Mohon tunggu...
Irpanudin .
Irpanudin . Mohon Tunggu... Petani - suka menulis apa saja

Indonesianis :) private message : knight_riddler90@yahoo.com ----------------------------------------- a real writer is a samurai, his master is truth, his katana is words. -----------------------------------------

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Dissa, Mantap Di Genre Pop Karena Panggilan Hati

16 Maret 2015   05:51 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:36 363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_403105" align="aligncenter" width="490" caption="Dissa Band perform Penantian Bodoh"][/caption]

Rene Redzepi, seorang chef kelas dunia asal Denmark, memiliki kebiasaan unik saat memasak. Ia dan kru masaknya selalu mendengarkan lagu-lagu Metallica ketika mereka memasak. Ternyata dia tidak sendirian, banyak koki-koki kelas dunia lainnya yang biasa mendengarkan musik saat memasak.

Jangan heran, karena musik memiliki kesamaan dengan masakan. Bedanya jika memasak mengolah bahan makanan dan bumbu-bumbu, yang diolah untuk menciptakan sebuah lagu adalah nada, alat musik, lirik, dan tempo.

Seperti juga kuliner dengan berbagai jenis masakan, cita rasa, serta penikmatnya, musik juga memiliki berbagai varian. Bagi pemusik penting untuk memilih genre musik yang akan dikuasai dan dikenalkan kepada publik. Karena aliran musik yang dipilihnya akan menjadi identitasnya, menjadi jalan hidupnya dan membentuk ikatan emosional dengan penggemarnya.

Nah,... Bercerita liku-liku memilih genre musik yang paling sesuai dengan passion bermusiknya, Dissa Band hadir dalam acara Kompasiana Ngulik, Ngobrolin Genre Musik pada 13 Maret 2015 lalu.

Sebelumnya, yuk kenalan dulu sama para personel Dissa Band, pemenang 10 besar MeetTheLAbels! Dissa Band terdiri dari empat orang cowok, Mirkal di vokal, Agha di Gitar, lalu ada Adit yang memainkan Gitar juga, terakhir Aris dengan Keyboard-nya. Lho,... Nggak ada yang kurang nih?

Dissa Band memang unik, tanpa kawalan Bassist dan Drummer, Dissa Band mantap memilih pop sebagai aliran musik yang ditekuninya. Anti mainstream, karena drum dan bass seakan telah menjadi instrumen wajib dalam meramu musik pop. Konon, Dissa pernah punya drummer, tapi seiring perjalanan waktu sang penggebuk drum mundur karena memilih profesi lain. Tapi tanpa drum dan bass, Dissa membuktikan bisa!

[caption id="attachment_403106" align="aligncenter" width="510" caption="Dissa dipandu MC Nadia"]

1426458861849875204
1426458861849875204
[/caption]

Kenapa Dissa Band memilih genre musik pop? Itu pertanyaan yang harus mereka jawab.

Sebetulnya sederhana juga sih, pemilihan pop sebagai genre musik Dissa kesepakatan bareng personel Dissa. Kebetulan seluruh anggota band memiliki passion musik yang relatif sama, menggemari musik-musik pop. Kecuali Aris yang konon awalnya menyukai musik instrumental. Walau pun setiap personel memiliki ego dan kecenderungan memainkan musik masing-masing, Dissa berhasil menyatukan karakter pop mereka.

Omong-omong soal karakter nih. Biar pun Dissa mantap memilih pop, yang nota bene sangat banyak ditekuni pemusik, menurut Dissa sebuah band harus punya karakter untuk menjaga penggemar. Karakter musik pop Dissa sendiri cenderung seperti musik orkestra, Mirkal menyebutnya pop modern. Uniknya, tanpa iringan vokal musik Dissa bisa dinikmati sebagai musik tersendiri.

Alasan lain Dissa memilih pop adalah karena kemampuan. Mirkal mengungkapkan bahwa skill bermusik juga sangat menentukan pilihan genre sebuah band. Skill tadi menyangkut karakter suara sang vokalis, dan kemampuan serta latar belakang musik personel yang memainkan instrumen.

[caption id="attachment_403108" align="aligncenter" width="536" caption="Kompasianer serius mencatat pengalaman Dissa"]

1426458997947122738
1426458997947122738
[/caption]

Mirkal mengakui kalau kemampuan dan karakter  vokal yang dimilikinya paling cocok dengan genre Pop. Di samping itu Pop adalah genre yang meng-cover seluruh aspirasi personel Dissa, dengan pop mereka mampu saling menyeimbangkan ketika bermain musik. Nggak mungkin juga kan kalau Dissa yang sudah solid tanpa drummer memainkan musik Rock? Atau lebih aneh kalau mereka milih genre Keroncong dan Dangdut.

Kenapa nggak menciptakan genre baru aja? Dissa menjawab, menciptakan genre musik bukan hal yang mudah. Kalau pun berhasil menciptakan genre musik baru, belum tentu akan disukai masyarakat. Pada akhirnya, tanpa penggemar suatu karya musik akan hilang dari peredaran.

Ada pertanyaan dari salah satu Kompasianer. Mungkin nggak sih sebuah band seperti Dissa pindah genre atau beradaptasi terus menerus, menyesuaikan dengan genre yang sedang populer? Supaya cepat populer dan selalu laku, gitu. Dengan diplomatis Mirkal menjawab, pindah genre sangat mungkin bagi band mana pun. Karena bermusik pada dasarnya berkarya untuk dinikmati publik, sehingga kadang perlu menyesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan masyarakat. Tetapi terlalu adaptatif justru akan membawa dampak negatif untuk band yang bersangkutan. Karena band menjadi tidak memiliki karakter, yang pada akhirnya tidak akan memiliki fans base dan ditinggalkan penggemar.

Tiba-tiba di tengah acara diskusi datang seorang bertopi dengan gaya unik dan super bawel. Oh,... Rupanya itu Rangga dari E-Motion Entertainment.

[caption id="attachment_403107" align="aligncenter" width="408" caption="Rangga dari E-Motion Entertainment"]

14264589401360663005
14264589401360663005
[/caption]

Baru datang, beliau langsung duduk dan menerangkanE-Motion Entertainment. E-Motion Entertainment adalah Record Label, Movie Production, Content Provider, dan Artist Management, bisnisnya tidak hanya musik tetapi dunia hiburan secara global. Label musik yang mengontrak Dissa merupakan salah satu divisi bisnis E-Motion Entertainment. Sebagai label, E-Motion berpengalaman menangani Tompi, Armada Band, Anji, Marcell, dan lain-lain, serta yang paling gress proyek Dewi Gita dan Armand Maulana.

Kenapa label sebesar E-Motion memilih Dissa untuk dikontrak, padahal genre musik pop sudah disesaki banyak pemusik? Rangga mengungkapkan beberapa alasan. Paling pertama dan utama tentu saja kualitas bermusik Dissa. Selain melihat video musik Dissa, E-Motion melihat perform langsung Dissa, membandingkannya, dan kepincut.

Menurut Rangga, ada 3 faktor yang menentukan sebuah band dapat diterima publik. Pertama kualitas musiknya, kedua lirik yang dibawakan, dan ke-tiga faktor X yang tidak bisa dijelaskan dengan mudah. E-Motion yakin dengan potensi yang dimiliki Dissa, karena menilai Dissa memiliki seluruh faktor tadi. Perjalanan musik Dissa sendiri memang sudah teruji. Selama 12 tahun berkarya, Dissa telah mengikuti berbagai festival musik, bahkan pernah dikontrak label walau pun tidak berlanjut. Ketika mengikuti MeetTheLAbels Dissa menggugurkan egoisme sebagai band yang pernah dikontrak label.

Terkait pemilihan genre pop Dissa, Rangga berpandangan genre pop memang sudah sangat padat, namun pasar masih sangat terbuka menerima musik dengan karakter baru. Karena genre musik pada dasarnya cair, tidak bisa mudah dikotak-kotakkan hanya karena kemiripan tertentu. E-Motion sendiri menangani pemusik dengan berbagai genre musik untuk differensiasi. Dalam berkarya E-Motion membebaskan Dissa mengikuti passion mereka, tidak banyak ikut campur dalam kreasi karya-karya musik Dissa. Sebagai label yang lebih memahami pasar, E-Motion hanya mengarahkan Dissa agar musiknya lebih diterima publik.

[caption id="attachment_403111" align="aligncenter" width="638" caption="Penantian Bodoh, Live dari Dissa"]

14264592951120841203
14264592951120841203
[/caption]

Sambil menikmati single "Penantian Bodoh" yang dibawakan oleh Dissa sebagai penutup acara, diam-diam saya menarik kesimpulan acara diskusi Kompasiana Ngulik hari itu. Menyangkut genre, kita tidak bisa membandingkan lebih bagus mana Jazz dengan Keroncong, dengan Dangdut atau Rock, dan lain sebagainya, karena musik soal selera. Masing-masing orang memiliki telinga yang berbeda untuk menilai sebuah musik.

[caption id="attachment_403110" align="aligncenter" width="352" caption="seperti memasak, memilih genre harus karena panggilan hati"]

1426459220358651199
1426459220358651199
[/caption]

Seperti para chef kelas dunia, yang mengerahkan segenap jiwanya untuk memasak tanpa terpaku resep. Bagi seorang musisi atau band yang lebih penting dalam memilih genre musik bukan soal musik yang sedang tren agar laku dijual, tetapi yang paling sesuai dengan kemampuan, karakter bermusik, dan panggilan hati sang musisi. Sehingga mampu memainkan musiknya dengan segenap jiwa.

Penasaran nih dengan aksi-aksi musikal Dissa?

Berikut ini beberapa daftar musikal Dissa Band di Youtube

1. Penantian Bodoh https://www.youtube.com/watch?v=3FY2EJ8dwL0 atau https://www.youtube.com/watch?v=oUq9IpEUUSk

2. Dimanakah Kau Berada (masih ada drummer) https://www.youtube.com/watch?v=wbdegkgU9UM

3. Tentang Isi Hatiku (masih ada drummer) https://www.youtube.com/watch?v=U7CJz4u1AOg

Untuk mengikut aksi-aksi terbaru Dissa Band follow Twitter @DissaBand atau Facebook facebook.com/dissaband

[caption id="attachment_403109" align="aligncenter" width="510" caption="foto eksklusif bareng Dissa"]

14264591561493621203
14264591561493621203
[/caption]

Bogor, 16 Maret 2015

Bahan Tulisan

1. Diskusi Ngobrolin Genre Musik Bareng Dissa. Kompasiana Ngulik 13 Maret 2015.

2. Baker, Trevor. 2013. Cooking to music: why chefs listen to heavy metal

http://www.theguardian.com/lifeandstyle/wordofmouth/2013/oct/21/cooking-music-chefs-heavy-metal

3. E-Motion, http://www.e-motion.co.id/about

4. http://www.thetomatotart.com/life/quotable-fridays-thomas-keller/

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun