"Bapak bisa naik kereta di peron dua, 5 menit lagi berangkat. Nanti bapak turun di Manggarai, transit ke Tanah Abang " Lanjut petugas memberi solusi. Pepatah, "malu bertanya sesat di jalan", rupanya masih relevan di era saat ini. Karena itulah tips ketiga perjalanan KAI Commuter, bertanyalah jika kita butuh informasi.
Memasuki gerbong kereta kondisi sudah cukup padat, tetapi masih tersedia beberapa tempat duduk yang kosong saat kereta bergerak meninggalkan Stasiun Bogor. Hanya dengan melewati Stasiun Bojong Gede, gerbong yang saya tempati langsung penuh tanpa menyisakan tempat duduk bagi penumpang baru.
Di stasiun berikutnya, seorang ibu yang tengah hamil tua dengan tertatih memasuki gerbong. Dari pakaian formal yang dikenakannya, dapat diduga dia sedang berangkat menuju tempat kerja. Saya segera berdiri mempersilakannya untuk duduk di kursi. Â
Sebenarnya di KAI Komuter sudah tersedia tempat duduk bagi Ibu hamil, Lansia, ibu yang membawa anak, dan penyandang disabilitas. Tetapi dengan kepadatan penumpang hampir mencapai 900 ribu orang perhari, tempat duduk prioritas yang disediakan KAI Commuter seringkali diisi oleh penumpang biasa. Sayangnya tidak semua penumpang sadar untuk mau bangkit mempersilakan penumpang prioritas tadi supaya duduk. Karenanya tips keempat di perjalanan KAI Commuter, jangan ragu untuk memberikan tempat duduk bagi penumpang prioritas. Mereka harus didahulukan.
Tidak terasa perjalanan KAI Commuter sudah mencapai Stasiun Transit Manggarai. Saya kembali tertegun, kali ini bercampur kagum. Stasiun Manggarai yang dulunya "flat" setelah selesai renovasi menjadi stasiun megah bertingkat. Ini adalah stasiun paling sibuk yang pernah saya lihat, lautan manusia bergerak dalam aliran yang pasti.
Tidak mengherankan karena Stasiun Manggarai menjadi titik simpul dari semua jurusan kereta yang menghubungkan seluruh jabodetabek dan sebagian Pulau Jawa. Posisi penting Stasiun Manggarai, sebagai salah satu stasiun terbesar di Indonesia, bukan sekedar karena ukuran dan kesibukannya, tetapi juga menjadi simbol peran penting transportasi kereta dalam kehidupan warga metropolitan.
Keluar dari kereta, mengikuti arus deras aliran manusia, saya mengikuti tanda panah yang menjadi petunjuk arah di lingkungan stasiun. Untuk menuju peron kereta yang akan membawa ke Tanah Abang, ada pilihan naik lift dan tangga.
Jika kita masih cukup sehat, saya menyarankan untuk menggunakan tangga. Apalagi bagi mereka yang sudah berangkat bekerja sejak pagi buta, olahraga kadangkala menjadi hal yang mewah.
Perjalanan naik turun tangga di Stasiun sekaligus bisa menjadi aktivitas olahraga. Guna mendukung kegiatan olahraga tadi, di tiap anak tangga stasiun kita bisa melihat angka-angka yang menunjukkan berapa banyak kalori yang berhasil kita bakar saat menaiki dan menuruni anak tangga.
Sayangnya di saat naik kereta di stasiun ini pula saya mengalami hal yang membahayakan diri. Ketika itu saya menjadi penumpang terakhir yang berusaha memasuki kereta. Â Tepat pada saat menapakkan kaki memasuki kereta, bahu kanan saya sedikit terhantam pintu yang bergerak menutup. Memang tidak sampai terjepit, karena sistem keamanan pintu kereta yang hanya menutup separuh di gerakan pertama. Namun tak urung kejadian itu membuat jantung berdegup kencang, sekaligus menjadikan peringatan agar selalu waspada, tetap berhati-hati dan mengutamakan keselamatan saat menaiki KAI Commuter. Â