kampung halaman, sudah menjadi candu yang tak mungkin bisa kusudahi.
Aku duduk di kursi pojok bagian tengah. Mataku melayang ke luar jendela. Pikiranku menghambur di antara hamparan sawah luas, perkebunan, hingga ke pegunungan tinggi menjulang. Ada begitu banyak panorama yang menakjubkan yang bisa kunikmati selama di perjalanan. Aku sungguh terbuai sesaat oleh keindahan alam yang begitu mengagumkan.
Dua jam berlalu. Kami akhirnya tiba di halaman parkir stasiun Purwokerto. Terkesan lama, namun sebanding dengan lokasi desaku yang berada di kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah. Aku dan keluarga turun untuk kemudian bergerak menuju ke bagasi belakang. Kukeluarkan semua bawaan berupa tas-tas dan dua dus oleh-oleh. Tak lama paman pamit, dan mobilnya hilang dari pandangan.