Mohon tunggu...
Dea Aprilia
Dea Aprilia Mohon Tunggu... Lainnya - Writer

"Apapun yang kamu lakukan, lakukan dengan sebaik mungkin." - Walt Disney

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Learning Loss Menghantui Siswa

1 November 2022   06:37 Diperbarui: 15 Mei 2024   22:00 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

            Tidak dipungkiri kesulitan penyampaian materi juga diakibatkan dari banyaknya guru yang belum memahami teknologi, kebingungan para guru mengenai kebijakan pemerintah masih belum relevan dengan realitas yang ada di Indonesia. Banyak ditemukan guru-guru yang hanya memberikan tugas di grup WhatsApp tanpa adanya penjelasan hal itu tentunya tidak membantu siswa untuk memahami materi.

            Dilihat dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Archi, dkk (2021:332) yang dilakukan di SDN Senurus mengemukakan bahwa waktu pembelajaran saat pandemic hanya 30 menit di setiap pelajaran berbanding dengan petemuan tatap langsung yang dapat berlangsung selama lima sampai enam jam sehari. Mempelajari materi hanya dengan 30 menit tentunya sangat kurang dan bahkan tidak efektif. Para peserta didik pun lebih ingin belajar langsung di sekolah yang tentunya akan lebih bersemangat apabila mereka bertemu dnegan teman-temannya, apabila daring banyak orang tua dan anak yang mengeluh malas saat pembelajaran daring dilakukan.

            Disinggung sebelumnya bahwa orang tua juga berperan sebagai guru di rumah. Namun tidak dipungkiri banyak anak yang dilepas belajar begitu saja oleh orang tua mereka karena orang tua juga sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Jika tanpa pengawasan tentu anak tidak serius dalam belajar atau mendnegarkan penjelasan guru. Tidak hanya itu anak pastinya lebih memiih memainkan gadget daripada membaca buku. Kurangnya awasan orang tua dan minimnya kesadaran anak untuk membaca maka dapat diketahui hasil belajar anak pastinya tidak maksimal. Dengan membaca diharapkan anak menjadi lebih paham atas pembelajaran dan dapat diterima dengan baik. Selain itu kurangnya membaca dan kurangnya interaksi dengan guru berdampak pada anak yang menjadi kurang berpikir kritis dan pengetahuan siswa menjadi kosong akibat tersebut.

            Dalam PJJ tentunya waktu pembelajaran menjadi fleksibel. Fleksibilitas waktu juga memberikan pengaruh kepada siswa yaitu pengaruh terhadap kedisiplinan. Beberapa contoh masalah kedisiplinan yang dikemukakan Nurmala (2022:414) : selama PJJ anak dapat dapat bangun tidak sesuai saat waktu sekolah sehingga saat pembelajaran tatap muka anak masih akan terbawa kebiasaan "bangun terlambat" sehingga datang sekolah terlambat dan pastinya mmebutuhkan waktu untuk membenahi hal tersebut. Nurmala juga menjelaskan bahwa selama PJJ pastinya anak jarang mencatat apa yang dikatakan oleh guru maka dari itu kebiasaan tersebut akan terbawa saat pembelajaran tatap muka langsung. Lalu saat PJJ tentunya guru tidak dapat mengawasi apakah siswa belajar serius atau tidak, kebanyakan siswa tidak mengambil serius pembelajaran yang diberikan karena factor tidak adanya pengawasan tersebut maka setelah pembelajaran tatap muka diterapkan banyak anak yang tidak serius dalam mengikuti pembelajaran yang tentunya tidak hanya merugikan diri si anak tapi juga merugikan teman-teman sekelas.

           

            Permasalahan berikutnya adalah kesopanan. Sekolah adalah salah satu lembaga yang dapat membentuk karakter anak salah satunya berupa kesopanan. Saat pandemi yang mengharukan anak berada di rumah tentunya menimbulkan permasalahan yang lain. Melalui layar gadget atau laptop tentu guru tidak dapat mengawasi perilaku siswa sehingga jika berada di rumah semua tergantung dengan orang tua, namun lagi-lagi banyak dari orang tua yang terkesan melepas anak dan lebih memilih mengurus pekerjaannya sendiri sehingga terkesan anak kurang mendapatkan perhatian sehingga sulit mengawasi anak dalam masalah kesopanan. Hal ini selama PJJ apabila orang tua tidak menyadari hal tersebut maka pada pembelajaran langsung anak akan bersifat tidak sopan baik kepada guru, teman-temannya dan bahkan orang tuanya sendiri.

            Dampak learning loss seperti yang sudah dijelaskan dapat terlihat dari peran-peran berbagai lembaga. Seharusnya permasalahan seperti itu tidak dilimpahkan semuanya kepada pihak sekolah. Sudah sejak lama orang tua menggantungkan semuanya kepada sekolah, seharusnya orang tua baik adanya Covid-19 atau tidak adanya Covid-19 juga turut memperhatikan pendidikan anak. Dalam hal seperti ini tentunya bukan hanya guru yang menjadi penanggung jawab namun orang tua juga memegang peranan besar dalam pendidikan saat pandemi agar anak tidak terkena learning loss.

            Di dalam ilmu sosial peran-peran lembaga sosial ini tidak menitik berat kepada satu lembaga saja melainkan semua lembaga masyarakat untuk terlibat. Dalam sosiologi masyarakat diibaratkan sebagai organ tubuh manusia yang saling melengkapi satu sama lain dan akan mengakibatkan kerusakan apabila salah satuya tidak berjalan sebagaimana mestinya. Hal ini berlaku juga di masyarakat. Masyarakat mempunyai fungsi, lembaga, dan peran. Emile Durkheim dalam buku Pengantar Sosiologi karya Kamanto Sunarto (1993:215) mengatakan bahwa masyarakat mempunyai fungsinya sendiri. Oleh karena itu di masa pandemi tanggung jawab anak bukan hanya guru saja melainkan juga dari orang tua. Orang tua begitu penting dalam kegiatan pembelajaran anak. Setidaknya orang tua  harus mendampingi anaknya ketika pembelajaran sedang berlangsung yang secara praktik pasti sulit dilakukan karena orang tua juga harus bekerja untuk menambah pemasukan ekonomi.

            Lalu bagi guru yang gagap teknologi seharusnya sekolah mengembangkan kapasitas keterampilan terhadap guru agar guru tidak hanya mengirimkan tugas tanpa adanya penjelasan.

         Penutupan sekolah telah menjadi bagian dari kebijakan pemerintah dalam mengatasi Covid-19. Oleh karena itu pembelajaran tatap muka digantikan dengan pembelajaran daring. Belajar dari rumah menimbulkan kekhawatiran akan penurunan kualitas pengetahuan bahkan keterampilan bersosialisasi siswa atau disebut learning loss, Learning loss sendiri adalah hilangnya ketertarikan belajar pada anak karena kurangnya interaksi dengan guru pada saat pembelajaran daring. Kesulitan-kesulitan pembelajaran daring dimulai dari penyampaian materi yang leluasa, kesulitan untuk bertanya pada atau berkonsultasi kepada guru, serta gangguan kelancaran internet. dalam pendidikan masyarakat terlalu menggantungkan segalanya kepada sekolah. Pada tingkatan rendah seperti SD dan TK semuanya akan dialihkan kepada keluarga. Karena tentunya pemahaman anak usia TK atau SD berbeda dengan tingkatan yang lebih tinggi sehingga harus membutuhkan bimbingan dari orang tua. Maka orang tua mengeluh saat harus menjadi guru di rumah hingga mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru.

          Namun tidak dipungkiri banyak anak yang dilepas belajar begitu saja oleh orang tua mereka karena orang tua juga sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Maka anak akan bebas melakukan apapun dan tidak memerhatikan penjelasan dari guru sehingga tidak ada materi yang dipahami. Seharusnya permasalahan seperti itu tidak dilimpahkan semuanya kepada pihak sekolah. Sudah sejak lama orang tua menggantungkan semuanya kepada sekolah, seharusnya orang tua baik adanya Covid-19 atau tidak adanya Covid-19 juga turut memperhatikan pendidikan anak. Dalam hal seperti ini tentunya bukan hanya guru yang menjadi penanggung jawab namun orang tua juga memegang peranan besar dalam pendidikan saat pandemi agar anak tidak terkena learning loss.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun