Komunikasi dalam lingkup kegiatan sehari-hari ialah hal yang biasa dilakukan dengan berbagai cara dan media.
Cara dalam komunikasi tergantung pada apa fungsi yang kita pakai untuk menunjang tujuan komunikasi yang kita inginkan. Dan ter gambar dalam berbagai model komunikasi dari paling sederhana yakni model pengirim-penerima, pengirim sebagai penyedia informasi dan penerima sebagai seorang yang dituju untuk informasi tersebut.
Salah satu model komunikasi yakni model budaya yakni proses komunikasi yang melibatkan budaya di tengah-tengah suatu proses komunikasi. Komunikasi ini melibatkan transmisi dan negosiasi dimana dibentuk oleh praktik-prakti budaya pengirim dan penerima. Model ini juga diklaim sebagai model terbaik karena mampu mengemukaan elemen umum seperti partisipasi, mode komunikasi, lingkungan fisik, relasi kekuasaan, dan kebudayaan.
Dengan berbagai model ini muncullah fenomena fenomena komunikasi yang memicu terbentuk nya tradisi komunikasi hingga saat ini munculnya tradisi teoritik yang hadir dengan berbagai konteks disiplin baik modernisme maupun post modernisme.
Tradisi komunikasi yang menjadi perbincangan disini ialah tradisi kritikal.
Teori- teori kritis merupakan Aliran/mazhab pemikiran dalam ilmu sosial yang menekankan penilaian reflektif dan kritik dari relasi masyarakat dan budaya melalui penerapan ilmu pengetahuan sosial dan humaniora.
Inti dari teori kritis ialah manusia yang melihat relasi antara realitas dengan kontrol manusia akan kebutuhan sehingga terbentuknya realitas palsu yang merupalan bentuk dari akibat sistem ekonomi kapitalisme. Kapotalisme ialah produksi sebesar besarnya dengan distribusi seluas-luasnya serta konsumsi sebanyak banyaknya.
Pandangan ini bersumber dari pemikiran Karl Marx (Marxisme) tentang materialisme historis. Yaitu pandangan dialektika ekonomi Karl Marx yang menjelaskan sejarah realitas sosial dibentuk berdasarkan kelas ekonomi masyarakat yang terjadi sepanjang masa Materialisme yang dimaksud Marx adalah benda sebagai kenyataan yang pokok dalam realitas Dalam pandangan ini, bukan kesadaran manusia yang menentukan keadaan mereka, tetapi keadaan sosial mereka yang menentukan kesadaran mereka.
Karena itu, Karl Marx mengandaikan realitas sosial dibentuk dan ditentukan oleh perjuangan kelas sosial/ekonomi melalui konflik antar kelas.
Kelas sosial ini dibagi kedalam tiga tingkatan tingkatan pertama yakni kaum pertama yaitu borjuis sebagai pemilk modal, kelas menengah, serta kelas proletar yang merupakan kaum buruh yang menjual tenaga pada kaum borjuis untuk mendapatkan upah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H