Mohon tunggu...
Irpanudin .
Irpanudin . Mohon Tunggu... Petani - suka menulis apa saja

Indonesianis :) private message : knight_riddler90@yahoo.com ----------------------------------------- a real writer is a samurai, his master is truth, his katana is words. -----------------------------------------

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Tungku Sanira, Solusi Inovatif Pemusnah Sampah Dengan Efek Lingkungan Ganda

24 Desember 2015   21:09 Diperbarui: 24 Desember 2015   23:52 716
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Tungku Sanira (sumber : balitbang pupr)"][/caption]

Setiap hari penduduk Jakarta menghasilkan lebih dari 6.000 ton sampah, padahal kapasitas ideal tempat pembuangan akhir sampah di Bantar Gebang Bekasi hanya 2.000-3.000 ton per hari. Jika tidak segera dicarikan solusi, bencana akibat akumulasi sampah non biodegradable yang terus menggunung tinggal menunggu waktu. Seperti peristiwa Februari tahun 2005 lalu di Leuwi Gajah, Bandung, dengan terjadinya longsor sampah.

Secara swadaya sebagian masyarakat dan LSM sudah berupaya mengatasi permasalahan sampah melalui kegiatan produktif. Di antaranya dengan pembuatan kompos, pendirian bank sampah, hingga mendaur-ulang sampah sebagai bahan kerajinan kreatif. Sayangnya aktivitas tersebut hanya mampu mengerem laju timbunan sampah, karena banyak sisa aktivitas manusia yang tidak bisa diolah dengan cara apa pun selain dengan pemusnahan. Sebuah kantong kresek yang tidak bisa didaur-ulang, menurut suatu studi, rata-rata hanya digunakan sekitar 2-3 menit sebelum berakhir di tong sampah. Bayangkan berapa pertumbuhan laju produksi sampah di sebuah kota seperti Jakarta, seandainya satu orang menggunakan satu kantong kresek per hari.

Selain menjadi masalah kota, sesungguhnya sampah juga telah mulai menjadi persoalan kronis pedesaan. Akibatnya bisa dilihat di jalan, pekarangan, hingga sungai-sungai yang aliran airnya sudah tercampur sampah. Jika di kota-kota besar pemerintah kota membangun proyek-proyek yang melibatkan investasi berskala besar untuk mengelola sampah menjadi energi listrik, bagaimana dengan pedesaan?

Sebagai lembaga ujung tombak pengembangan teknologi tepat guna Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Balitbang PUPR ( Badan Penelitian dan Pengembangan PUPR ) tertantang untuk turut serta mengatasi permasalahan sampah. Dari rahim kerja dan pemikiran Balitbang PUPR terlahirlah: Tungku Sanira. Tungku Sanira adalah inovasi pemusnah sampah yang murah, hemat energi, multi guna, sederhana, relatif kompak, mudah didistribusikan dan dibangun, tetapi dengan daya musnah efektif serta tidak menghasilkan racun dan minim asap.

Murahnya ongkos produksi Tungku Sanira dikarenakan Balitbang PU menggunakan 100% bahan lokal dalam proses rancang-bangunnya. Demikian halnya biaya operasional yang minim karena mengkonsumsi daya listrik sebesar 6.000 Watt, atau setara dengan sekira 20 rumah mengoperasikan sebuah setrika listrik. Untuk menghasilkan panas hingga 800 derajat Celcius Tungku Sanira tidak membutuhkan bahan bakar minyak tambahan, sehingga hanya menghabiskan biaya operasional sekitar Rp. 15.000,- per m3 sampah.

[caption caption="denah Tungku Sanira (sumber : balitbang pupr)"]

[/caption]

 

Memanfaatkan lahan hanya seluas 16m2, Tungku Sanira sangat kompak, mudah diadaptasikan untuk dibangun di berbagai tempat. Tungku Sanira mampu memusnahkan sampah non logam dan non kaca dari berbagai jenis bahan, baik organik mau pun anorganik, dengan kadar air <40% secara efektif. Keistimewaan yang membuat Tungku Sanira aman diterapkan di lingkungan pemukiman padat penduduk adalah: Tungku Sanira hanya menyisakan buangan berupa abu, tanpa kepulan asap dan residu beracun berkat sistem water spray. Karena itulah Tungku Sanira mendapat label sebagai Non Toxic Waste Furnace, atau Tungku pemusnah sampah nir racun.

Meskipun mampu dijalankan sebagai pengolah sampah mandiri, tentunya akan lebih efektif dan memiliki nilai tambah ketika Tungku Sanira diintegrasikan dengan pengolahan sampah lain, seperti Bank sampah desa atau pusat produksi kompos. Bahkan jika dioperasikan secara terus menerus 24 jam, Tungku Sanira memiliki potensi untuk dimanfaatkan sebagai pembangkit tenaga listrik mini. Dengan potensi tersebut, pemanfaatan Tungku Sanira secara massive di masa depan diprediksi tidak hanya mampu menjadi pilar pembangun lingkungan hijau dan bebas sampah, tetapi akan menghasilkan efek berantai di berbagai lini lingkungan.

[caption caption="Tungku Sanira tampak atas (sumber : balitbang pupr)"]

[/caption]

 

Misalkan saja diadakan program “Satu Desa Satu Tungku Sanira” di Daerah Aliran Sungai (DAS) yang melintasi Jakarta. Program tersebut akan sangat mengurangi beban pemerintah metropolitan diantaranya terhadap hal berikut:

1. Berkurangnya anggaran pengeluaran DKI untuk mengangkut dan membuang sampah. Sudah menjadi rahasia umum bahwa kebiasaan masyarakat kita di daerah DAS adalah membuang sampah ke aliran sungai, sehingga DKI yang menjadi muara berbagai aliran sungai dari Tangerang, Bekasi dan Bogor merupakan daerah yang paling menderita akibat bertumpuknya sampah.

2. Meski pun tidak signifikan, akan sedikit mengurangi beban urbanisasi DKI, dikarenakan tersedianya lapangan kerja untuk tenaga tidak terdidik sebagai operator pengelola sampah di wilayahnya. Praktik pengoperasian Tungku Sanira yang sederhana sehingga mudah dipahami oleh siapa pun dengan pelatihan yang singkat.

3. Berkurangnya titik-titik banjir DKI yang diakibatkan tersumbatnya aliran sungai oleh tumpukan sampah. Selama ini setiap musim penghujan tiba, banjir di wilayah DKI merupakan penghias utama berita di televisi dan surat kabar. Melalui pemusnahan sampah Tungku Sanira di DAS DKI jika tidak menjadi  faktor utama menghilangkan banjir akan membantu berkurangnya banjir di wilayah ibukota. Sehingga pemerintah DKI dapat lebih fokus memetakan titik-titik utama penanganan banjir, dibandingkan sibuk melakukan evakuasi atau mengatasi banjir di hampir seluruh wilayahnya.

Akhir kata, mengutip kalimat Steve Jobs : “Innovation distinguishes between a leader and a follower”. Sebuah inovasi tepat guna untuk pemusnahan sampah seperti Tungku Sanira, jika diterapkan secara strategis akan mampu menjadi tonggak solusi berbagai permasalahan kompleks. Pada akhirnya ketika inovasi memberi manfaat yang sangat luas bagi lingkungan, inovasi tidak hanya menjadi pembeda pemimpin dan pengikut tetapi juga menjadi pemimpin menuju keadaan lingkungan yang lebih baik.

 

Acuan Tulisan

http://megapolitan.kompas.com/read/2015/10/29/19470071/Volume.Sampah.di.Bantargebang.Sebabkan.Produksi.Listrik.Tak.Maksimal

http://regional.kompas.com/read/2011/02/21/20382467/Leuwigajah.Kami.Takkan.Lupa

http://222.124.202.172/uploads/services/infopublik20130718153616.pdf

http://www.ampl.or.id/digilib/read/tungku-sanira-solusi-sampah-kota/21206

http://litbang.pu.go.id/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun