Mohon tunggu...
DEA ANANDA BR
DEA ANANDA BR Mohon Tunggu... Mahasiswa - review

Berenang, menonton

Selanjutnya

Tutup

Surabaya

Dukun di Ngadas?

1 Juni 2024   23:30 Diperbarui: 1 Juni 2024   23:47 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kebudayaan lokal masyarakat Desa Ngadas menarik dengan karakteristik unik. Desa ini memiliki kekhasannya, Roro Anteng dan Joko Seger, yang terletak di Taman Nasional Bromo, Tengger, dan Semeru. 

Ngadas merupakan kantung (enclave) dari TNBTS dan berada di ketinggian mencapai 2150 mdpl. Ngadas adalah desa adat, yang berarti pelestarian budayanya masih kuat dan tidak hilang oleh zaman. Setiap kegiatan adat di Ngadas mulai pernilahan, kematian, hingga upacara adat, dipimpin oleh seorang dukun. Secara bersama-sama masyarakat Tengger melakukan upacara seperti yang dilakukan oleh para leluhur untuk memperoleh keselamatan bagi desa, sehingga dengan adanya upacara tersebut menjadikan jiwa kebersamaan masyarakat menjadi semakin kuat.  

Dengan sejumlah besar ritual dan upacara yang dilakukan oleh masyarakat di sana, terutama pada hari tertentu Karo, kapat, kapitu, kawolu, kasangan, dan kasada adalah nama-nama upacara yang dilakukan di desa ini.
Upacara karo, yang berarti "dua atau keduanya", adalah perayaan hari raya masyarakat Tengger yang dilakukan pada tanggal 15 kalender saka Tengger. Penduduk desa Ngadas hidup rukun dan masih memegang teguh adat istiadat Tengger meski memiliki empat keyakinan agama yaitu Budha, Islam, kristen dan Hindu.

DOKPRI
DOKPRI

Upacara Karo berbicara tentang Setya, abdi Kanjeng Nabi, dan Setuhu, abdi Aji Saka. Keduanya berselisih, tetapi tidak ada yang menang dan keduanya gugur. Oleh karena itu, upacara ini dilakukan sebagai peringatan agar orang tidak mengalami musibah karena salah paham.
Proses ritual harus dilakukan secara berurutan saat melakukan upacara karo, mulai dari pembukaan hingga penutupan. Upacara dimulai dengan tarian Sodoran oleh penari sodor dari sesepuh, yang bertindak sebagai mblara'i (pembuka) acara pada pukul empat pagi.
Selanjutnya, kirab Manten Sodor (Penari Sodor). Sebelum tarian Sodor, ada mekakat dan kemudian pembacaan Kerti Joyo, yang merupakan pembacaan mantra Karo dan memberi sesajen. Manten Sodor (putra-putri) melakukan Tari Sodor dengan belas orang.
Masyarakat Tengger mengadakan acara setelah prosesi.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Surabaya Selengkapnya
Lihat Surabaya Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun