Mohon tunggu...
Irpanudin .
Irpanudin . Mohon Tunggu... Petani - suka menulis apa saja

Indonesianis :) private message : knight_riddler90@yahoo.com ----------------------------------------- a real writer is a samurai, his master is truth, his katana is words. -----------------------------------------

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Bermusik Di Era Digital, Narasi Kerja Rigby Melewati Masa Suram Musisi

2 April 2015   18:35 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:37 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebagai representasi optimismenya, Universal memutar otak dan strategi lebih cerdik untuk bertahan di “jalur musik”. Mempererat kerjasama dengan stasiun TV, memaksimalkan pendapatan dari pertunjukan live, penjualan di toko digital semacam iTunes, memperkuat hubungan dengan jaringan toko kaset dan radio, memaksimalkan penjualan di daerah, hingga mengontrak artis-artis pendatang baru berpotensi seperti Rigby, adalah variasi usaha-usaha yang dilakukan Universal. Kontrak, promosi dan penjualan musik juga didorong lebih bersifat single daripada sebuah album utuh. Tentu karena karakter pasar era kini berbeda dibanding masa lalu.

Di samping itu, Universal dengan gabungan pengusaha label musik juga melakukan lobi kepada pemerintah untuk memperkuat perlindungan kepada musisi dan pelaku industri musik. Monetasi musik yang digunakan sebagai media promosi hotel, restoran, toko, atau mall, sanksi tegas bagi situs-situs yang menyebarkan musik di internet, regulasi perlindungan hak cipta karya kreatif, menjadi isu yang terus digulirkan label. Di negara-negara lain, ASEAN pada khususnya, penegakan aturan semacam ini sudah dijalankan sehingga musisi dan label lebih terlindungi.

Di luar apa yang terlihat di permukaan, ternyata menjadi musisi di era digital bukan karir yang mudah. Setelah semua proses panjang, take suara berulang-ulang dalam proses menghasilkan karya musik berkualitas, hasil kerja keras musisi justru dengan mudah dibajak masyarakat yang menamakan diri "penggemar". Di era digital, musisi tidak sekedar harus bisa jreng-jreng-jreng main musik, tapi siap mental beradaptasi menghadapi perubahan yang begitu cepat dan membentuk hubungan emosional yang kuat dengan penggemarnya. Karena pada nyatanya, yang menyelamatkan penjualan musik adalah para penggemar fanatik atau hardcore fans.

[caption id="attachment_407238" align="aligncenter" width="585" caption="Rigby Perform single Tuhan Jangan Lama-lama LIVE"]

14279744331785630219
14279744331785630219
[/caption]

Lalu perjuangan Rigby untuk menapaki karir di dunia musik baru saja sampai di garis START. Seperti judul single merdu yang sore itu dinyanyikan Rigby: “Tuhan Jangan Lama-lama”, sebagai pecinta musik kami turut berdoa semoga masa-masa kelam musisi di era digital ini jangan lama-lama berlangsung. Serta segera terlihat kepedulian dan usaha keras pemerintah untuk turun tangan dan melindungi karya-karya musisi melalui penegakan peraturan hak cipta.

Jika anda ingin menikmati batu pijakan awal Rigby di dunia musik, silakan cek youtube: https://www.youtube.com/watch?v=iNo3pJevVwQ atau ikuti aksi-aksi anak-anak Yogyakarta penerus Sheila On 7 di @Rigbyband

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun