Tapi sebelum ia terkenal, kehidupan yang ia alami penuh dengan peraturan ketat monoton dari pada kehidupan biasa, yang membuat segala macam pikiran rasional serta keingintahuan nya dalam meminta penjelasan terus menghadapi situasi yang sulit berkali-kali,  hingga akhirnya ia terserang epilepsi.Â
Kita pasti pernah Merasa tersesat dan patah semangat, kemudian saat-saat keresahan ini mulai terjadi lagi lebih sering dan selalu dalam bentuk yang sama, kondisi itu selalu terekspresikan dalam pertanyaan untuk apa? akan kemana? Lalu, bagaimana?
Dari Albert Camus, seorang penulis/filsuf Prancis yang mati-matian mencoba menangani absurditas hidupnya.
 Sampai pada orang-orang yang sangat kita kenal semacam Soe Hok Gie sebagai sosok pemuda idealis era 90-an yang memilih diasingkan dari pada menyerah pada kemunafikan, dimana ia bertempur melewan dua front dari musuhnya dan diluar lingkungan nya sendiri, hidupnya adalah kesepian yang abadi, dan ia memilih belajar jatuh cinta pada kesepian sebagai bentuk kesetiaan kepada idealismenya. kedua orang ini pun wafat dengan cukup tragis.
Seorang Gus Dur pun sebagai pemikir dan penulis ulung yang karya-karya serta pemikiran nya tak lekang oleh zaman pernah menyebut bahwa dirinya sering melakukan tafakkur intelektual sebagai suatu jalan untuk merenung dan mencari suatu jawaban.
Pernah terfikir kan apajadinya jika Steve Jobs seorang CEO sekaligus penemu Apple yang begitu canggih dan masih menjadi primadona di dunia teknologi masa kini tidak menemukan orang-orang yang memiliki pandangan, pemikiran, kreativitas dan pengetahuan yang sama dengannya?Â
Bahkan beberapa tokoh besar yang bukan hanya sekedar tokoh lainnya layaknya nabi musa jika tanpa harun? Isa tanpa hawariyun, nabi Muhammad tanpa para sahabat?. Tokoh-tokoh besar tentu selalu mendapat orang-orang cerdas dan hebat yang dapat memahami pemikiran serta cita-citanya, Disekelilingnya.
Ketika melihat banyak sekali anak-anak muda yang terjebak dalam dunia pikiran dan pencarian mereka, saat berada diberbagai forum lingkar diskusi, seperti saat  melihatnya berkerumun di acara kajian Emha Ainun Nadjib atau biasa dipanggil Cak Nun yang biasa dikenal macopat syafaat atau kenduri cinta, betapa mirisnya mereka karena benar-benar mencari sebuah jawaban. Dan Caknun adalah bagian dari salah satu penolong mereka yang masih terbilang minim.
Pertanyaan terakhir!Â
Apakah hanya cukup dengan iman dan percaya, semua sudah memenuhi kebutuhan akan arti, makna, dan kedamaian hidup? Atau tak perlu untuk berpikir berlebih akan semua hal itu, cukup hidup dengan nyaman di mana semua kebutuhan hidup dasar terpenuhi; makan, minum, tempat tinggal, kasih sayang, cinta, dan juga kehangatan ikatan sosial?
Sementara di sisi lain, ada orang-orang masih tidak bisa tidur sepanjang malam dengan hanya melakukan semua itu dan apa yang orang-orang biasa lakukan untuk sekedar hidup.Â