Mohon tunggu...
Irpanudin .
Irpanudin . Mohon Tunggu... Petani - suka menulis apa saja

Indonesianis :) private message : knight_riddler90@yahoo.com ----------------------------------------- a real writer is a samurai, his master is truth, his katana is words. -----------------------------------------

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Pintar Menghemat Listrik, Andil Kecil Kita Menyelamatkan Negeri

10 April 2016   17:09 Diperbarui: 13 April 2016   00:04 762
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perangkat lain yang rendah konsumsinya kami beri label hijau, atau label kuning jika dirasa sangat sering dipakai dan harus dicabut pada saat-saat tertentu, seperti perangkat komputer jinjing yang dilengkapi baterai pengisi daya.

[caption caption="Labelling perangkat"]

[/caption]

Langkah ke empat: Mengurangi penggunaan alat listrik yang tidak perlu

Namun demikian, pemberian label tersebut tidak serta merta membuat kita menggunakan perangkat dengan label kuning dan hijau sebebas mungkin. Penggunaan setiap alat listrik tetap mempertimbangkan fungsi dan kebutuhan, serta mematikannya pada saat tidak digunakan. Bahkan untuk perangkat yang menggunakan baterai, dengan mencabut aliran catu daya saat baterai 100% terisi akan meningkatkan usia pakai baterai. Sehingga kami merasa diingatkan untuk tetap menggunakan setiap alat listrik dengan sebijak mungkin.

Contoh lain adalah penggunaan penghangat nasi kami hanya memasak untuk sekali bersantap, atau jika harus dihangatkan, kami menghangatkan nasi hanya untuk jangka waktu pendek. Dengan itu ada lebih dari 40% penghematan energi listrik yang dikonsumsi alat. Sebab dibanding penanak nasi elektrik, penghangat nasi yang dihidupkan terus menerus mengkonsumsi energi listrik 3-4 kali lebih banyak.

Hal yang mirip dengan penghangat nasi bisa ditemui pada dispenser, karena itulah jika kami memiliki dispenser pasti akan kami labeli dengan label merah. Menyalakan dispenser setiap waktu akan menghabiskan energi yang setara dengan menggunakan lemari pendingin, jadi lebih bijaksana hanya menyalakannya ketika dibutuhkan.

Kampanye PLN untuk mematikan lampu di masa beban puncak, juga bisa menjadi acuan waktu mengatur aktivitas menggunakan perangkat listrik yang menyedot daya cukup besar. Misal, menghindari menyeterika pakaian atau memasak nasi menggunakan rice cooker elektrik antara pukul 17:00 - 22:00.

Langkah ke lima: Memilih perangkat listrik hemat energi.

Seiring perkembangan teknologi, inovasi di berbagai bidang menghasilkan alat penerangan dan alat-alat elektrik yang jauh lebih hemat energi dibandingkan 10-20 tahun lalu. Sehingga perangkat yang tidak bisa dihindari untuk tidak dimatikan, merupakan pilihan paling tepat adalah menggunakan teknologi terbaru di bidangnya.

Lampu dengan teknologi LED misalnya. Walau pun harga lampu LED 4-5 kali lebih mahal dari Lampu Hemat Energi biasa (Compact Fluorecent Lamp/CFL), penggunaan lampu LED lebih menghemat dalam jangka panjang, baik dari sisi ongkos beli maupun penggunaan energi. Selain umur lampu LED berumur 6-8 kali CFL dan 30-40 kali lebih awet dari lampu pijar, untuk tingkat kecerahan yang sama Lampu LED cuma mengkonsumsi energi 40%-60% dari CFL, bahkan hanya mengkonsumsi listrik 10% lampu pijar biasa.

Demikian halnya dengan untuk memilih lemari pendingin atau AC, teknologi terbaru yang hemat energi,seperti teknologi pendingin hibrida, dapat menjadi pertimbangan utama dalam pembeliannya. Pelajaran dari akuisisi paling menggemparkan tahun ini, ketika Foxconn mengakuisisi Sharp Corporation, salah satu alasannya adalah Sharp mengembangkan teknologi layar OLED (organic light emitting diode), yang diramalkan menguasai pasar masa depan karena mengkonsumsi 40% - 50% energi lebih rendah dibandingkan layar LED-LCD (light emiting diode-liquid crystal display). Penghematan energi adalah sebuah tren masa depan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun