Berkembangnya zaman membuat munculnya berbagai platform media sosial untuk memenuhi kebutuhan setiap individu dari segi informasi sampai hiburan. Salah satu yang sedang menjadi 'virus' adalah TikTok.
TikTok adalah aplikasi yang memungkinkan penggunanya untuk membuat video musik pendek milik mereka sendiri. Dirilis oleh Tiongkok pada September 2016, kemudian memasuki Indonesia pada September 2017. Aplikasi yang tengah booming ini ternyata pernah diblokir keberadaannya oleh Kementerian Komunikasi dan Infomatika pada pertengahan 2018.
Terbebas dari pemblokiran, tingginya penggunaan internet dan media sosial membuat TikTok makin melambungkan nama dan reputasinya, menyebar dari kalangan remaja sampai orang dewasa. Saat ini, bukan hal yang aneh lagi jika laman media seseorang terisi oleh video TikTok mereka. Ada beberapa faktor yang menyebabkan fenomena ini dapat terjadi.
Pertama, TikTok sangat mudah digunakan serta memiliki banyak fitur yang menarik. Pengguna hanya memerlukan smartphone dan kreativitas untuk menciptakan video. Hal ini menyebabkan banyak orang tertarik untuk membuat video mereka sendiri demi memenuhi rasa bosan dan iseng.
Kedua, lingkungan sekitar. TikTok dapat dengan mudah menyebar dari satu orang ke orang yang lain, ditambah dengan ramainya penggunaan media sosial dan internet yang memiliki fitur share.
Ketiga, potensi menjadi terkenal melalui TikTok. Bukan hal yang tidak mungkin jika aplikasi ini dapat membuat penggunanya viral dan terkenal. Video TikTok seseorang dapat dishare dan dilike oleh orang lain melalui media sosial.
Dengan hanya memerlukan kreativitas dan bakat seperti bernyanyi, dance, atau bahkan 'visual', seseorang dapat menjadi perbincangan orang lain, salah satu contoh yang mungkin sudah tidak asing lagi adalah Bowo Alpenliebe. Hal ini menyebabkan banyak orang berlomba-lomba membuat video TikTok sebanyak dan semenarik mungkin.
Keempat, potensi mendapat uang melalui TikTok. Pengguna TikTok yang telah memiliki banyak followers dapat menjadikan TikTok sebagai media promosi barang yang mereka jual, atau mempromosikan barang orang lain (endorse).
Kelima, banyaknya influencer yang menggunakan TikTok. Mulai dari artis dalam negeri, idol Korea bahkan artis hollywood. Hal ini tentu saja membuat para penggemar dari artis tersebut ikut menggunakan TikTok dan meremake konten yang dibuat oleh artis idolanya, membuat pengguna TikTok semakin ramai.
TikTok memang dibuat sebagai media menyalurkan kreativitas sekaligus menghibur pengguna maupun penontonnya. Namun, kreativitas yang ditujukan harus memiliki batasan.
Adanya pemblokiran TikTok oleh Kementerian Komunikasi dan Infomatika pada pertengahan 2018 lalu karena banyaknya video TikTok yang bersifat pornografi, dan SARA menunjukkan bahwa pengguna TikTok harus mengontrol diri dalam membuat setiap konten bukan hanya mengejar popularitas semata.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H