Demand yang semakin tinggi dalam penggunaan transportasi udara ini menyebabkan perusahaan harus selalu berinovasi dan menjadikan prosedur penerbangan menjadi lebih efektif dan efisien. Karena itu, penerapan RAISA mengambil peranan penting dalam hal tersebut. Di masa sekarang, penerapan tersebut sudah dilakukan dalam banyak aspek, dalam melakukan booking, check-in, bahkan pembayaran.
Dengan teknologi yang semakin canggih, penggunaan transportasi udara semakin mudah. Sekarang, semua bisa diakses melalui handphone. Untuk memesan tiket pesawat, mencari jadwal yang kosong, mencari harga yang pas untuk budget yang dimiliki hanya perlu dilihat melalui website atau aplikasi seperti, tiket.com, traveloka, agoda, pegi - pegi, dan lainnya. Di aplikasi tersebut sudah tertera maskapai yang diinginkan, harga tiket, kapasitas yang bisa dibeli, sampai jadwal keberangkatan.
Berbeda dari sebelumnya, transaksi pembayaran juga bisa dilakukan dengan mudah. Banyak pilihan yang bisa dipakai untuk melakukan pembayaran seperti m-banking, transfer bank, e-wallet, bahkan dengan menggunakan pay later. Banyaknya metode yang bisa dilakukan, sangat mempersingkat waktu dan juga sangat efisien untuk para customer. Apabila kendala terjadi, semua bisa teratasi dengan e-mail, customer service, dan juga virtual assistant yang ada di website dari platform yang sudah disebutkan sebelumnya.
Membawa hasil fotokopi pembayaran untuk melakukan check-in pun sekarang sudah tidak terlalu diberlakukan. Hal ini dikarenakan customer sudah bisa melakukan self check-in dimana tidak perlu dibantu oleh petugas untuk melakukan check-in. Hal yang perlu dilakukan hanya siapkan handphone yang berisikan file pembelian tiket maka sudah bisa melakukan check-in. Dengan membuat semuanya menjadi praktis, akan semakin efisien dan juga menghemat waktu.
Permasalahan di Industri Transportasi
Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa penerapan RAISA sangat membantu kegiatan operasional dalam sebuah perusahaan transportasi udara sehingga kegiatan berjalan secara efektif dan efisien. Namun, peranan RAISA dalam perusahaan transportasi udara juga dapat menimbulkan beberapa masalah. Beberapa masalah yang dapat timbul adalah seiring berkembangnya teknologi, sejumlah pekerjaan yang sebelumnya menggunakan tenaga manusia akhirnya diganti dengan mesin dan menghilangkan lapangan pekerjaan untuk Sumber Daya Manusia.Â
Contohnya adalah pekerjaan operator telepon, telemarketer atau resepsionis. Dengan semakin canggihnya teknologi pengenalan suara, akan semakin mudah bagi perusahaan untuk  menggantikan peran manusia dalam pekerjaan operator dan telemarketer sehingga pekerjaan resepsionis dapat menghilang. Lalu contoh pekerjaan yang mungkin akan hilang lain nya adalah porter. Porter di negara maju seperti Korea Selatan dan Jepang sudah mulai digantikan dengan self-driving robot.Â
Selain itu masalah yang dapat timbul lain nya adalah keamanan data dari user dalam melakukan transaksi online. Dalam sektor penerbangan sendiri, sebagian besar customer melakukan pembelian tiket secara online. Transaksi online adalah  transaksi yang dilakukan melalui media atau perantara dengan menggunakan akses internet. Kegiatan ini dilakukan di berbagai situs perdagangan online atau jejaring sosial yang menawarkan barang dan jasa yang diperdagangkan. Manfaat dari melakukan transaksi secara online dapat dibagi menjadi empat kategori: kemudahan, informasi, produk dan layanan yang tersedia, serta efisiensi biaya dan waktu (Harahap dan Amanah, 2018).Â
Namun, selain dari semua kemudahan yang ditawarkan, perusahaan penerbangan yang menawarkan transaksi secara online juga dapat menimbulkan kekhawatiran konsumen tentang tanggung jawab informasi pribadi yang dikumpulkan dan dikumpulkan dalam bisnisnya. Seperti data pribadi berupa informasi tentang nama ID konsumen, kata sandi, nomor kartu debit dan kredit, percakapan email, dan pertanyaan konsumen. Penjahat dapat menemukan celah dalam teknologi yang diterapkan oleh pengembang.Â
Teknologi merupakan hasil pengembangan produk berdasarkan logika manusia. Mengambil pendekatan logis lain, banyak penjahat menggunakan celah ini untuk bertindak sebagai pintu untuk kemudian mengumpulkan data dari  organisasi. Di Indonesia, beberapa pelanggaran data menunjukkan bahwa tingkat keamanan digital Indonesia masih rendah. Menurut data yang dirilis pada tahun 2016 oleh Veritrans dan Daily Social, Indonesia menempati peringkat tinggi dalam daftar 10 negara teratas yang berisiko terhadap keamanan digital.
Kemudahan yang terjadi dengan adanya teknologi dalam industri transportasi di Indonesia tentunya terhambat dengan terbatasnya akses terhadap internet. Berdasarkan informasi dari Bank Dunia akses Internet di Indonesia masih belum merata hingga tahun 2019. Tercatat hanya 36% masyarakat pedesaan yang memiliki akses terhadap internet, untuk masyarakat kota sendiri akses terhadap internet sejumlah 62%. Oleh karena itu di Indonesia sendiri pemerintah harus terlebih dahulu mengenjot aksesibilitas terhadap Internet.Â