Mohon tunggu...
Dea Alfi Fauzan
Dea Alfi Fauzan Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Belajar dan Terus Belajar

Selanjutnya

Tutup

Bola

Messi, Alien yang (Belum) Sempurna

8 Juli 2015   11:30 Diperbarui: 8 Juli 2015   11:37 480
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


[caption caption="Messi masih penasaran"]Messi masih penasaran

Lionel Messi yang kerapkali disebut-sebut sebagai alien yang menyelundup ke Bumi dan memilih untuk berkiprah di sepak bola, telah merengkuh segalanya bersama Barcelona. Gelimangan trofi (bahkan dua kali treble winners), gelar pemain terbaik dunia yang singgah hingga empat kali, dan dihargai dengan bayaran sangat mahal adalah hasil dari jerih payah Sang Alien bersama klub. Namun, dibalik semua (yang terlihat sempurna) itu, ada hal yang menjadi anomali bagi Messi: Ia belum mendapatkan apa-apa (di level senior) bersama negara kelahirannya!

Bersama Abiceleste, Messi baru meraih dua gelar, itu pun saat ia masih berada di level junior, yakni Piala Dunia U-20 tahun 2005 dan medali emas Olimpiade Beijing 2008. Meski dua gelar itu tidak dapat dinafikan sebagai sebuah prestasi, namun tetap saja ada yang kurang jika sang El Messiah belum mempersembahkan gelar bagi Tim Tango di level senior. Rakyat Argentina tentu sangat berharap jika kejeniusan Messi bisa ia bawa ketika membela Argentina.

Pagelaran Copa America 2015 menjadi anomali selanjutnya bagi Leo Messi. Harapan rakyat Argentina kembali harus pupus karena tim kebanggaan mereka dikandaskan tuan rumah Cile pada partai puncak (1-4, adu penalti). Di gadang-gadang menjadi favorit juara, mimpi Argentina untuk menyudahi kegagalan-kegagalan sebelumnya harus terhenti di tangan tuan rumah.

Sejatinya, permainan Argentina di Copa America 2015 kali ini terus menanjak hingga babak semi final. Sempat angin-anginan dan kesulitan mencetak gol di fase grup, hanya menang adu penalti atas Kolombia di perempat final, Tim Tango akhirnya berpesta gol ke gawang Paraguay (6-1) di babak semi final. Namun ternyata penampilan yang memuncak tersebut harus terhempas di partai puncak.

Di level senior, La Pulga telah bermain di tiga Piala Dunia (2006, 2010, 2014) dan tiga kali Copa America (2007, 2011, 2015), tapi semuanya nirgelar. Dari enam kali mengikuti turnamen internasional tersebut, tiga kali Abiceleste mencapai partai final bersama Messi (Copa America 2007 dan 2015, serta Piala Dunia 2014), namun semuanya berakhir pilu. Di tiga pertandingan tersebut, berturut-turut Tim Tango dikalahkan Brasil (0-3), Jerman (0-1), dan terakhir Cile lewat babak adu penalti (1-4).

Di Final terakhir yang disiarkan langsung oleh Kompas TV dan baru saja usai hari Minggu (5/7) dini hari yang lalu, Messi memang sukses mengeksekusi penalti. Namun, berhasilnya Leo menggetarkan jaring gawang yang dikawal rekan setimnya di Barca, Claudio Bravo tersebut ternyata tidak bisa mengantarkan timnya ‘berbuka puasa’. Pasalnya, eksekutor lain gagal mengonversi tendangan penalti dalam adu tos-tosan tersebut.

Kurang Dukungan?

Sepak bola memang olahraga yang dimainkan oleh sebelas orang. Kehebatan individu tetap bergantung pada sepuluh rekan yang lain. Olahraga semiliar umat ini memang merupakan permainan yang mengandalkan kerja sama tim. Namun, jika orang-orang yang terus memaklumi kegagalan Messi bersama Argentina beralasan Lionel tidak didukung oleh rekan yang lain, kurang mewah apa coba skuat Argentina dibanding rival-rivalnya di Copa America 2015?

Banyak yang berpandangan Messi tidak bisa optimal di negaranya karena tidak disokong oleh pemain kaliber Xavi dan Iniesta. Tapi, jangan ditampik bahwa di Argentina Messi disokong oleh pemain-pemain yang tidak bisa dipandang sebelah mata, sebut saja Angel Di Maria, Sergio Aguero, Otamendi, Carlos Tevez, Gonzalo Higuain, Mascherano, Marcos Rojo, Zabaleta, Lucas Biglia, atau E. Banega. Maka, nikmat Tuhan mana lagi yang Messi dustakan?

Lagi pula, Messi sudah terbiasa mengobrak-abrik pertahanan lawan-lawan di La Liga sendirian, kok. Dan sering kali peran serta rekan-rekannya di Barca juga dikecilkan ketika Messi berhasil melalui 4-5 pemain dengan mudahnya. Pendukung Argentina hanya berharap hal itu bisa Messi lakukan di negaranya dan bermuara pada pengentasan dahaga gelar Messi bersama Abiceleste. Lalu apabila menilik gelar-gelar yang sudah diraih Messi sebagai individu, rasa-rasanya harapan itu tidaklah berlebihan.

Beban Berat

Tidak ada yang bisa menyangkal kalau permainan Messi memang menurun kala berbaju Abiceleste ketimbang jika bermain bersama rekan-rekannya di Barcelona. Hal ini tidak terlepas dari beban berat yang dipikul Messi untuk memenuhi harapan besar rakyat Argentina kepadanya. Sebagai salah satu pesepak bola nomor wahid, wajar rasanya pendukung Argentina menaruh harapan besar kepadanya. Messi pun mengamini dan menyampaikan permohonan maaf karena gagal (lagi) memberikan gelar. Bahkan, Messi menolak menerima penghargaan pemain terbaik di gelaran Copa America 2015.

Tampuk kepemimpinan yang diberikan kepadanya juga berpengaruh cukup besar. Betapa tidak, selain menyandang status pemain terbaik, ia juga merupakan kapten kesebelasan. Semakin beratlah beban ‘Sang Penyelamat’ ini. Arsitek Argentina pada turnamen berikut sepertinya harus memikirkan untuk memberikan ban kapten pada pemain lain agar mengurangi beban Messi.

Selain itu, kegagalan-kegagalan yang terus mendera Messi bersama Argentina sepertinya membuat beban Messi kian berat. Harapan besar itu harus segera ia tuntaskan agar beban itu tidak terus berlanjut di laga-laga berikutnya.

Belum Sempurna

Sebagai penyuka sepak bola (meski bukan pendukung Barcelona maupun Argentina), saya selalu senang menyaksikan Messi bermain. Sebutan ‘seni lapangan hijau’ bagi sepak bola seperti nyata adanya ketika melihat Messi meliuk-liuk melewati lawan dengan mudah. Terlihat sederhana, tapi begitu memukau mata. Tidak bisa ditampik kalau Messi adalah salah satu pesepakbola terbaik di jagat raya.

Sebagai salah satu bagian pembangun tim, Messi tentu memahami bahwasanya gelar bersama tim adalah tujuan terbesar dalam sepak bola. Sebelas orang pemain di tiap posisinya harus bahu membahu untuk meraih kemenangan. Messi, sehebat apa pun ia, tidak akan bisa memenangkan pertandingan jika ia sendirian, entah itu bersama El Barca maupun Argentina.

Peraih Ballon d’Or empat kali ini sepertinya paham betul bahwa kesempurnaan karier akan ia raih ketika bisa mempersembahkan gelar bergengsi bersama negara kelahirannya. Ia terlihat sangat penasaran akan kesulitan yang ia hadapi ketika berseragam Abiceleste. Jika bersama klub ia berhasil meraih segalanya, mengapa ketika berbaju Argentina ia kesulitan? Bahkan jika gelar Piala Dunia terlalu sulit direalisasikan, sekadar Copa America masa sih tidak bisa?

Sang alien belum sempurna. Ia masih harus menuntaskan rasa penasaran dirinya dan jutaan rakyat Argentina akan gelar yang tak kunjung hinggap di negeri Tango. Ia masih harus menunggu kesempatan lain untuk mengukir prestasi saat berbaju Argentina. Beruntung ia tak mesti menunggu terlalu lama karena peluang tersebut akan segera tiba pada edisi spesial peringatan seabad Copa America tahun depan. Bisa menyelesaikannya di Copa America 2016, Alien?

Sumber Foto: REUTERS

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun