Mohon tunggu...
Dea Marsella
Dea Marsella Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Institut Pertanian Bogor

Hoby berkreasi dengan makeup dan membuat konten di media sosial

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Owa Jawa di Lengkong Sukabumi, Dijaga dan Dirawat Ibu Tini Seorang Tunanetra Sebatang Kara

15 Maret 2023   16:42 Diperbarui: 15 Maret 2023   17:25 399
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sukabumi, 15 Maret 2023. Tahun 2014 Owa Jawa mulai menjadikan hutan di Kecamatan Lengkong sebagai habitatnya. Owa Jawa merupakan salah satu hewan primata yang terancam punah. Saat itu pelajar sekaligus mahasiswa dari belanda datang untuk meneliti keberadaan Owa Jawa di kecamatan Lengkong. Ibu Tini sebagai warga menemani perjalanan para peneliti dan membuat beliau terbuka wawasan nya. Sejak saat itu Ibu Tini mendedikasikan hidupnya untuk menjaga dan merawat Owa Jawa.

Owa Jawa merupakan satwa endemik Pulau Jawa, satu-satunya jenis primata yang tidak berekor dari keluarga owa (Famili Hylobatidae). Kerabat owa lainnya hidup di Sumatera (2 jenis), Mentawai (1 jenis), dan Kalimantan (2 jenis). Menurut badan dunia IUCN, satwa ini terancam punah (endangered).

Owa jawa merupakan pasangan yang setia. Rata-rata owa betina melahirkan sekali setiap tiga tahun, dengan masa mengandung selama 7 bulan. Anak-anaknya disusui hingga usia 18 bulan, dan terus bersama keluarganya sampai dewasa, yang dicapainya pada umur sekitar 8 tahun. Owa muda kemudian akan memisahkan diri dan mencari pasangannya sendiri.

Owa Jawa memiliki nama ilmiah Hylobates moloch yang merupakan satwa endemik di Pulau Jawa. Ciri khas nya adalah tidak berekor, tubuh ramping dan memiliki tangan yang lebih panjang dari tubuhnya. Tangan ini digunakan untuk berayun dan berpindah dari satu pohon ke pohon lainnya. Primata ini memiliki tubuh berwarna abu-abu dan wajah yang gelap.

Owa Jawa hidup dalam kelompok kecil yang mirip keluarga, karena terdiri dari jantan, betina, serta anak owa. Terdapat satu kelompok keluarga Owa Jawa, yang selalu Ibu Tini temui setiap hari. Ibu Tini memberikan nama kepada para Owa yang dirawatnya di hutan liar. Induknya diberi nama Ema, pasangan jantannya diberi nama Abah, Wiki-wiki anak pertama, Jojo Anak ke dua, Tina anak ke tiga, Naruto anak ke empat, Takeshi anak kelima dan Arashi atau biasa dipanggil dede oleh Ibu Tini. Namun dalam kelompok tersebut saat ini hanya tersisa Emak, Abah, Naruto, Takeshi dan Arashi.

Kondisi hutan yang sangat memprihatinkan menjadikan hewan otentik tersebut kesulitan mendapatkan pasokan makan. Setiap hari sang penjaga akan datang untuk memberikan pisang, kepada hewan otentik tersebut. Keterbatasan dan segala kekurangan yang dimiliki Ibu Tini, tidaklah membuatnya gentar pada tujuannya. Warung kopi merupakan satu-satunya mata pencaharian yang dilakukan, dengan pemasukan tiga sampai sepuluh ribu perhari. Tidak jarang beliau tidak mendapatkan pemasukan dan tangan nya terkena luka bakar akibat penggorengan. Karena, kondisi kesehatannya yang kian menurun, saat ini beliau sudah tidak dapat melihat dengan jelas.

Owa Jawa sebagai salah satu hewan endemik yang terancam punah, sudah seharusnya mendapatkan perhatian lebih. Mulai dari warga, tokoh masyarakat dan pemerintah seakan menutup mata atas keberadaan hewan otentik tersebut. Tidak ada bantuan khusus dan berkesinambungan bagi Owa Jawa dan Ibu Tini di Kecamatan Lengkong. Beliau hanya menerima bantuan dari sukarelawan, yang tidak pasti akan terus mendapatkannya. "Pernah ada yang menjanjikan kepada saya, pada salah satu stasiun TV bahwa dirinya akan memberikan bantuan berupa uang setiap bulan nya. Namun, saya hanya mendapatkan selama tiga bulan dan menghilang begitu saja."

Pihak Perhutani mengubah fungsi hutan yang semula berstatus hutan produksi, menjadi hutan lindung. Hal tersebut dilakukan karena, adanya keberadaan Owa Jawa sebagai hewan endemik yang dilindungi. Salah satu pihak dari Kecamatan Lengkong mengatakan "Bahwasannya pemerintah memang tidak memberikan bantuan secara khusus, pada keberadaan Owa Jawa di Kecamatan Lengkong." Kesadaran masyarakat pun terkadang bertindak dengan tidak semestinya. Tidak jarang warga meminta pertanggung jawaban pada Ibu Tini atas apa yang dilakukan oleh Owa.

Ibu Tini pernah mendengar bahwa "Pihak perhutani, menganggap keberadaan Owa Jawa menjadi tanggung jawab semua pihak." Pihak perhutani pernah menanam pohon buah di hutan, namun tidak terawat. Hutan habitat Owa Jawa dipenuhi dengan pohon mahoni, dan sulit mendapatkan buah di hutan. Hal tersebut membuat Ibu Tini harus terus membawakan pisang, bagi Owa jawa setiap harinya.

Ibu Tini yang hidup sebatang kara, dan hanya berjualan kopi. Dengan kondisi nya yang tidak cukup baik, beliau terus gigih untuk menjaga Owa Jawa. Walaupun harus berhutang pisang kepada para petani, beliau merasa ikhlas dan tulus. Owa Jawa baginya sudah menjadi seperti keluarga, ada banyak sekali keistimewaan Owa Jawa. Baginya hewan otentik tersebut, merupakan hewan dengan kepribadian yang sangat baik.

Impian terbesar sang penjaga Owa Jawa adalah, dapat membeli tanah yang dijual perhutani. Niat beliau tersebut tidak lain dan tidak bukan, hanyalah untuk kesejahteraan Owa Jawa. Beliau akan menanami dan merawat berbagai macam pepohonan buah, untuk keberlangsungan hidup. Dan menanami banyak pohon yang dapat menyimpan pasokan air, untuk kebutuhan air bersih masyarakat.

Ibu Tini hanya bisa terus berdo'a dan berusaha sebaik mungkin yang dapat dilakukanya saat ini. "Saya khawatir, jika nanti saya sudah tidak ada. Siapa yang akan menjaga kelestarian hutan dan Owa Jawa disini". Beliau begitu sangat tulus sejak dahulu hingga saat ini, mendedikasikan hidupnya merawat dan menjaga Owa jawa sepenuh hari.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun