"Pengen apa ramadhan ini?"
Kalau pertanyaan seperti itu diajukan kepada saya, maka jawabannya "pengen damai".
"Pengen tenang, pengen adem, pengen bersih dari kabar-kabar yang bertebaran di dunia maya, bersih dari fitnah dan makian"
Saya mengira kalau berakhirnya pemilu tanggal 17 April lalu bisa mendinginkan suasana politik tanah air di masyarakat.
Khususnya menurunnya persebaran hoax, berita provokatif, fitnah dan menyesatkan yang beredar.
Terlebih beberapa hari mendekati bulan suci, tentunya umat muslim akan lebih berkonsentrasi untuk menyucikan diri, hati dan pikiran untuk mengisi bulan suci.
Nyatanya tidak. Bahkan lebih memprihatikan.
Sebagian kalangan dengan semangat berapi-api mendeklarasikan perang dan akan "memperjuangkan kebenarannya" dalam masalah pemilu meskipun sedang bulan ramadhan. Disebutnya jihad memperjuangkan kebenaran.
Pemicunya?
Sederhana. Hanya berita yang dibaca, gambar dan video yang bertebaran mengikuti algoritma dan perilaku massa.
Tidak ada usaha klarifikasi, tabayyun, memeriksa dahulu, mengumpulkan fakta, membandingkan dengan berita lain, sebelum menyebarkan atau membuat kesimpulan dengan tergesa-gesa.