Mohon tunggu...
Irpanudin .
Irpanudin . Mohon Tunggu... Petani - suka menulis apa saja

Indonesianis :) private message : knight_riddler90@yahoo.com ----------------------------------------- a real writer is a samurai, his master is truth, his katana is words. -----------------------------------------

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

TMII, Sebuah Ensiklopedi Budaya dan Perekat Indonesia

26 Maret 2015   18:35 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:57 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_405539" align="aligncenter" width="567" caption="tamanmini.com"][/caption]

Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk berkeliling Indonesia? Jawaban pertanyaan tersebut beragam, bisa 17 hari, 8 bulan, 4 tahun, atau 5 tahun, tergantung bagaimana orang melakukannya.

Tapi jika pertanyaannya: “berapa lama waktu untuk mendokumentasikan dan mempelajari adat serta budaya Indonesia?” Maka terpaksa kita mengutip sebuah lirik lagu: “ butuh waktu seumur hidupku”. Bagaimana tidak? Terbentang dari Sabang-Merauke, Indonesia menjadi negara dengan berragam etnis, bahasa, adat, pakaian, bangunan, senjata tradisional, karya seni, dan lain sebagainya. Pendek kata beraneka rupa budaya hidup di Indonesia, dan saya tidak yakin berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mengenal semuanya.

Sutan Takdir Alisjahbana (STA) mendefinisikan budaya dari perpaduan dua kata yaitu “Budi”: akal pikiran, dan “Daya”: usaha atau kerja manusia melakukan sesuatu. Jadi Budaya menurut STA adalah, olah pikir manusia hasil perenungan diri dan interaksi dengan lingkungannya untuk menghasilkan sesuatu yang bernilai dan bermanfaat bagi kehidupan. Budaya bisa berbentuk fisik yang bisa diindera oleh alat-alat indera manusia, bisa berupa tatanan sosial atau kebiasaan yang terlihat penerapannya, atau berupa komunikasi non verbal, pola fikir, serta bentuk tersirat yang hanya dimengerti dengan rasa dan pemahaman mendalam.

Bertolak dari pengertian budaya STA maka sesungguhnya untuk mempelajari budaya-budaya di Indonesia seumur hidup pun tidak akan cukup waktu. Melakukannya seorang diri adalah mustahil. Pastinya juga butuh biaya yang sangat besar.

Kabar baiknya, untuk mengenal aneka budaya Indonesia ada cara yang lebih singkat dan hemat. Dengan berkunjung ke Taman Mini Indonesia Indah (TMII) yang terletak di timur Jakarta, kita bisa melihat miniatur kemajemukan budaya Indonesia. Dibangun atas prakarsa Ibu Tien Soeharto, dimulai tahun 1972 dan diresmikan 20 April 1975, TMII berdiri di atas area seluas 150 hektar. Selama 40 tahun TMII tidak hanya menjadi etalase dari kekayaan budaya Indonesia, tetapi berperan sebagai perekat budaya bangsa. Bagaimana TMII menjadi perekat budaya Indonesia? Kita ikuti perjalanan singkat menelusuri TMII.

[caption id="attachment_405540" align="aligncenter" width="450" caption="tugu api pancasila (wikimapia.org)"]

1427368657389140975
1427368657389140975
[/caption]

Masuk melalui gerbang utama, tidak jauh darinya kita akan disambut Tugu Api Pancasila. Tugu tersebut berbentuk lima buah keris berjajar menjadi satu. Tiap keris bergaris tengah 17m, ruang kosong antar keris 8m, dan tinggi 45m, merujuk pada tanggal kemerdekaan Indonesia, dan menjadi simbol Pancasila sebagai ideologi panyatu spirit kebangsaan. Sebagai halaman depan dan landmark TMII, kawasan Tugu Api Pancasila cukup luas untuk berbagai kegiatan seperti pameran dan pasar rakyat.

Dari Tugu Api Pancasila, kita bisa melanjutkan ke Museum Indonesia. Museum Indonesia adalah bangunan bergaya arsitektur Bali yang terdiri dari 3 lantai. Jika diibaratkan buku, Museum Indonesia adalah halaman pendahuluan yang menggambarkan isi buku secara umum. Di lantai pertama Museum Indonesia menyimpan koleksi berupa pakaian adat, pakaian pernikahan tradisional, aneka ragam tari, wayang, alat musik dan karya seni. Sementara miniatur bangunan peribadatan, rumah tradisional dan tata letaknya, alat-alat pertanian tradisional dan upacara adat bisa kita temui di lantai kedua. Lantai ketiga memamerkan karya seni, kerajinan tradisional dan kontemporer, diorama, kain tradisional seperti Songket, Tenunan dan Batik, benda kerajinan dari logam, serta ukiran dari Jepara, Bali, Toraja dan Asmat, dengan sebuah ukiran api kalpataru raksasa di tengah ruangan.

Dari Museum Indonesia selanjutnya kita bisa memasuki pusat TMII, berupa sebuah danau yang di tengah-tengahnya terdapat pulau-pulau buatan. Pulau-pulau ini dibentuk sedemikian rupa sehingga menggambarkan Kepulauan Indonesia. Keindahan “Indonesia mini” tersebut akan terlihat sempurna jika kita memandangnya dari kereta gantung yang menjadi salah satu pelayanan transportasi wisata TMII.

[caption id="attachment_405541" align="aligncenter" width="400" caption="kepulauan Indonesia di TMII (wikimapia.org)"]

14273687151607411
14273687151607411
[/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun