Mohon tunggu...
Irpanudin .
Irpanudin . Mohon Tunggu... Petani - suka menulis apa saja

Indonesianis :) private message : knight_riddler90@yahoo.com ----------------------------------------- a real writer is a samurai, his master is truth, his katana is words. -----------------------------------------

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

TMII, Sebuah Ensiklopedi Budaya dan Perekat Indonesia

26 Maret 2015   18:35 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:57 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengelilingi danau tadi, rumah-rumah adat dari berbagai daerah di Indonesia berdiri dengan anggun dan memancarkan pesonanya masing-masing. Tempat rumah-rumah adat yang disebut anjungan tersebut dapat diperoleh informasi mengenai aneka ragam budaya di daerah yang bersangkutan. Beberapa anjungan juga menyediakan kios-kios yang menjual souvenir, kerajinan tangan dan aksesoris.

Tidak hanya informasi budaya dan produk budaya fisik, di setiap anjungan terdapat panggung yang digunakan untuk menampilkan pertunjukan tari tradisional, upacara adat dan pertunjukan musik khas daerah. Bahkan sebagian anjungan mengadakan kursus tari tradisional daerah. Setiap anjungan rutin mengadakan acara-acara budaya, tercatat TMII mengadakan lebih dari 500 acara budaya setiap tahunnya. Artinya jika direratakan setiap harinya ada hampir dua acara budaya diadakan di TMII, walau pun sebagian besar acara tersebut dilaksanakan pada hari minggu ketika TMII sedang dipadati pengunjung.

[caption id="attachment_405542" align="aligncenter" width="450" caption="rumah adat toraja di TMII (wikimedia.org)"]

1427368905447143476
1427368905447143476
[/caption]

[caption id="attachment_405546" align="aligncenter" width="480" caption="rumah gadang di anjungan sumatera barat (tamanmini.com)"]

14273695631109122111
14273695631109122111
[/caption]

Keragaman Indonesia tidak hanya ditunjukan oleh budaya daerah, bermacam-macam agama di Nusantara juga tergambar di TMII. Di TMII terdapat Masjid Pangeran Diponegoro, Gereja Katholik Santa Catharina, Gereja Protestan Haleluya, Pura Penataran, Wihara Arya Dwipa Arama, Sasana Adirasa Pangeran Samber Nyawa dan Kuil Konghucu Kong Miao. Rumah-rumah ibadah tersebut berdiri berdampingan dalam satu kompleks, menjadi refleksi kerukunan hidup beragama di bumi Nusantara. Suatu keharmonisan hidup yang wajib untuk dipertahankan dan diwariskan kepada setiap anak bangsa.

Bagi pecinta kuliner mengecap produk budaya kuliner adalah sesuatu yang niscaya, maka TMII menyediakan masakan khas daerah. Penyedia masakan daerah yang cukup terkenal adalah Restoran Caping Gunung yang berada di depan Anjungan Nusa Tenggara Barat, selain juga menyediakan masakan Internasional, dan Pondok Pecel Madiun yang menyediakan pecel dan 20 menu lain seperti Rujak Cingur, Ayam Penyet, Tengkleng, Gule dan Rawon. Di samping itu, sebagian anjungan tidak ketinggalan menyediakan kafetaria dengan makanan khas daerahnya. Melengkapi potret kekayaan budaya adalah kehadiran beberapa museum, semisal Museum Komodo dan Dunia Reptil, Museum Asmat, Museum Budaya Tionghoa. Sedangkan potret kekayaan alam Indonesia diwakili oleh  taman flora-fauna seperti Taman Melati, Taman Kaktus, Dunia Burung, Dunia Air tawar dan Serangga, dan terdapat juga Theater IMAX Keong Mas.

Anjungan-anjungan di TMII pada dasarnya adalah perwakilan provinsi, demikian halnya museum-museum, taman-taman dan masakan-masakan khas Indonesia di TMII hanyalah sebagian kecil kekayaan Indonesia. Kenyataannya, satu provinsi di Indonesia bisa memiliki beberapa budaya yang berbeda. Sehingga ragam dan kekayaan budaya Indonesia sesungguhnya lebih dari yang bisa kita temui di TMII.

Tetapi sekedar untuk mengenal budaya Indonesia secara sekilas pun ternyata butuh waktu yang tidak singkat. Dengan 33 anjungan, plus satu eks anjungan Timor Timur yang menjadi museum, memerlukan waktu berhari-hari untuk singgah di setiap anjungan TMII, museum, dan taman guna mengenal setiap budaya di Indonesia. Namun demikian, ada rasa haru dengan sensasi batin yang tidak tergambarkan kata-kata ketika berkeliling TMII untuk mengenal Indonesia secara utuh. Menapakkan langkah di setiap anjungan seperti sedang membuka lembar-lembar halaman ensiklopedia raksasa. Sebuah ensiklopedia yang memberi gambaran bagaimana beraneka ragam budaya berpadu menjadi Indonesia.

Tantangan saat ini adalah agar yang terlukis di TMII bisa meluas kembali hingga ke masyarakat, setelah kerukunan dan kesatuan bangsa sempat tercederai oleh konflik-konflik karena gesekan perbedaan budaya, agama, suku, ras, cara hidup, dan terutama diperuncing karena kepentingan politik sesaat. Wujud TMII dibutuhkan sebagai sarana dialog, saling memahami, dan terutama upaya empati di tempat interaksi beberapa budaya. Untuk itu perlu usaha, terobosan, dan inovasi dari pemerintah, masyarakat peduli budaya, serta yayasan pengelola TMII. Agar TMII bisa menjadi semacam pilot project dan contoh utama dimana perbedaan budaya-budaya tidak menjadi pemisah, melainkan menjadi perekat paling kokoh dari satu Indonesia.

Jika itu bisa dilakukan, maka Taman Budaya Bhinneka Tunggal Ika menjadi lebih dari sekedar pantas disematkan untuk Taman Mini Indonesia Indah. Tempat yang menjadi refleksi Indonesia, perekat budaya bangsa sekaligus pusaka bangsa. Selamat Ulang Tahun ke-40, Taman Mini Indonesia Indah.

Bogor, 26 Maret 2015

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun