Hanya satu gol yang bersarang di final, itu pun merupakan hasil penalty. Catatan itu mengakhiri 889 menit tanpa kebobolan, sejak maret 2019, untuk penampilan di klub dan timnas.
Saat ditanyakan resep kekokohan gawangnya Allison menjawab: " Saya beruntung berdiri di belakang bek-bek tangguh" katanya merendah. Padahal penempatan posisi, kemampuan membaca permainan, dan refleknya diakui memegang peran vital dalam kegemilangan permainannya.
Juara Liga Champions, Juara Copa America, peraih golden glove di Liga Primer dan Copa America, tahun ini lengkap sudah gelar yang diraih Allison. Tinggal dilengkapi raihan Balon D'or 2019.
Saingan terberat Allison adalah langganan Balon d'or: Ronaldo, yang pada Juni tahun ini meraih juara turnamen baru, Liga Nasional Eropa. Tetapi, raihan negatif Ronaldo di Liga Champions bersama Juventus menjadi cacat yang mengurangi nilai Ronaldo. Lagipula publik sepertinya sudah agak bosan dengan dominasi Ronaldo dan Messi.
Jika saja Argentina menjuarai Copa America, insan sepakbola mungkin akan kesulitan antara memilih Ronaldo, Allison atau Messi sebagai peraih Balon d'or.Â
Tetapi keberhasilan Brazil menjadi juara di tanahnya sendiri, berkat penampilan gemilang Allison, akan memudahkan penilaian para pelatih dan kapten timnas.Â
Jadi, tahun 2019 ini insan sepakbola dunia menyambut momen langka, penjaga gawang berdiri di podium tertinggi untuk menerima Balon D'or sebagai pemain terbaik dunia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H