batik yang sedang banyak digemari khususnya bagi kaum perempuan. Kelompok 817 mahasiswa Magang-KKN MBKM UNS mengikuti kegiatan pelatihan ecoprint bersama ibu-ibu PKK Desa Juwiring Kec. Juwiring Kab. Klaten dalam rangka mengenalkan dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi kreatif yang berkelanjutan. Menurut Bapak Sugiyarta selaku Kepala Desa Juwiring, kegiatan pelatihan batik ecoprint ini sangat bermanfaat bagi ibu-ibu PKK di Desa Juwiring karena batik ecoprint sedang menjadi trend model busana yang ramah lingkungan dan menarik untuk dijadikan bisnis yang dapat meningkatkan ekonomi warga.
Batik Ecoprint menjadi salah satuEcoprint sendiri berasal dari kata eco atau ekosistem yang berarti lingkungan alam dan print yang berarti cetak. Seni memberikan motif dengan menjiplak bahan alami seperti daun, bunga, dan zat warna alam tertentu pada bahan alami yaitu kain, kulit, kertas dan keramik yang kemudian dikukus, mirip seperti pembuatan batik. Maka sering disebut batik ecoprint.Â
Batik ecoprint adalah teknik khusus dalam pembuatan batik yang menggabungkan tradisi batik dengan metode ekoprint atau eco-dyeing. Teknik ini melibatkan pencetakan atau pengecetan pola-pola alami dari daun, bunga, atau bahan organik lainnya langsung ke kain dengan menggunakan proses pewarnaan alami. Dengan menggunakan pewarna alami dari daun, seperti daun manggis menghasilkan warna ungu, daun jati menghasilkan warna merah, daun secang menghasilkan warna merah, daun mahoni menghasilkan warna merah bata dan lain sebagainya.Â
Proses pembuatan batik ecoprint dimulai dengan tahap Secoring yaitu tahap membersihkan kain yang akan di ecoprint dari bahan-bahan kimia dalam proses pembuatan kain. Bahan yang digunakan adalah TRO atau Soda Ash atau deterjen yang rendah bahan kimia seperti deterjen BOOM dengan takaran 1 sdm/liter air. Kain dengan ukuran 2 meter bisa dengan air 4 liter dan direndam selama 30 - 1 jam, kemudian di cuci dan bilas dengan bersih, kemudian dikeringkan dengan sinar matahari.Â
Tahap kedua yaitu Mordant yaitu proses mempersiapkan kain agar mudah mengikat warna alami. Bahan yang digunakan untuk Mordant adalah m-pro (Racikan instan). Dengan memasukkan m-pro ke dalam air 3,5 liter untuk ½ kg kain kering, kemudian aduk mpro sampai semua larut dan masukkan kain yang sudah discoring satu persatu dan jangan sampai terlipat, remas-remas kurang lebih 3 menit lalu peras dan jemur sampai kering. Setelah kering saat akan digunakan untuk ecoprint kain terlebih dahulu dibasahi air bersih, peras sampai apuh/tidak ada air menetes dan selanjutnya dilakukan ecoprint.Â
Tahap selanjutnya yaitu Treatment Daun yang bermanfaat untuk memudahkan daun mengeluarkan tanin dan daun akan menjadi segar ketika sudah layu, namun tidak berlaku untuk daun jati. Caranya dengan menyediakan cuka 1 sdm per 3 liter air, kemudian rendam daun ke dalam larutan air cuka dan tiriskan daun lalu lap menggunakan kain untuk mengeringkan air pada daun.
Tahap selanjutnya yaitu Meng-Eco dengan cara merentangkan plastik di lapisan bawah kemudian rentangkan kain yang sudah basah apoh di atas plastik. Letakkan dan tata daun dan bunga sesuai selera dan seni yang disukai, jika sudah merata kemudian tutup daun dengan kain di atasnya dan ditutup juga menggunakan plastik. Lakukan perekatan dengan menginjak-injak kain agar daun dan kain atas bawah rapat tidak ada udara yang terperangkap. Gulung kain dan ikat agar tidak terlepas saat di kukus selama 2 jam. Proses panas dari mengukus tersebut memungkinkan pigmen alami dari daun-daunan atau bahan organik lainnya untuk ditransfer ke permukaan kain, menciptakan pola-pola yang unik dan artistik.
Tahap terakhir yaitu tahap Fiksasi. Setelah 2 jam pengukusan kain kemudian di jemur tidak di bawah sinar matahari langsung. Setelah kering dan menunggu masa oksidasi warna alam terhadap kain melekat kuat kira-kira 3-7 hari, kemudian kain di celup dengan air tawas dan tunjung sebentar saja guna mengunci warna pada kain kemudian bilas dengan air bersih.Â
Batik ecoprint merupakan perpaduan antara keindahan seni batik tradisional dengan keberlanjutan lingkungan karena menggunakan bahan-bahan alami dalam prosesnya. Teknik ini semakin populer sebagai alternatif ramah lingkungan dalam industri tekstil.
Kegiatan ini digelar pada Minggu (10/7) di Aula Balai Desa Juwiring, kegiatan pelatihan ini bertujuan untuk memperkenalkan Industri kain ramah lingkungan, Â mengembangkan potensi diri, menciptakan peluang usaha, meningkatkan pendapatan, mengurangi pemakaian zat warna sintetis yang berlebihan, dan mengajak masyarakat untuk gemar menanam dan ikut melestarikan alam.Â
Dihadiri oleh Ibu-ibu PKK, Karang Taruna, dan Ibu Ketua RT RW Desa Juwiring. Pelatihan dipandu oleh narasumber dari owner Pedan Ecoprint yaitu Ibu Dewi Kumalasari, S.EI dan dibantu oleh mahasiswa KKN UNS. Ibu Dewi selaku narasumber juga menuturkan batik ecoprint memiliki kelebihan yang istimewa seperti ramah lingkungan, motif unik dan eksklusif, warna natural, memiliki nilai seni tinggi, nyaman atau adem dikenakan, memiliki nilai ekonomis dan cocok digunakan di banyak acara.
Setelah pelatihan ini selesai di harap ibu-ibu PKK dan tamu yang hadir dapat mengadopsi ilmu yang diberikan dan dapat dilanjutkan secara mandiri maupun kelompok.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H