Sebagai mahasiswi yang sering menggunakan AI khususnya ChatGPT dalam tugas-tugas kampus, ada beberapa efek yang aku rasakan baik dari sisi positif maupun negatifnya. Sisi positifnya, AI tuh benar-benar membantu banget, apalagi kalau lagi diburu waktu.
Misalnya, kalau ada tugas yang butuh analisis data atau cari referensi, AI bisa mempercepat semuanya, bahkan sering kali hasilnya lebih akurat daripada kita mengerjakannya manual. Buat tugas sehari-hari, AI juga bisa ngebantu hal-hal kecil kayak ngejadwalin meeting atau ngerapihin dokumen, jadi saya bisa lebih fokus ke hal-hal yang lain.
Dengan adanya efek positif, tentu ada efek negatif saat saya menggunakan bantuan AI, yaitu saya merasa mengalami ketergantungan pada ChatGPT/AI, ada saat-saat dimana saya merasa jadi terlalu tergantung sama ChatGPT, dengan hasil jawaban yang sangat cepat saya jadi sering tergoda buat langsung pakai hasilnya tanpa mikir panjang atau analisis lebih lanjut.
Ketergantungan ini kadang bikin saya merasa kurang melatih kemampuan berpikir kritis, dan juga AI memang canggih sih tapi tetap ada risiko kesalahan atau bias, terutama kalau datanya enggak lengkap atau nggak akurat. Saya pernah mengalami, saat ChatGPT ngasih saran yang ternyata kurang tepat karena basis datanya enggak relevan. Jadi, kita tetap harus kritis dan nggak menelan mentah-mentah hasil dari ChatGPT.
Bentuk Literasi Digital yang Dibutuhkan Akademisi
Literasi digital dalam penggunaan AI mencakup pemahaman dasar tentang teknologi AI, kesadaran akan privasi dan keamanan data, serta etika dan tanggung jawab dalam penggunaannya; selain itu, literasi ini melibatkan kemampuan evaluasi kritis terhadap alat AI, keterampilan kolaborasi digital, komunikasi yang etis, dan kesadaran akan potensi bias dalam algoritma, sehingga pengguna dapat memaksimalkan manfaat AI dengan bijak dan bertanggung jawab, serta memastikan hasil yang akurat dan adil dalam riset atau pembelajaran, tanpa melanggar hak-hak privasi individu atau menimbulkan dampak negatif lainnya.
Menjaga Etika dalam Penggunaan AI
Menjaga etika dalam menggunakan AI berarti memastikan bahwa penggunaannya dilakukan dengan penuh kesadaran akan privasi, transparansi, dan tanggung jawab. Kita harus berhati-hati untuk tidak bergantung berlebihan pada AI sehingga tetap melatih kemampuan berpikir kritis, serta menjaga privasi dengan tidak membagikan data sensitif yang bisa disalahgunakan.
Dalam dunia akademik, ini juga berarti selalu menyatakan secara jujur saat menggunakan AI dalam penelitian atau tugas, dan tidak memanfaatkannya untuk kegiatan yang dapat merugikan, seperti plagiarisme atau manipulasi hasil.
Etika juga mencakup pemahaman bahwa AI bisa memiliki bias yang perlu dipertimbangkan, jadi kita perlu menilai hasil dari AI dengan skeptis dan kritis. Dengan menjaga semua aspek ini, kita bisa memastikan AI membantu kegiatan akademik tanpa mengurangi integritas, menghormati hak-hak privasi, dan menjaga kualitas hasil penelitian atau pembelajaran yang bebas dari bias atau hasil yang merugikan orang lain.