Mohon tunggu...
Dea Alinda
Dea Alinda Mohon Tunggu... Lainnya - Wanderer

In this world, it takes all the running you can do to keep in the same place

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Klub Sastra, Bunga Lily, dan Kebohongan

3 Maret 2021   12:29 Diperbarui: 3 Maret 2021   12:48 525
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: http://hijaubalonku.blogspot.com/

Judul                : Girls in the Dark

Pengarang     : Akiyoshi Rikako

Penerjemah  : Andry Setiawan

Penerbit          : Penerbit Haru

ISBN                 : 978-602-7742-31-4

Tahun terbit : 2014

Tebal buku    : 289 halaman

Akiyoshi Rikako merupakan lulusan Universitas Waseda, Fakultas Sastra. Ia mendapatkan gelar master dalam bidang layar lebar dan televisi dari Universitas Loloya Marymount, Los Angeles. Tahun 2008, naskah cerpennya yang berjudul Yuki no Hana mendapatkan penghargaan Sastra Yahoo! JAPAN yang ketiga. Setahun kemudian, Akiyoshi Rikako debut dengan kumpulan cerpen berjudul Yuki no Hana. Novel Girls in the Dark menjadi novel pertama karangan Akiyoshi Rikako yang tersedia dalam bahasa Indonesia. Pada tahun 2017, novel ini mendapat adaptasi film dengan judul yang sama.

Apa yang ingin disampaikan oleh gadis itu...?

Gadis itu mati.

Ketua Klub Sastra, Shiraishi Itsumi, mati.
Di tangannya ada setangkai bunga lily.

Pembunuhan? Bunuh diri?
Tidak ada yang tahu.
Satu dari enam gadis anggota Klub Sastra digosipkan sebagai pembunuh gadis cantik berkarisma itu

Seminggu sesudahnya, Klub Sastra mengadakan pertemuan. Mereka ingin mengenang mantan ketua mereka dengan sebuah cerita pendek. Namun ternyata, cerita pendek yang mereka buat adalah analisis masing-masing tentang siapa pembunuh yang sebenarnya. Keenam gadis itu bergantian membaca analisis mereka, tapi....

Kau... pernah berpikir ingin membunuh seseorang?

Klub sastra SMA Katolik Putri Santa Maria adalah klub kecil yang beranggotakan tidak lebih dari sepuluh orang. Sumikawa Sayuri adalah ketua klub tersebut. Setiap tahun selalu diadakan pertemuan klub. Klub sastra dibentuk oleh Shirashi Itsumi, ia membangun klub sastra yang sangat sempurna dengan bantuan Ayahnya, yaitu Tuan Shiraishi yang merupakan pengelola sekolah. Ruangan klub sastra dibangun dengan interior dan perabotan yang semuanya berkelas karena diimpor dari luar negeri. Tapi dibalik itu semua, klub sastra mengadakan sebuah pertemuan yami nabe serta pembacaan naskah tentang kematian Shiraishi Itsumi.  

Naskah pertama dibacakan oleh Nitani Mirei. Nitani adalah siswa penerima beasiswa di SMA Katolik Putri Santa Maria. Karena keadaan ekonominya yang lemah, ia bekerja sebagai kasir di supermarket, walaupun sebenarnya penerima beasiswa dilarang bekerja oleh sekolah. "Sejak aku masih kecil, aku selalu merasa tidak memiliki tempat untukku berada." Nitani bergabung dengan klub sastra setelah diundang Itsumi. Begitulah Itsumi memberikan Nitani tempat berada. Bahkan, setelah Itsumi mengetahui bahwa Nitani bekerja, ia tidak melaporkan hal tersebut pada ayahnya atau pihak sekolah. Justru menawarkan Nitani untuk menjadi guru privat adiknya agar posisinya sebagai siswi penerima beasiswa tidak tercancam. Suatu malam, setelah selesai mengajar, Nitani menyaksikan Itsumi yang diseret paksa oleh Tuan Shiraishi keluar rumah. Itsumi bercerita bahwa belakangan ayahnya bertingkah aneh. Itsumi mengatakan bahwa ia menemukan sapu tangan di ruang kerja ayahnya. Sapu tangan yang berbau bunga lily, Le Muguet Guerlain.

"Sonoko, kau sudah dapat Le Muguet? Tahun ini masih belum ada di pasaran kan?" 

Naskah kedua dibacakan oleh Kominami Akane. "Benda yang sempurna itu tidak cantik, vulgar." Kominami Akane awalnya membenci Itsumi. Namun, setelah bergabung dengan klub sastra ia menjadi dekat dengannya. Itsumi memberinya tempat untuk mewujudkan impiannya, membuat kudapan ala barat setelah restoran ayahnya terbakar. Suatu hari, setahun lebih setelah Akane bergabung dengan klub, Itsumi mengatakan bahwa ia dikuntit. Pelakunya berkata ingin menjadi guru privat untuk adik Itsumi. Itsumi berkata esok hari ia akan berbicara dengan guru privat tersebut. Esoknya, Itsumi ditemukan meninggal dengan dying message bunga lily.

Naskah ketiga dibacakan oleh Diana Detcheva. Diana Detcheva adalah murid International dari Bulgaria yang bertemu dengan Itsumi saat Itsumi menjalani semester pendek di Desa Rebagrad. Dalam naskahnya, Diana Detcheva mencurigai Takaoka Shiyo sebagai pelaku pembunuhan Itsumi.

Naskah keempat dibacakan oleh Koga Sonoko. Naskahnya dimulai dengan uraian 5W1H kematian Itsumi, dimana elemen WHY tidak terjawab. Itsumi adalah teman sekelas Sonoko dengan mimpi yang sama yaitu menjadi dokter. Dalam naskahnya, Koga Sonoko mencurigai Diana Detcheva sebagai pelaku pembunuhan Itsumi.

Naskah kelima dibacakan oleh Takaoka Shiyo. Seorang penulis novel remaja yang debut diumur 15 tahun. Dalam naskahnya, Takaoka Shiyo mencurigai Kominami Akane sebagai pelaku pembunuhan Itsumi.

Pembacaan naskah terakhir dilakukan oleh Sayuri, teman dekat Itsumi yang menjabat sebagai wakil ketua klub sastra dengan naskah milik Itsumi. "Kalau ingin menggerakkan orang sesuai kemauanmu. Genggam rahasianya."

Novel Girls in The Dark ini dikemas dengan sangat menarik. Pembacaan naskah menurut sudut pandang setiap tokoh yang berbeda memberikan daya tarik tersendiri. Ditambah Plot twist yang tidak terduga yang akan muncul dibagian akhir. Selain itu, cover novel ini cukup menarik perhatian dengan hanya menampilkan gambar seorang perempuan dengan latar hitam di belakangnya.

Sayangnya, novel Girls in The Dark ini banyak menggunakan istilah asing yang jarang didengar dan sulit dipahami. Ditambah, penggunaan bahasa yang formal dan terkesan berat membuat novel ini sedikit sulit dinikmati oleh kalangan remaja.

Penyajian cerita yang menarik dan penempatan petunjuk di setiap naskah yang dibacakan oleh tokohnya tentu dapat membuat pembaca penasaran dan menerka-nerka apa yang sebenarnya terjadi pada Itsumi. Pembaca sebaiknya jangan langsung terkecoh dengan petunjuk yang ada di dalam naskah tersebut. Karena perlu diingat, naskah itu dibacakan menurut Point of View tokoh yang menulisnya dan bisa saja berisi kebohongan. Berdasarkan hal ini, tentu saja Girls in The Dark sangat cocok untuk kalangan pencinta misteri. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun