Mohon tunggu...
Irpanudin .
Irpanudin . Mohon Tunggu... Petani - suka menulis apa saja

Indonesianis :) private message : knight_riddler90@yahoo.com ----------------------------------------- a real writer is a samurai, his master is truth, his katana is words. -----------------------------------------

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Ahok, Kang Emil, Mas Ganjar, dan Para Arsitek Peradaban

28 November 2014   13:03 Diperbarui: 12 Mei 2016   21:56 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karena itulah Ahok fokus membenahi birokrasi, agar cetak biru kota Jakarta mampu dieksekusi dengan cepat dan efisien secara pendanaan. Untuk itu Ahok mengambil resiko berhadapan dengan status quo yang terancam kepentingan ekonomi dan kekuasaannya. Ahok sadar sepenuhnya, gaya kepemimpinannya menciptakan banyak musuh. Tapi komitmen Ahok untuk melakukan perubahan, bahkan seandainya tidak terpilih menjadi gubernur lagi, atau bahkan terancam nyawanya, resiko apa pun akan dihadapi Ahok demi perubahan.

Korupsi dan suap yang merajalela, penggelembungan anggaran hingga pekerjaan kecil yang tidak pernah tuntas diselesaikan menjadi pekerjaan utama Ahok selain perlahan-lahan membenahi tata ruang Jakarta. Untuk memberi ruang publik yang memadai, Ahok memberikan dana lebih dari 200 juta untuk membeli rumah tua, merobohkannya dan membangun taman untuk prasarana publik.

Mendengarkan aksi Ahok seperti mendengarkan curhat sekaligus cerita miris dan ironis. Lengkap dari permasalahan besar seperti banjir, gunungan sampah dan kemacetan, hingga mesin pompa rusak yang 2 tahun tidak diperbaiki dan dana perawatan taman rumah dinas gubernur yang mencapai 650 juta rupiah per tahun.

Ahok sama sekali tidak berbicara visi, karena karakteristik Jakarta jauh berbeda dengan Bandung. Ketika moderator diskusi menanyakan visi masa depan Jakarta, dengan diplomatis Ahok menunjuk Kang Emil untuk menjawabnya. Karena perusahaan Kang Emil adalah konsultan tata kota Jakarta, yang dijawab dengan senyum dan anggukan Kang Emil.

Di balik kekerasan kata-katanya dan garangnya aksi Ahok, seorang penanya membuka sisi lembut Ahok ketika menggendong ibu angkatnya yang beragama Islam. Sebuah potret keragaman yang menyentuh. Jakarta yang sedemikian beragamnya dan sarat dengan kepentingan membutuhkan seorang pemimpin yang keras sekaligus lembut dan mampu menghargai keragaman.

Dan saya berpikir, barangkali memang garis takdir-lah yang mengantar Ahok menduduki kursi DKI-1.

[caption id="attachment_378758" align="aligncenter" width="487" caption="dok pribadi"]

14171291902004118468
14171291902004118468
[/caption]

Sebagai catatan kaki, duet maut diskusi Ahok-Emil siang itu juga menghasilkan sebuah kesepakatan spontan antara 2 orang pemimpin. Ketika Kang Emil bercerita tentang musibah yang dialami rombongan bis bobotoh Persib sepanjang perjalanan Merak-Cikampek, Pemda Kota Bandung harus mengganti kerusakan ratusan juta rupiah.

Harusnya gue dong yang mengganti,” celetuk Ahok. Kang Emil mengiyakan dengan penuh semangat, sambil mengulurkan tangan yang segera disambut Ahok. Walaupun masih menyisakan pekerjaan rumah untuk mendamaikan Jakmania dengan Viking, bibit utama perdamaian dan kesepakatan produktif  tercapai dalam waktu sesaat.

Ganjar Pranowo dan Komunikasi Seorang Pemimpin

Senyum jernih di wajah Gubernur Jawa Tengah sore itu seperti menerangi ruangan Sasono Budoyo. Hadir sebagai single fighter, Mas Ganjar mengawali diskusi dengan cerita infrastruktur jalan di Jawa Tengah. Konon jalan di Jawa Tengah adalah yang terburuk dibanding provinsi lain di Jawa.

Karena itulah, pekerjaan pertama Mas Ganjar adalah membenahi infrastruktur jalan di provinsi yang dipimpinnya. Mas Ganjar percaya jika infrastruktur jalan di Jawa Tengah ditingkatkan secara langsung juga akan menggerakkan roda ekonomi berlipat kali lebih cepat. Sebab banyak yang bisa dijual dari Jawa Tengah, dari produk budaya, seni, batik, hingga pariwisata, kesemuanya membutuhkan infrastruktur jalan yang mumpuni.

[caption id="attachment_378759" align="aligncenter" width="300" caption="dok pribadi"]

14171292331093768751
14171292331093768751
[/caption]

Cerita legenda tentang “ngamuknya” Mas Ganjar di Jembatan Timbang tidak lepas dari komitmennya untuk membenahi jalanan Jawa Tengah. Di saat yang sama, ketika mengurangi kolusi di Jembatan Timbang, Mas Ganjar juga berkomitmen meningkatkan kesejahteraan pegawai di sana dengan menaikkan upah jaga dari 50 ribu rupiah menjadi lima kali lipatnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun