Mohon tunggu...
Dea Andrea
Dea Andrea Mohon Tunggu... Penulis - Freelance Writer

Halo! Nama saya Dea. Saya adalah seorang penulis lepas (freelance writer). Sebagai seorang penulis, saya memiliki ketertarikan untuk terus mengembangkan kemampuan saya di bidang kepenulisan kreatif, konten web, riset, translasi bahasa dan SEO. Selama sebulan terakhir saya fokus dalam pengembangan penulisan blog pribadi saya, di mana alamatnya dapat Anda akses pada link website di bawah. Bagi saya, menjadi seorang penulis membutuhkan kreativitas, kedisiplinan dan ketertarikan untuk memberikan dampak positif kepada para pembaca melalui kata-kata sebagai medium. Apabila Anda memiliki ketertarikan untuk bekerja sama dengan saya, jangan ragu dan jangan bimbang! Segera hubungi saya untuk menyelesaikan proyek Anda. Terima kasih telah mempertimbangkan saya sebagai pilihan Anda, semoga kita dapat segera bekerja sama. Blog saya dapat Anda akses pada alamat berikut https://dayhere.online

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Locus of Control, Membangun Motivasi Siswa dalam Dunia Pendidikan

27 Juni 2023   08:00 Diperbarui: 27 Juni 2023   08:10 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: RODNAE Productions @ pexels.com  Memotivasi siswa untuk menjadi pekerja keras dengan membentuk locus of control mereka.

Locus of Control adalah tingkat kemampuan seseorang untuk mengendalikan hidupnya berdasarkan pengalaman atau situasi yang sedang dihadapinya. Locus sendiri berasal dari bahasa Latin loci yang berarti tempat atau lokasi.

Konsep ini pertama kali diperkenalkan oleh Julian B. Rotter pada tahun 1954. Beliau adalah seorang psikolog yang berasal dari Amerika, dan telah mengembangkan studi dan teori yang berkaitan dengan pemahaman seseorang dalam lingkungan sosial.

Secara umum, locus of control terbagi menjadi dua, yaitu external locus of control dan internal locus of control. Nah, apakah yang membedakah keduanya? Yuk, kita simak contoh berikut.

Pada tahun 1998, seorang guru SD bernama Claudia M. Mueller melakukan percobaan terhadap murid-muridnya, di mana mereka diminta untuk menyelesaikan sebuah permainan puzzle. 

Tidak memandang bagaimana hasil yang mereka serahkan, sang guru memberikan semua muridnya nilai A+. Kemudian, separuh dari murid-murid tersebut Mueller puji sebagai murid yang pekerja keras, sementara sebagian lagi dipuji sebagai murid yang cerdas. 

Setelah itu, para murid diminta untuk menyelesaikan 3 buah puzzle lagi dengan tingkat kesulitan mudah, menengah hingga sulit untuk diselesaikan. Ternyata, sekelompok murid yang dipuji sebagai pekerja keras dapat menyelesaikan semua puzzle dengan baik. 

Sementara, sebagian murid lagi yang dipuji cerdas hanya menyelesaikan puzzle termudah dan mengabaikan sisanya. Ketika Mueller bertanya apakah tantangan puzzle tersebut menyenangkan, para murid hanya menjawab hal itu biasa saja.

Menariknya, kelompok murid yang dipuji 'pekerja keras' justru mengatakan mereka sangat menyukai tantangan puzzle tersebut. Apakah yang dapat kita tangkap dari percobaan guru tersebut? 

Ternyata, anak yang dipuji pintar menunjukkan tingkat motivasi yang rendah, sementara anak yang dipuji pekerja keras memiliki tingkat motivasi yang lebih tinggi dan tertantang untuk menyelesaikan sebuah masalah. 

Contoh tersebut menjelaskan bagaimana external dan internal locus of control terbentuk dalam diri seseorang. Seseorang dengan external locus of control cenderung memiliki motivasi yang rendah karena merasa dunia sekitarnya menjadi penghalang untuk menyelesaikan masalah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun