Mohon tunggu...
Irpanudin .
Irpanudin . Mohon Tunggu... Petani - suka menulis apa saja

Indonesianis :) private message : knight_riddler90@yahoo.com ----------------------------------------- a real writer is a samurai, his master is truth, his katana is words. -----------------------------------------

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Ahok, Kang Emil, Mas Ganjar, dan Para Arsitek Peradaban

28 November 2014   13:03 Diperbarui: 12 Mei 2016   21:56 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="" align="aligncenter" width="504" caption="dok pribadi"][/caption]

Saya seperti berada di dalam kapsul waktu dan ditarik menuju Indonesia masa depan ketika menghadiri diskusi dengan 3 pemimpin daerah yang sedang naik daun: Kang Emil, Ahok, dan Ganjar Pranowo. Bagaimana tidak? Ruang Sasono Budoyo TMII pun menjadi terasa sangat sempit oleh diskusi yang membedah aksi mereka saat memimpin daerahnya.

Pada ketiga pemimpin tersebut, dengan karakter mereka masing-masing dan karakteristik daerah yang mereka pimpin, Indonesia gemilang bukanlah mimpi kosong. Di luar Kang Emil yang memang berprofesi arsitek, pada diri mereka saya melihat para arsitek peradaban Indonesia masa depan.

Ridwan Kamil dan Visi Kota Bandung

[caption id="attachment_378756" align="aligncenter" width="396" caption="dok pribadi"]

14171290701318597709
14171290701318597709
[/caption]

Berbicara sekitar 10 menit, dengan bahasa yang lugas, padat, dan sesekali disela humor ringan tanpa kehilangan kedalaman materi, Kang Emil berhasil menyihir mereka yang hadir di Sasono Budoyo. Dibuka oleh tampilan visual di layar, selanjutnya waktu seolah terhenti sekaligus bergerak sangat cepat ketika Kang Emil menghadirkan Bandung masa depan secara utuh. Bandung masa depan adalah Bandung penuh inovasi yang ditunjang oleh desentralisasi dan keterlibatan masyarakat.

Bagi Kang Emil yang tumbuh di Bandung sejak kanak-kanak hingga menyelesaikan kuliah di ITB, Bandung adalah pusat kreativitas Indonesia. Dari Kota Bandung lahir seniman-seniman dan produk hasil inovasi kreatif. Maka misi pertama Kang Emil adalah merangsang inovasi kreatif Kota Bandung, dimulai dari puncak piramid kepemimpinan.

Bagi Kang Emil, Inovasi adalah ciri seorang pemimpin. Karenanya Kang Emil memberikan insentif bagi setiap pegawai di dinas kota agar memiliki inovasi yang bisa diterapkan untuk memajukan Bandung.

Bahagianya tu di sini,” kata Kang Emil merujuk sebuah lagu, sambil menunjuk dadanya. Membangun dan memajukan Bandung bagi Kang Emil bukan sekedar membangun infrastruktur kota, tapi membangun kebahagiaan warga Bandung. Karena kemajuan sebuah kota atau negara tidak hanya diukur dari kesejahteraan dan kemegahannya, tapi dari indeks kebahagiaan setiap warganya.

Tapi jangan keliru, meskipun mengutamakan kebahagiaan warga Kota Bandung, pembangunan infrastruktur dan sarana kota justru digenjot sedemikian rupa. Terinspirasi oleh Kota New York, Kang Emil bertekad mengurai kemacetan Bandung melalui pilihan sarana transportasi. Nantinya, warga Jakarta yang berwisata ke Bandung bisa memilih berbagai alternatif transportasi menuju dan di dalam Kota Bandung. Ada kereta monorail, skywalk, hingga kereta gantung menuju Dago.

Ditambah perbaikan prasarana seperti taman yang dikelola oleh komunitas, CCTV dan ruang kerja yang dirancang semegah ruang pilot pesawat Star Trek, dan berbagai fasilitas lain, Kang Emil berjuang untuk mengembalikan wajah Bandung sebagai kota taman sebagaimana yang dahulu dirancang Belanda. Janji Kang Emil, tahun 2016 wajah baru Kota Bandung sudah rampung. Dan saya hanya bisa tercengang menyaksikan gambar Bandung masa depan.

Ahok dan Peperangan Besar Melawan Kepentingan

Jika Kang Emil terinspirasi New York, maka Ahok terinspirasi Chicago. Menarik benang sejarah, wajah Jakarta mirip Chicago tahun 1920-an yang dikuasai gangster semacam Al Capone. Tata kota yang sudah sangat rusak karena suap, kepentingan golongan dari para konglomerat hingga kaum melarat bertumpuk di Jakarta.

Ahok membuka diskusi dengan candaan bahwa pekerjaan sebagai gubernur yang dilakukannya tidak menggunakan otak seperti Kang Emil, melainkan otot. Sebagai ibu kota negara dengan APBD sebesar 80 triliun rupiah, Jakarta memiliki segalanya. Tinggal eksekusi rencana yang sudah dirancang dan komitmen menjalankannya yang harus dibenahi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun