Mohon tunggu...
Deana Kharisma
Deana Kharisma Mohon Tunggu... Mahasiswa - Daydreamer

Daydreamer yang punya hobi membaca dan menulis, juga berpuisi.

Selanjutnya

Tutup

Love

Selingkuh atau Tidak, itu Pilihan!

21 Februari 2021   11:16 Diperbarui: 21 Februari 2021   11:25 614
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada seorang perempuan single yang jatuh cinta pada suami orang lain. Nah, baik perempuan single dan lelaki beristri ini kemudian saling memberikan umpan balik. Apa yang akan terjadi? Bisa jadi ada  perselingkuhan, bisa jadi tidak. Perempuan single ini dapat memilih, ia akan meneruskan hubungan dengan lelaki beristri itu, atau menolaknya. Pun juga dengan lelaki itu. Mereka sebenarnya punya pilihan untuk tidak melakukan perselingkuhan, meski ada kesempatan.

Semuanya bergantung kepada pilihan  masing-masing.

Nah, kalo udah selingkuh, siapa dong yang salah? Akan muncul opini dari warganet,  pelakornya nih gatel, pembinornya nih genit, dan sebagainya. 

Yang salah jelas keduanya. Yang berselingkuh bukan hanya pelakornya ya, tapi juga lelaki beristri itu. Kita tidak bisa melimpahkan kesalahan hanya pada satu pihak, ketika mereka berselingkuh pasti karena sama sama mau. Jadi kita tidak bisa  hanya menyudutkan satu pihak, karena mereka berdua sama sama pelaku perselingkuhan.

Tapi kan mereka saling mencinta. Masa gak boleh sih mereka saling cinta?

Oh tentu boleh. Kalau sesuai dengan norma dan aturan yang ada. Juga dengan saling menjaga. Manusia yang sudah dewasa seyogyanya tahu mana hal yang baik untuk mereka lakukan. Pun bagi yang beragama Islam, poligami jelas diperbolehkan dengan ketentuan tertentu yang sudah diatur agama dan negara. Gak main nikah-nikah aja. 

Ada lagi nih yang menanggung konsekuensi dari perselingkuhan selain suami, istri, dan pelakor atau pembinor. Yaitu anak. Kalo suami atau istri selingkuh, dan mereka sudah punya anak, tentu anak yang jadi korban paling menderita. Kalau saya boleh bilang,  berselingkuh sama saja menghancurkan mental anak. Apalagi kalau mereka menyaksikan langsung perselingkuhan orang tuanya. (Kalau bahasa saya sih, dosa nya bundle package 😂.) Dosa mendzolimi pasangan, dosa menyakiti anak. Inget ya pak, buk, kalo mau selingkuh ada anak yang perlu kalian jaga mentalnya.

Jadi intinya, selingkuh atau tidak itu pilihan. Setiap orang punya kesempatan untuk selingkuh. Tapi pilihan untuk tidak selingkuh juga mengiringi kesempatan itu. Selingkuh bukan hanya salah 'orang luar' saja, karena pelaku perselingkuhan itu ada dua, sudah tentu pasangan yang berselingkuh itu juga sama salah nya. Kita tidak bisa hanya menyalahkan satu pihak. Yang terakhir, selalu ingat anak anak. Yang jadi korban paling menderita karena perselingkuhan itu sebenarnya adalah anak anak. Perselingkuhan bisa menyebabkan trauma mendalam, juga mempengaruhi ketidak stabilan mental mereka kelak ketika dewasa. Parahnya, banyak justru anak yang malah meniru perilaku orang tuanya yang peselingkuh. 

Tidak ada yang salah dengan jatuh cinta. Tapi cinta yang benar-benar berasal dari Tuhan, tidak akan menyakiti orang lain. Kita selalu punya pilihan untuk setia. Kita juga punya pilihan untuk tidak mengambil kebahagiaan orang lain. Kita selalu punya pilihan.

Sekian dari saya yaa.. semoga tulisan saya ini bermanfaat. Mohon maaf jika terdapat diksi yang kurang tepat ataupun kurang berkenan🙏

Terimakasih..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun