Dea Aprilia
deaapprilia06@gmail.com
      Sebagaimana yang diketahui bahwa pandemi Covid-19 telah melanda pada tahun 2020 yang berdampak pada hampir semua negara di dunia tak terkecuali Indonesia. Covid-19 menyerang pernapasan hingga dampak akut dapat menyebabkan kematian. Penularan yang begitu cepat membuat pemerintah Indonesia mengambil kebijakan untuk melarang masyarakat keluar dari rumah. Maka dari itu dari semua sektor kehidupan masyarakat termasuk pendidikan dilakukan dari rumah atau dilakukan secara daring.
      Dalam pendidikan berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk memaksimalkan pendidikan bagi anak-anak di Indonesia. Melalui sistem daring baik dalam tingkat sekolah ataupun perguruan tinggi menggunakan berbagai platform online seperti Zoom, Wassap, Google Classroom, dan platform online lain untuk menunjang pembelajaran. Namun tentunya yang dapat mengakses hanya orang-orang yang mempunyai akses tersebut. Maka dari itu pemerintah membuat tontonan edukasi di televisi untuk membantu siswa yang tidak mempunyai akses walau siswa di daerah-daerah pedalaman juga tidak mempunyai televisi.
      Kesulitan lainnya adalah tenaga pendidik yang tidak mengerti pemakaian teknologi yang telah disebutkan di atas sehingga selama pembelajaran siswa hanya diberikan tugas tanpa penjelasan apapun, ataupun hanya mengirimkan bahan bacaan. Belum lagi pemahaman siswa yang berbeda saat pembelajaran langsung dan pembelajaran daring sehingga penyampaian informasi tidak sampai ke pemahaman siswa.
      Terhitung sudah dua tahun sejak krisis pandemi Covid-19 dan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) dilaksankan. Namun  sejak penurunan kasus penularan pembelajaran tatap muka kembali dilaksanakan. Sekolah-sekolah di Indonesia secara bertahap mulai membuka pembelajaran tatap muka. Peralihan dari pembelajaran daring ke pembelajaran langsung tentu bukan tantangan yang mudah. Setelah dua tahun berada di rumah tentunya membawa dampak bagi siswa. Siswa yang mengalami pembelajaran daring mengalami learning loss. Learning loss sendiri adalah menurunnya keterampilan ataupun pengetahuan secara akademis pada anak (Nurmala, 2022:408). Selain itu learning loss juga dapat dikatakan hilangnya ketertarikan belajar pada anak karena kurangnya interaksi dengan guru pada saat pembelajaran daring (Hadi, 2021:290).
      Terdapat tanda-tanda anak mengalami learning loss yaitu menunrunya intelektual dan keterampilan, mundurnya prestasi belajar, tumbuh kembang anak yang terganggu, anak mengalami tekanan psikologis akibat kesenjangan akses belajar (Setia, 2021:13). Lalu ada pula penyebab dari learning loss yaitu : (1) Kurangnya interaksi antara siswa dan guru sehingga anak menjadi kehilangan minat belajar, (2) Metode pengajaran yang diberikan tidak sesuai dengan kompetesi anak sehingga anak sulit memahami apa yang diberikan oleh guru. (3) Anak mulai terbiasa dengan fleksibilitas waktu saat pembelajaran daring.
      Permasalahan learning loss tentunya menjadi masalah serius yang bukan hanya masalah bagi dunia pendidikan saja tapi juga masalah bagi setiap masyarakat agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara maksimal. Oleh karen itu tulisan ini bertujuan untuk menganalisis learning loss anak pasca pandemi agar kemudia memberikan gambaran mengenai pemecahan masalah dalam kasus tersebut.
      Penutupan sekolah telah menjadi bagian dari kebijakan pemerintah dalam mengatasi Covid-19. Oleh karena itu pembelajaran tatap muka digantikan dengan pembelajaran daring. Pada kenyataannya masyarakat menggantungkan pendidikan kepada sekolah sehingga kejadian yang tidak terduga seperti pandemic Covid-19 ini menimbulkan berbagai masalah. Belajar dari rumah menimbulkan kekhawatiran akan penurunan kualitas pengetahuan bahkan keterampilan bersosialisasi siswa. Kesulitan-kesulitan pembelajaran daring dimulai dari penyampaian materi yang leluasa, kesulitan untuk bertanya pada atau berkonsultasi kepada guru, serta gangguan kelancaran internet.
      Seperti yang sudah disinggung sebelumnya bahwa dalam pendidikan masyarakat terlalu menggantungkan segalanya kepada sekolah. Pada tingkatan rendah seperti SD dan TK semuanya akan dialihkan kepada keluarga. Karena tentunya pemahaman anak usia TK atau SD berbeda dengan tingkatan yang lebih tinggi sehingga harus membutuhkan bimbingan dari orang tua. Maka orang tua mengeluh saat harus menjadi guru di rumah hingga mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru.
      Di pihak guru pun juga mendapatkan kesulitan dalam memberikan materi ajar kepada siswa. Seperti jam belajar yang tentunya terpotong, materi yang tidak tersampaikan dengan baik. Karena tentunya berbeda belajar langsung dengan belajar daring, dan yang paling sulit tentunya saat materi berkaitan dengan praktik. Learning loss bukan hanya terjadi saat Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) saja melainkan juga saat sekolah tatap muka kembali dilakukan.
      Tidak dipungkiri kesulitan penyampaian materi juga diakibatkan dari banyaknya guru yang belum memahami teknologi, kebingungan para guru mengenai kebijakan pemerintah masih belum relevan dengan realitas yang ada di Indonesia. Banyak ditemukan guru-guru yang hanya memberikan tugas di grup WhatsApp tanpa adanya penjelasan hal itu tentunya tidak membantu siswa untuk memahami materi.
      Dilihat dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Archi, dkk (2021:332) yang dilakukan di SDN Senurus mengemukakan bahwa waktu pembelajaran saat pandemic hanya 30 menit di setiap pelajaran berbanding dengan petemuan tatap langsung yang dapat berlangsung selama lima sampai enam jam sehari. Mempelajari materi hanya dengan 30 menit tentunya sangat kurang dan bahkan tidak efektif. Para peserta didik pun lebih ingin belajar langsung di sekolah yang tentunya akan lebih bersemangat apabila mereka bertemu dnegan teman-temannya, apabila daring banyak orang tua dan anak yang mengeluh malas saat pembelajaran daring dilakukan.
      Disinggung sebelumnya bahwa orang tua juga berperan sebagai guru di rumah. Namun tidak dipungkiri banyak anak yang dilepas belajar begitu saja oleh orang tua mereka karena orang tua juga sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Jika tanpa pengawasan tentu anak tidak serius dalam belajar atau mendnegarkan penjelasan guru. Tidak hanya itu anak pastinya lebih memiih memainkan gadget daripada membaca buku. Kurangnya awasan orang tua dan minimnya kesadaran anak untuk membaca maka dapat diketahui hasil belajar anak pastinya tidak maksimal. Dengan membaca diharapkan anak menjadi lebih paham atas pembelajaran dan dapat diterima dengan baik. Selain itu kurangnya membaca dan kurangnya interaksi dengan guru berdampak pada anak yang menjadi kurang berpikir kritis dan pengetahuan siswa menjadi kosong akibat tersebut.
      Dalam PJJ tentunya waktu pembelajaran menjadi fleksibel. Fleksibilitas waktu juga memberikan pengaruh kepada siswa yaitu pengaruh terhadap kedisiplinan. Beberapa contoh masalah kedisiplinan yang dikemukakan Nurmala (2022:414) : selama PJJ anak dapat dapat bangun tidak sesuai saat waktu sekolah sehingga saat pembelajaran tatap muka anak masih akan terbawa kebiasaan "bangun terlambat" sehingga datang sekolah terlambat dan pastinya mmebutuhkan waktu untuk membenahi hal tersebut. Nurmala juga menjelaskan bahwa selama PJJ pastinya anak jarang mencatat apa yang dikatakan oleh guru maka dari itu kebiasaan tersebut akan terbawa saat pembelajaran tatap muka langsung. Lalu saat PJJ tentunya guru tidak dapat mengawasi apakah siswa belajar serius atau tidak, kebanyakan siswa tidak mengambil serius pembelajaran yang diberikan karena factor tidak adanya pengawasan tersebut maka setelah pembelajaran tatap muka diterapkan banyak anak yang tidak serius dalam mengikuti pembelajaran yang tentunya tidak hanya merugikan diri si anak tapi juga merugikan teman-teman sekelas.
     Â
      Permasalahan berikutnya adalah kesopanan. Sekolah adalah salah satu lembaga yang dapat membentuk karakter anak salah satunya berupa kesopanan. Saat pandemi yang mengharukan anak berada di rumah tentunya menimbulkan permasalahan yang lain. Melalui layar gadget atau laptop tentu guru tidak dapat mengawasi perilaku siswa sehingga jika berada di rumah semua tergantung dengan orang tua, namun lagi-lagi banyak dari orang tua yang terkesan melepas anak dan lebih memilih mengurus pekerjaannya sendiri sehingga terkesan anak kurang mendapatkan perhatian sehingga sulit mengawasi anak dalam masalah kesopanan. Hal ini selama PJJ apabila orang tua tidak menyadari hal tersebut maka pada pembelajaran langsung anak akan bersifat tidak sopan baik kepada guru, teman-temannya dan bahkan orang tuanya sendiri.
      Dampak learning loss seperti yang sudah dijelaskan dapat terlihat dari peran-peran berbagai lembaga. Seharusnya permasalahan seperti itu tidak dilimpahkan semuanya kepada pihak sekolah. Sudah sejak lama orang tua menggantungkan semuanya kepada sekolah, seharusnya orang tua baik adanya Covid-19 atau tidak adanya Covid-19 juga turut memperhatikan pendidikan anak. Dalam hal seperti ini tentunya bukan hanya guru yang menjadi penanggung jawab namun orang tua juga memegang peranan besar dalam pendidikan saat pandemi agar anak tidak terkena learning loss.
      Di dalam ilmu sosial peran-peran lembaga sosial ini tidak menitik berat kepada satu lembaga saja melainkan semua lembaga masyarakat untuk terlibat. Dalam sosiologi masyarakat diibaratkan sebagai organ tubuh manusia yang saling melengkapi satu sama lain dan akan mengakibatkan kerusakan apabila salah satuya tidak berjalan sebagaimana mestinya. Hal ini berlaku juga di masyarakat. Masyarakat mempunyai fungsi, lembaga, dan peran. Emile Durkheim dalam buku Pengantar Sosiologi karya Kamanto Sunarto (1993:215) mengatakan bahwa masyarakat mempunyai fungsinya sendiri. Oleh karena itu di masa pandemi tanggung jawab anak bukan hanya guru saja melainkan juga dari orang tua. Orang tua begitu penting dalam kegiatan pembelajaran anak. Setidaknya orang tua  harus mendampingi anaknya ketika pembelajaran sedang berlangsung yang secara praktik pasti sulit dilakukan karena orang tua juga harus bekerja untuk menambah pemasukan ekonomi.
      Lalu bagi guru yang gagap teknologi seharusnya sekolah mengembangkan kapasitas keterampilan terhadap guru agar guru tidak hanya mengirimkan tugas tanpa adanya penjelasan.
     Penutupan sekolah telah menjadi bagian dari kebijakan pemerintah dalam mengatasi Covid-19. Oleh karena itu pembelajaran tatap muka digantikan dengan pembelajaran daring. Belajar dari rumah menimbulkan kekhawatiran akan penurunan kualitas pengetahuan bahkan keterampilan bersosialisasi siswa atau disebut learning loss, Learning loss sendiri adalah hilangnya ketertarikan belajar pada anak karena kurangnya interaksi dengan guru pada saat pembelajaran daring. Kesulitan-kesulitan pembelajaran daring dimulai dari penyampaian materi yang leluasa, kesulitan untuk bertanya pada atau berkonsultasi kepada guru, serta gangguan kelancaran internet. dalam pendidikan masyarakat terlalu menggantungkan segalanya kepada sekolah. Pada tingkatan rendah seperti SD dan TK semuanya akan dialihkan kepada keluarga. Karena tentunya pemahaman anak usia TK atau SD berbeda dengan tingkatan yang lebih tinggi sehingga harus membutuhkan bimbingan dari orang tua. Maka orang tua mengeluh saat harus menjadi guru di rumah hingga mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru.
     Namun tidak dipungkiri banyak anak yang dilepas belajar begitu saja oleh orang tua mereka karena orang tua juga sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Maka anak akan bebas melakukan apapun dan tidak memerhatikan penjelasan dari guru sehingga tidak ada materi yang dipahami. Seharusnya permasalahan seperti itu tidak dilimpahkan semuanya kepada pihak sekolah. Sudah sejak lama orang tua menggantungkan semuanya kepada sekolah, seharusnya orang tua baik adanya Covid-19 atau tidak adanya Covid-19 juga turut memperhatikan pendidikan anak. Dalam hal seperti ini tentunya bukan hanya guru yang menjadi penanggung jawab namun orang tua juga memegang peranan besar dalam pendidikan saat pandemi agar anak tidak terkena learning loss.
Â
Â
Â
DAFTAR PUSTAKA
Eva Muzdalifa. 2022. Learning Loss Sebagai Dampak Pembelajaran Online Saat Kembali Tatap Muka Pasca Pandemi Covid-19. Jurnal Pendidikan Guru Agama Islam. Vol 2 (1).
B Hadi. 2021. A Learning Loss pada Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan di Indonesia. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran. Vol 6
Setia Budi. 2021. Deteksi Potensi Learning Loss pada Siswa Berkebutuhan Khusus Selama Pembelajaran Daring Masa Pandemi Covid-19 di Sekolah Inklusif. Jurnal Basicedu. Vol 5 (5)
Nurmala Rezeki. 2022. Analisis Learning Loss dan Strategi Recovery Pasca Pembelajaran Jarak Jauh. Jurnal Pendidikan Indonesia. Vol 2(3)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H