Mohon tunggu...
Dea Deva Rahmawati
Dea Deva Rahmawati Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

jadilah diri sendiri

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Pentingnya Guru Untuk Mempelajari Psikologi Pendidikan

27 Juni 2024   09:22 Diperbarui: 27 Juni 2024   09:36 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Bidang pendidikan perlu memiliki pemahaman yang kuat tentang psikologi karena siswa memiliki karakteristik unik yang dapat dilihat pada bidang-bidang berikut: ciri-ciri kepribadian, motivasi, sikap, minat, perhatian, persepsi, daya pikir, kecerdasan, fantasi, dan aspek-aspek psikologis lainnya yang berbeda di antara siswa yang mirip satu sama lain. Karakteristik psikologis yang dimiliki siswa berbeda dengan karakteristik guru dan siswa lain di dalam kelas, jika ingin pembelajarannya sukses.

Psikologi pendidikan terdiri dari kata psikologi dan pendidikan. Psikologi berasal dari kata psyche yang berarti jiwa dan logos yang berarti ilmu. Jadi secara harfiah psikologi berarti ilmu tentang jiwa atau ilmu jiwa. Maka psikologi merupakan kajian ilmiah mengenai tingkah laku dan proses mental. Sedangkan psikologi pendidikan adalah cabang psikologi yang khusus mempelajari aktivitas-aktivitas atau tingkah laku manusia dan proses mental yang terjadi dalam proses pendidikan.

Sehingga dengan adanya ilmu psikologi pendidikan, kegiatan pembelajaran akan lebih efisien dan sesuai dengan tujuan. Guru akan memahami dan mengetahui bagaimana cara mendisiplinkan siswa sesuai dengan kurva pembelajaran. 

Seperti yang terjadi sebelum psikologi secara resmi masuk ke dalam bidang pendidikan, orang-orang mengatakan bahwa pelajaran tentang materi yang akan diberikan kepada siswa adalah salah satu hal terpenting yang perlu diperhatikan oleh para pengajar, termasuk para pembimbing. Namun, mengingat kondisi pengetahuan psikologi dunia saat ini dan, khususnya, psikologi anak-anak, pertumbuhan ini disebabkan oleh prevalensi penelitian berbasis empiris, yang menyebabkan kurva melengkung ke atas.

Sejalan dengan pernyataan tersebut, ada beberapa guru yang tidak pernah belajar psikologi di sekolah karena materi pelajaran tersebut diajarkan di Perguruan Tinggi.  Namun bukan berarti guru tersebut tidak mampu memberikan ilmu yang baik kepada muridnya.  

Selain itu, guru yang bersangkutan mengajar dengan cara yang sama dengan apa yang dipelajari oleh murid-murid di Bangku Sekolah Dahulu, yang terkadang disebut sebagai pengajaran "tradisional". Guru anak adalah guru utama mereka, sedangkan asisten guru adalah guru kedua.  

Karena kurangnya pengalaman dalam pendidikan psikologis, misalnya, ketika seorang siswa menunjukkan tanda-tanda kebutuhan khusus, para guru ragu-ragu untuk menerima siswa berkebutuhan khusus dan hanya menerima siswa yang rata-rata.  

Hal ini disebabkan karena pada awal-awal sebelum psikologi pendidikan berkembang pesat, anak berkebutuhan khusus dianggap gila dan tidak waras, yang tidak dapat menerima pendidikan yang layak. Namun, ada guru yang sebelumnya telah mempelajari psikologi pendidikan, guru yang satu ini menekankan pada nilai dan kebutuhan anak yang diasuhnya. 

Demikian kiranya perbedaan yang dapat ditemui di lapangan dunia pendidikan dahulu dan sekarang. Sebagai contoh, jika seorang guru memiliki siswa berkebutuhan khusus, siswa akan belajar bagaimana mendapatkan dukungan dan instruksi yang mereka butuhkan di sekolah dan di komunitas mereka, dengan demikian, perbedaan dapat diamati di bidang pendidikan baik sekarang dan di masa lalu. 

Salah satu perbedaan yang jelas terlihat adalah cara pendidikan khusus diberikan kepada siswa berkebutuhan khusus. Lebih jauh lagi, masalah ini harus segera ditangani secepat mungkin.  Memang, hal ini tidak sesederhana yang terlihat, misalnya, seperti apa yang peneliti pahami dari seorang anak yang memiliki kebutuhan tertentu.  

Peneliti tergangggu segera waktu istirahat ketika anak tersebut masuk ke tempat peneliti, karena konsumen tersebut bercerita dan berteriak-teriak sendiri, sehingga tidak bisa tidur siang. Adapun, apabila diusir anak tersebut kembali lagi, tidak ada cara lain kecuali mengusirnya. Sedangkan menghukum dengan cara berdiri di depan kelas sudah jarang diterapkan pada masa sekarang ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun