Tidak!
Apalagi sampai mengkaji kitab-kitab "berat" semacam Minhajul abidin atau Ihya 'Ulumudin, sama sekali tidak!
Pusat ajaran mereka bukan ilmu tauhid, fikih, atau adab, tapi "kewajiban mendirikan khilafah" dengan segala cara. Itulah yang terus menerus diajarkan, digemakan berulang-ulang kepada jamaahnya. Bungkusnya simbol Islam, tapi isinya kepentingan politik, misi, keinginan, dan tujuan mereka sendiri.
Ketika bungkus yang menipu itu dikoyak-koyak karena orang tidak meridhai isinya yang menipu, mereka bergerak serentak mengatakan pengoyaknya adalah musuh Islam.
Mempersenjatai diri dengan stigma dan tuduhan-tuduhan islamophobia, liberal, antek kafir, dan sejenisnya, tanpa kajian mendalam.
NU tidak sedikitpun gengsi untuk meminta maaf atas kesalahan salah satu jamaahnya, tanpa merasa hina karena merasa jamaah organisasinya paling besar. Padahal kalaulah mau mencari excuse, banyak sekali alasan menolak. Apalagi kasusnya juga dilakukn oleh individu, bukan kebijakan organisasi scara global.
Demi kebaikan bangsa maka gengsi berada di nomor ke sekian ratus, meletakkan arogansi adalah niscaya, oknum pun sudah diserahkan kepada kepolisian untuk diproses secara hukum.
Tapi saksikan, apakah gerakan manipulatif itu berhenti?
Tidak!
Apa lagi yang diminta dari demo berseri?
Menuntut banser atau anshor dibubarkan?