5. Presiden.
Ini pekerjaan paling rawan di Indonesia. Penghinaan terhadap presiden adalah makanan sehari-hari orang Indonesia. Dari mulai sarapan, sampai tidur dan mimpi pun, presiden Indonesia adalah pekerjaan yang menjadi pusat penghinaan. Setidaknya itu bagi sebagian kalangan.
Dari tuduhan PKI, antek asing, antek aseng, menjual aset negara, tidak bisa sholat, anggota freemason, keturunan china, korupsi, menilep dana haji, berhutang tidak terkendali, memperkaya diri dan anaknya, menghancurkan ekonomi negara, haji palsu, raja dusta, ingkar janji, pinokio si hidung panjang, tidak becus bahasa inggris, pengkhianat, boneka, babu mamak banteng, dan 1001 tuduhan lain.
Jangankan diri pribadi, jadi Ibu presiden, walau tidak pernah ngomong apa-apa atau tampil di hadapan publik seperti Ibu Tien, pun menjadi sasaran hinaan. Menjadi ibu itu hina. Ayah yang sudah wafat pun menjadi bahan caci maki.
Menjadi Presiden Indonesia adalah pekerjaan paling jahat dan hina sedunia. Beda kalau jadi presiden Turki, di Indonesia bisa penuh sanjung puji.
6. Kiai
Kiai sebetulnya bukan profesi.Â
Ini adalah sebutan untuk tokoh atau orang yang pengabdiannya kepada masyarakat, khususnya dalam bidang agama, sudah tidak ternilai. Hidup Kiai sudah bukan lagi milik pribadinya, melainkan milik masyarakat.
Tapi sekarang, menjadi kiai penuh resiko. Resiko dihina, dicaci maki, bahkan dicap kafir, liberal, syiah, dan dianggap musuh Islam. Loh?
Belum lagi para kiai ini harus bersaing dengan ustad-ustad baru yang populer di youtube, dengan senyum khas dan permainan kata nan menawan. Gelar mereka mentereng, sarjana informatika, master of business, dan sebagainya, tapi profesi: ustadz, pelayan umat dan pembuat fatwa. Antara pendidikan, keilmuan dan aktifitas yang mereka lakukan tidak punya kaitan. Kepopuleran para ustad yang  meroket dengan cepat karena pengaruh media sosial ini membuat para kiai terkikis wibawanya. Â