Pendidikan tanggung jawab siapa? Pertanyaan tersebut bagaikan bola panas yang tidak ingin dipegang siapa pun. Sebagian orang tua dengan berbagai alasan menyerahkan sepenuhnya tanggung jawab pendidikan kepada sekolah, sehingga ketika anaknya tumbuh tidak sesuai dengan harapannya, sekolah menjadi kambing hitam. Sementara dengan berbagai keterbatasan, tidak semua guru dan perangkat sekolah bisa menjadi media pendidik yang mampu memenuhi kebutuhan setiap siswa.
Tanpa mencari jawaban “ini tanggung jawab siapa?”, yang tidak disadari oleh banyak pihak adalah bencana pendidikan yang sesungguhnya terjadi ketika nilai-nilai kebaikan, karakter, serta ilmu pengetahuan yang diajarkan di sekolah tidak dapat ditemukan pelajar dalam kehidupan sehari-hari. Jurang lebar yang memisahkan pendidikan di sekolah dengan kenyataan menumbuhkan sebuah anggapan: sama saja perilaku orang yang sekolah dan tidak sekolah, pembedanya hanya selembar ijazah. Apalagi dihadapkan kenyataan orang-orang yang memiliki pendidikan tinggi di tingkat elit justru mempertontonkan perilaku tidak beradab seperti korupsi, penyuapan, pejabat yang berkuasa meremehkan hukum dan tidak memiliki rasa malu melakukan perbuatan asusila.
Sebab pendidikan yang paling terpahat dalam diri setiap orang diperoleh dari teladan dan kehidupan keseharian, pendidikan sesungguhnya bukan sekedar sekolah dan kurikulum. Pendidikan adalah sebuah gerakan yang ditenagai oleh berbagai komponen masyarakat.
Orang Tua dan Keluarga Sebagai Tunas Inti Pendidikan
Tahukah anda, menjadi orang tua sesungguhnya proses belajar? Belajar untuk selalu melakukan hal-hal baik karena dia adalah panutan anak-anaknya. Belajar untuk menahan diri melakukan hal-hal tidak baik, jika tidak ingin anaknya melakukan hal serupa. Anak dengan segala keingin tahuannya, kepolosannya, adalah peniru ulung apa yang terjadi di sekitarnya. ( Justitia Mustofa, 2016 )
Pada diri orang tua yang membesarkannya anak mendengar kata-kata lalu berbahasa, pertama kalinya melihat dan mengamati keseharian perilaku manusia. Perilaku seorang anak umumnya akan ditentukan oleh pendidikan, latihan dan pengalaman yang diperoleh pada masa kecilnya. Kehidupan orang tua dan keluargalah yang menjadi hampir segala acuan kehidupan seseorang. Bahkan Sigmund Freud membuat hipotesis yang lebih jauh lagi dengan teori psikologi bahwa perilaku seorang dewasa ditentukan sejak ia masih dalam buaian ibu dan masa balita.
Dalam keluarga pula anak mengenal dan mempelajari norma-norma dan aturan-aturan permainan dalam hidup bermasyarakat. Oleh karena itu seorang anak yang pada masa kecilnya tidak pernah mendapatkan contoh perilaku yang baik dari orang tuanya, pada masa dewasanya akan kesulitan untuk berprilaku baik. Sehingga pepatah bahwa keluarga sebagai pendidik pertama dan utama tidak terbantahkan.
Masyarakat Sebagai Lingkungan Pendidikan Kedua
Setelah keluarga, setiap orang mendapat pendidikan dari masyarakat tempat dia bergaul. Di luar keluarga anak-anak berkata-kata meniru teman sepermainannya, dan berprilaku meniru tindakan teman sebayanya. Kaum muda yang belum memahami adat istiadat, tata nilai masyarakat, dan bagaiman menjaga keharmonisan antar sesama sangat membutuhkan contoh dan bimbingan dalam berprilaku. Masyarakat yang memiliki budaya pendidikan dan mengawasi bagaimana tumbuh kembang kaum mudanya akan mewariskan budaya yang baik yang telah tumbuh dan berkembang dalam masyarakat tersebut ke generasi berikutnya.
Sekolah Sebagai Lembaga Pendidikan
Tidak pelak lagi, sekolah merupakan lembaga yang memberikan sarana yang paling utama dalam mengantarkan seorang anak membangun kehidupan yang baik dan kesuksesan di masa dewasanya. Sekolah sesungguhnya berfungsi menutupi segala kekurangan pendidikan yang tidak diperoleh di keluarga dan masyarakat, baik dari sisi adat istiadat, sopan santun, pembentukan karakter dan ilmu pengetahuan. Sejatinya sekolah memberikan pola pendidikan yang lebih sistematis dan terukur dalam mempersiapkan setiap anak didik menjadi warga masyarakat yang produktif berkarya dan bermanfaat bagi sesamanya.
Media Massa Sebagai Alat Pendidikan
Jika pada masa lalu surat kabar dan majalah, diikuti era televisi, maka pada hari ini media semacam website dan jejaring sosial telah menjadi media utama informasi dan pembentukan opini publik. Melihat tren penggunaan internet dan jejaring sosial di kalangan kaum muda berkat telepon pintar, diramalkan tata kelola informasi dan pendidikan di jejaring sosial dan website akan menjadi salah satu penentu kualitas pendidikan masa depan.
Pemimpin Politik Sebagai Teladan Pendidikan
Pemimpin politik sering menjadi sorotan karena mereka adalah nakhoda sebuah bangsa menuju masa depan, keputusan-keputusan penting yang menyangkut kehidupan orang banyak ditentukan oleh pemimpin politik. Karena itulah wajar ketika hingar bingar dunia pemberitaan seringkali menyorot pemimpin politik sebagai pusat pemberitaan, yang akan dibaca, dilihat dan didengar oleh masyarakat. Sehingga sesungguhnya selain sebagai penentu kebijakan, pemimpin juga memiliki tanggung jawab yang sangat besar sebagai teladan bagi pendidik.
Penulis Sebagai Pendidik
Seperti kata pepatah "buku adalah jendela dunia", dari bacaan orang bisa memperoleh informasi dan pengetahuan. Jadi membaca hakekatnya juga merupakan sebuah proses pendidikan. Para penulis, baik di surat kabar, majalah, penulis skenario film sinetron dan televisi, mau pun blogger seperti kita sesungguhnya sedang menjadi guru bagi pembaca tulisannya. Informasi yang kita sampaikan, data yang kita kemukakan, mau pun opini yang kita tuliskan, akan menjadi ukuran kualitas pendidikan dari para penulis. Maka penulis yang bertanggungjawab bukan sekedar menuliskan sebuah opini melainkan membawa pesan pendidikan dalam untaian kata yang dirangkainya.
Dari uraian singkat tersebut, sesungguhnya jawaban atas pertanyaan “sebenarnya pendidikan tanggung jawab siapa?” tidaklah sulit. Jawaban yang paling terang benderang adalah dengan melihat kepada diri kita sebagai orang yang merasakan manfaat dari pendidikan yang pernah kita peroleh, baik pendidikan formal, informal, non formal, mau pun sosial. Jika kita merasakan manfaat pendidikan dalam kehidupan kita, maka kita juga bertanggungjawab mewariskan pendidikan yang baik kepada generasi penerus. Karena pendidikan sejatinya adalah sebuah gerakan semesta, yang tidak hanya dijalankan oleh orang-orang profesional yang bekerja di sekolah, melainkan tanggung jawab setiap komponen masyarakat. Termasuk diri kita.
Bogor, 29 Mei 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H