Mohon tunggu...
Chinintya Widia Astari
Chinintya Widia Astari Mohon Tunggu... Penulis - Pecandu Insight

Seorang pembaca dan penulis ulung

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

[Review] Jumanji: Welcome to The Jungle

8 Januari 2018   23:59 Diperbarui: 9 Januari 2018   00:16 3220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jumanji adalah sebuah film berceritakan tentang sekelompok orang yang memainkan sebuah papan permainan yang mereka temukan tanpa sengaja. Ketika mereka mulai bermain, para pemain akan masuk kedalam dunia Jumanji yang sebenarnya, penuh dengan hutan dan binatang buas. Tugas mereka adalah menyelesaikan permainan yang sudah dimulai. 

Film Jumaji pertama kali hadir di tahun 1995. Di Indonesia sendiri film garapan Joe Johnston ini cukup sering dihadirkan di beberapa stasiun TV lokal, sehingga dapat dipastikan hampir semua orang pernah menonton atau setidaknya tidak asing dengan film Jumanji.

Di akhir tahun 2017, Jumanji :Welcome to The Jungle dirilis. Masih sama dengan versi sebelumnya, mereka yang memainkan Jumanji akan benar-benar masuk dalam dunia permainan. Film ini dimainkan oleh Dwayne Johnson, Karen Gillan, Kevin Hart, dan Jack Black. Serta beberapa pemain lainnya seperti Nick Jonas. Sama seperti Jumanji 1995, pada Jumanji terbaru pemain secara tidak sengaja menemukan Jumanji dan mencoba memainkannya.

Secara garis besar, kedua film Jumanji memiliki inti cerita yang sama yaitu masuk kedalam permaiann dan berusaha untuk keluar dari permainan tersebut. Walaupun memiliki persamaan, tentunya ada beberapa perbedaan antara Jumanji 1995 vs Jumanji 2017.

Pada Jumanji 1995, Jumanji dilambangkan dengan sebuah papan berbentuk segi empat yang terbuat dari kayu, pemain harus melemparkan dadu dan bergiliran dengan teman yang lainnya, seperti sedang bermain ular tangga. Setiap dadu dilontarkan, akan ada hal-hal tidak terduga yang datang kepada para pemainnya. Jumanji : Welcome to The Junggle tidak lagi menggunakan papan segi empat sebagai media bermain, dengan alasan zaman yang semakin berkembang dan sudah tidak ada lagi anak-anak yang memainkan permainan dalam bentuk papan, Jumanji kedua hadir dalam versi Playstation. Pada Jumanji 1995, pemain utama tetap menjadi dirinya sendiri sedangkan pada Jumanji 2017 mereka berubah sesuai dengan karakter yang mereka pilih.

Kalau pada Jumanji satu seolah-olah nuansa hutan yang hadir kedalam rumah para pemain, pada Jumanji 2017 pemain benar-benar masuk kedalam sebuah hutan dan harus menyelesaikan misi tertentu dan perbedaan lainnya yang tentunya membuat Jumanji 2017 terkesan hadir dalam versi kekinian. 

Sebagai penikmat Jumanji, penonton pasti memiliki ekspektasi tertentu dengan film ini. Jumanji 1995 yang menegangkan, membuat saya meyakini di Jumanji 2017 akan banyak hal mengejutkan selama film berlangsung, tetapi ternyata adegan komedi mendominasi film. Alih-alih menegangkan dan membuat penonton penasaran akan perjuangan para jagoan, saya pribadi malah menikmati setiap guyonan yang dilontarkan oleh Kevin Hart dan Jack Black. Bagi saya 90 persen penonton asik tertawa mendengar setiap komentar yang mereka berdua lontarkan. Film ini juga menyuguhkan kisah romantis yang sudah diduga akan terjadi. Untuk penonton yang mengharapkan petualangan yang sangat mendebarkan, mungkin tidak akan terlalu menyukai Jumanji 2017. Tetapi bagi saya yang menikmati film secara keseluruhan apa adanya, saya sangat merekomendasikan film ini untuk Anda yang belum sempat menonton film Jumanji di bioskop. 

Lantas apakah film Jumanji 2017 hanya tentang lelucon? Tentu tidak. Saya pribadi menemukan beberapa pesan yang bagi saya berhasil disampaikan kepada penonton. 

Spancer, digambarkan sebagai anak laki-laki pintar yang mudah diperbudah oleh teman sejak kecilnya, Fridge. Fridge digambarkan sebagai orang yang bodoh, kuat, bertubuh tinggi, dan mendominasi, setidaknya mendominasi dihadapan Spancer. Kemudian ada Bethamy sebagai siswa perempuan cantik yang sangat mementingkan penampilan, kecantikan, dan keindahan tubuhnya. Kesempurnaan dan keangkuhan Bethamy tidak disukai oleh siswa lainnya salah satunya adalah Martha yang digambarkan sebagai perempuan yang menyukai pelajaran dan membenci wanita berlebihan seperti Bethamy yang sangat ketergantungan dengan gawai.

Saat memainkan Jumanji, keempat pemain berubah menjadi karakter lain yang sangat berkebalikan dengan mereka didunia asli. Spancer dengan tubuhnya yang kokoh dan segala kemampuan yang ia miliki. Friedge berubah pendek, lemah, dan menjadi bawahan Spancer. Bethamy dengan tubuhnya yang gendut dan tentu wajah yang tidak semenawan dirinya. Terakhir, Martha yang menjadi wanita cantik bertubuh seksi. Peran yang mereka dapatkan didalam permainan, membuat mereka menjadi tahu rasanya berada di posisi orang lain. Friedge yang tidak lagi berkuasa tetapi berubah memiliki otak yang cerdas, Spancer yang menjadi kuat dan diandalkan, Bertha yang akhirnya dapat merasakan rasanya hidup dengan perut yang gendut, dan Martha yang berubah menjadi sosok yang selama ini ia cibir. Hal tersebut membuat mereka menjadi memahami satu sama lain. 

Tidak hanya itu, ada pesan-pesan singkat yang juga disampaikan didalam film. 

Saat Bethamy berkata bahwa "Sejak aku tidak menggunakan handphone, aku lebih terbuka dan peka dengan keadaan sekitar" *tidak benar-benar begitu kata-katanya, tapi makanya sama* seolah ingin memberitahukan bahwa hidup tidak melulu tentang handphone dan segala kesenangan didalamnya, tetapi ada banyak hal indah lainnya yang bisa kita dapatkan saat tidak berlama-lama dalam dunia maya.

Saat Spencer takut mati karena sisa nyawa yang tinggal satu dan Friedge yang berkata "Selama ini yang kita tahu kita hidup hanya sekali, kita harus berjuang" dari percakapan tersebut saya menangkap bahwa ada baiknya kita berjuang dan memanfaatkan sebuah momen dalam hidup kita dengan sebaik-baiknya, bukan mundur karena merasa takut. 

Secara keseluruhan saya sangat menyukai film ini.

Tidak perlu kawatir membawa anak-anak dibawah umur karena setiap adegan ciuman dipotong, tidak ditayangkan :))

99/100


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun