Mohon tunggu...
Dea irene Mardiana
Dea irene Mardiana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa aktif Komunikasi dan Penyiaran Islam - Universitas Muhammadiyah Jakarta - Penerima Beasiswa Program 1000 Da'i BAMUIS BNI

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Adab Disandingi dengan Ilmu

26 Mei 2024   22:46 Diperbarui: 26 Mei 2024   23:46 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Adab menuntut ilmu adalah pondasi utama dalam perjalanan pencarian pengetahuan dan pemahaman yang mendalam. Di dalamnya terdapat seperangkat nilai, sikap, dan perilaku yang membimbing seseorang dalam proses belajar. Adab ini tidak hanya mencakup tindakan eksternal, tetapi juga menyangkut kesadaran batiniah dan sikap hati yang tulus.

Niat yang Murni

Setiap langkah dalam menuntut ilmu harus didasarkan pada niat yang tulus. Niat yang murni adalah titik awal yang penting karena menentukan arah dan tujuan dari usaha belajar seseorang. Sebuah niat yang baik adalah yang bersifat ikhlas, tidak bercampur dengan motif-motif yang negatif seperti kesombongan atau pencitraan diri. Ketika seseorang memiliki niat yang tulus, maka setiap usaha yang dilakukan dalam menuntut ilmu akan menjadi lebih berarti dan bermakna.

Kesungguhan dan Ketekunan

Menuntut ilmu memerlukan kesabaran dan ketekunan. Proses belajar tidak selalu mudah, seringkali diwarnai dengan kesulitan dan rintangan. Namun, dengan kesungguhan dan ketekunan, seseorang akan mampu melewati setiap tantangan tersebut. Kesungguhan akan mendorong seseorang untuk terus maju meskipun dihadapkan pada hambatan-hambatan yang mungkin timbul. Ketekunan, di sisi lain, adalah kemampuan untuk tetap fokus dan gigih dalam mengejar tujuan belajar meskipun terjadi kemunduran atau kegagalan.

Merendah dan Membuka Diri

Salah satu prinsip penting dalam menuntut ilmu adalah merendah dan membuka diri terhadap pengetahuan baru. Merendah artinya mengakui bahwa pengetahuan seseorang terbatas dan masih banyak hal yang perlu dipelajari. Ketika seseorang merasa bahwa dirinya sudah tahu segalanya, maka pintu pembelajaran akan tertutup dan perkembangan intelektualnya akan terhambat. Membuka diri, di sisi lain, berarti siap menerima segala jenis pengetahuan tanpa memandang asal usulnya. Seseorang harus bersedia untuk menerima pandangan atau pendapat yang berbeda dengan keyakinannya sendiri, dan bersedia untuk mengubah pemikirannya jika ditemukan bukti yang lebih kuat atau argumen yang lebih masuk akal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun