Mohon tunggu...
Dea Annissa
Dea Annissa Mohon Tunggu... -

jemari menari.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Menanti Janji Senja

28 Januari 2018   20:11 Diperbarui: 28 Januari 2018   21:23 581
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

**

Langit senja kali ini seperti memelukku dengan hangat, meninggalkan kenangan indah bagi siapapun yang melihat perpaduan antara terang dan gelap itu. Menyatu membentuk lukisan dilangit. Pantai selalu menjadi pilihanku saat aku butuh ide untuk menulis cerita. Desiran ombak seakan menjadi teman dalam sepi, sayup-sayup terdengar silih berganti. Tempat ini punya banyak andil dalam setiap ceritaku. Tempat yang penuh keindahan dan kebahagiaan.

Mataku tertuju pada sosok pria dibawah sana, yang tampaknya ia juga sedang menikmati keindahan waktu senja ini sambil berjalan kecil di jalan setapak menuju villa, berbeda denganku yang memilih duduk manis ditemani secangkir kopi. Tak begitu jelas terlihat wajahnya, karena hari mulai gelap. Aku coba memperhatikan lebih lekat lagi, dan entah bagaimana sekarang pandangannya mengarah padaku. "RADO!" Ucapku, buru2 aku menutup mulutku karena terlalu kuat menyebutkan nama pria itu. Dia terdiam sejenak samar-samar dilihatnya, lalu "RENEY!" teriaknya sambil melambaikan tangan kearahku dan senyumnya ya senyumnya membuat hatiku bergemuruh.

"Bagaimana kau bisa,,," pertanyaan yang muncul dari kami berdua. Kamipun tertawa kecil, "kau saja duluan" ucap rado. "Oke, baiklah. Bagaimana kau bisa ada disini?" tanyaku, sudah jelas pasti ada tanda tanya besar diwajahku sekarang. "Aku ada keperluan penting disini ren, jadi aku pulang untuk beberapa hari, yah aku menyempatkan diriku sejenak untuk menyegarkan pikiran disini" jawabnya sambil tersenyum menatapku, "dan kau sendiri ?", "Aku sedang menulis, dan ini tempat terbaik untuk mencari ketenangan" jawabku. "Kau sudah menikah ren ?" pertanyaannya menyekat tenggorokanku, "belum, aku belum menikah. Bagaimana denganmu? Kita sudah kehilangan kabar entah berapa lama ya" jawabku basa-basi, sebenarnya aku sendiri tak siap mendengar jawaban darinya. "Ya, kita kehilangan kabar untuk waktu yang lama dan aku juga akan segera menikah ren," jawabnya sambil tersenyum bahagia, dadaku sesak, seakan runtuh tapi tak runtuh. "A..aku senang mendengarnya do," jawabku sekuat tenaga. "Baiklah ren senang bertemu lagi denganmu, aku pulang ke villa dulu ya dan akan kembali kesini besok jangan kemana2 oke!. Berikan nomor hp mu?" pintanya, aku pun dengan gontai menyebutkan nomorku padanya, nyawaku belum terkumpul sepenuhnya setelah mendengar jawaban tadi. "bye ren," diacaknya pelan rambutku, dan berlalu.

Rado, dia seniorku dikampus dulu, lalu entah sejak kapan kami menjadi teman baik, dan entah sejak kapan pula aku mulai menaruh hati padanya. Dia yang selalu ada untukku, apapun yang terjadi. Sampai akhirnya dia lulus kuliah, dan melanjutkan pendidikan ke luar negeri tak pernah ada lagi kabar darinya dan akupun sama sekali tak sempat menyampaikan isi hatiku padanya. aku terlalu takut dia menganggapku tak lebih dari seorang teman. Dia, ya dia adalah teman baikku semasa kuliah, teman baik yang sudah membawa hatiku bersamanya dan tidak pernah mengembalikannya.

**

Tok tok tok... "RENEYY RENEYY" aku tersentak dari lamunanku, bergegas kubukakan pintu untuknya. "maaf lama," ucapku malas, "kenapa? Aku sudah menghubungi ponselmu daritadi" ucapnya, aku memandangnya dan melihat raut wajahnya yang khawatir, "hah, untuk apa kau khawatir, sudah mau menikah juga" batinku, "aku tadi tertidur sebentar," jawabku asal, Rado memperhatikanku dari atas kebawah, ya daritadi aku hanya mengenakan kaus dan celana pendek semalam, dan kaca mata yang tertengger diatas kepalaku, aku belum mandi sementara dia sudah keren saja batinku. "Aku mau mandi, kau tunggu sajalah dulu" ujarku, "oke, aku tunggu didalam ya" jawabnya sambil menunjuk ke ruang tv, "Iya rado terserahmu," aku pun meninggalkannya.

"sudah selesai berdandannya nyonya ?" sindirnya jahil, "iya sudah, kau mau apa?" aku tak bisa menyembunyikan kekesalanku padanya, "aku mau mengajakmu keliling dan makan di cafe yang ada diujung jalan ini, kau mau kan? Ayolah sudah bertahun-tahun lamanya aku tidak melihat reney-ku" ucapnya santai sambil merangkulku, aku melihat wajahnya, tidak ada salahnya pikirku biarlah ini menjadi kenangan yang rado ciptakan lagi untukku. "iya ayo ayo, aku ikut saja" ujarku padanya.

**

Kami duduk terpaku satu sama lain, rado dan aku hanya menatap jauh pemandangan indah pantai yang ada didepan kami. Aku dengan pikiranku sendiri, begitupula dengan rado, aku merasakannya dia juga sedang berpikir tapi sayang aku tak bisa membaca pikirannya. "terimakasih sudah hidup dengan baik selama ini ren, kau tumbuh jadi wanita yang sangat cantik." rado memecahkan keheningan, pernyataannya menghanyutkan hatiku, untung aku cepat-cepat sadar dia sudah milik orang, kalau tidak mungkin aku akan jatuh kepangkuannya sekarang juga. "dengan siapa kau akan menikah ? apa dia baik ? dia cantik?" tanyaku, tak menghiraukan perkataannya tadi. "ya dia sangat cantik dan baik sama sepertimu, sudah lama aku menantinya" jawabnya sambil tersenyum menatapku, "huh, aku tak suka kau samakan dengan dia," jawabku kesal, "kenapa kau hilang dan tak pernah menghubungiku?" tanyaku lagi padanya, "maafkan aku ren, aku hanya harus fokus pada pendidikan dan pekerjaanku banyak yang terjadi setelah kita berpisah. Kau menunggu kabarku?" tanyanya pelan, "ya, aku sangat menunggu. Bagaimana tidak menunggu, kau yang selama ini ada untukku tiba-tiba hilang begitu saja dan sekarang saat kau kembali kau akan segera menikah. Aku akan kehilanganmu lagi," aku sudah mulai tidak bisa menahan emosiku, air mataku perlahan mengalir, panas hatiku. "Ren, jangan menangis, aku tak akan hilang percayalah padaku." Rado memelukku, rasanya aku tak bisa membiarkannya menikah dengan orang lain. "Ayo kita kembali ke villa, besok kita akan pulang bukan? Aku jemput kau besok pagi, kita akan pulang bersama" ujarnya sambil mengusap-usap punggungku, aku mengangguk dan kamipun beranjak pergi.

Malam ini pun berakhir dengan cerita panjang, aku sedikit lega karena sudah mencurahkan sebagian kecil perasaanku padanya tetap saja tidak semuanya tidak ada embel-embel yang menunjukkan cintaku yang sesungguhnya. Aku tau saat dia meninggalkanku dalam tidur, dia masih rado-ku yang sama , tak ada yang berubah hanya saja sekarang dihatinya ada wanita lain yang akan dinikahinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun