Sepertinya tidak ada padanan kata "Ngabuburit" dalam Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, atau bahasa mana pun di dunia. Jadi, sulit menerjemahkannya ke dalam bahasa selain sunda. Â Juga merupakan sebuah misteri besar memaknai kata ngabuburit dari sudut pandang suatu kegiatan tertentu, karena tidak ada juga kegiatan spesifik untuk kata ngabuburit.
Bagi kami saat masa kanak-kanak, Ngabuburit adalah tradisi yang dilakukan oleh orang untuk menunggu Bedug Maghrib.
Yang paling positif, ngaji sore-sore menjelang maghrib, itu disebut ngabuburit.
Jalan-jalan "ka tonggoh" (ke tanah atas), cuma buat bengong memandang langit senja yang merona jingga, itu juga disebut ngabuburit.
Kalau anak laki-laki yang agak bandel, menjelajah sawah yang baru saja tanam sambil nyari belut. Itu juga disebut ngabuburit.
Pendek kata, apa pun kegiatan yang dilakukan setelah Ashar untuk menunggu bedug maghrib tiba, itulah ngabuburit.
Siapa pelaku utama yang paling menikmati aktivitas ngabuburit?
Anak-anak, merekalah pemilik kata ngabuburit yang sesungguhnya.
Anehnya juga, Ngabuburit hanya ada saat bulan Ramadhan. Â Jadi semua kegiatan yang nggak jelas itu, kalau dilakukan di luar bulan Ramadhan tidak disebut Ngabuburit.
Begitu bedug Maghrib berbunyi, maka anak-anak yang tadi berkeliaran itu berlarian pulang ke rumahnya masing-masing untuk berbuka puasa. Saya termasuk salah satu diantaranya.
Saya masih ingat saat maghrib tiba itulah, biasanya langit di desa saya menjadi gelap. Tapi bukan hanya gelap karena matahari terbenam, melainkan tertutup oleh ratusan, atau mungkin ribuan kelelawar yang mencari makan. Jadi kelelawar pun ikut ngabuburit.
Hari ini tradisi ngabuburit itu tergantikan oleh berbagai acara televisi dan sinetron paling menarik  yang ditayangkan menjelang adzan maghrib.
Sehingga kebanyakan anak lebih betah berada di depan televisi saat mengunggu maghrib, dibandingkan beraktivitas Ngabuburit di luar rumah seperti dahulu. Â Jangankan anak-anak di daerah perkotaan, di pedesaan pun pola yang sama terbentuk. Tidak ada lagi ngabuburit seperti dahulu.
Kemajuan teknologi telah memunahkan tradisi ngabuburit yang sejati. Tapi, kenangannya masih tersimpan rapi dalam memori.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI