Mohon tunggu...
Chinintya Widia Astari
Chinintya Widia Astari Mohon Tunggu... Penulis - Pecandu Insight

Seorang pembaca dan penulis ulung

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Anda Yakin Sudah Membaca Informasi dari Sumber Terpercaya?

4 Januari 2017   07:53 Diperbarui: 4 Januari 2017   12:31 405
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://www.teen.com/

Hanya mengenai bagaimana kita menilai, bukan soal siapa yang benar dan salah.

Terkadang kita sulit untuk memahami bahwa manusia begitu unik, sehingga ada begitu banyak buah pikir milik manusia yang bkemungkinan besar sulit untuk dipahami oleh manusia lainnya dan tentunya hal tersebut wajar karena pikiran manusia jelas terbatas. 

Ketika orang lain memiliki pandangan yang berseberangan dengan apa yang menjadi keyakinan kita, tidak jarang perbedaan tersebut menimbulkan konflik yang terkadang kurang penting untuk di perdebatkan. 

Seperti masyarakat Indonesia yang aktif berpendapat di forum online hingga sekadar berkomentar di media sosial milik pribadi seperti Facebook hingga Youtube. Bahan perbincangan tentu beragam, tergantung dari berita atau fenomena apa yang sedang hangat diperbincangkan di lingkungan masyarakat pada kalangan tertentu.

Seperti pada kalangan remaja yang hangat dengan cerita mengenai remaja berinisal KN dan AG yang katanya meng-upload vidio kurang mendidik di Youtube, ataupun pada kalangan dewasa awal hingga orang tua yang panas membahas calon Gubernur DKI Jakarta. 

Jika diperhatikan begitu banyak opini masyarakat yang di tuangkan dengan sangat cerdas, mendidik dan patut di acungkan jempol karena opini yang di sampaikan sangat runtun dan berdasarkan hasil research yang jelas, minimal dengan sumber yang terpercaya. 

Ada yang sangat baik tentunya ada yang kurang baik, jika di ]perhatikan ada beberapa komentar yang menjatuhkan, memprovokasi hingga yang patut dijadikan bahan candaan karena ada saja pihak yang tidak mau opini nya di salahkan, namun menyalahkan hingga menjatuhkan opini orang lain.

Begitu banyak perang pendapat yang tidak ada habisnya. Mulai dari mereka yang kebetulan memiliki background pendidikan tertentu yang pas dengan fenomena yang ada, sehingga dapat menganalisis permasalahan dengan teori yang mereka miliki, orang tua yang berpendapat menurut hasil pengamatan semasa hidupnya karena katanya sudah berpengalaman, remaja yang pendapatnya berubah-ubah sesuai dengan opini orang lain yang tiba-tiba dianggapnya benar, hingga orang-orang yang termakan oleh berita receh yang tidak jelas kebenaranya dan dianggap sebagai suatu hal yang tepat. 

Menarik ketika membaca salah seorang yang mengatakan "Lucu, cuma di Indonesia orang dilarang buat ngasih pendapat". Kalau pernah mendengar perkataan 'jangan mudah menyerah dengan apa yang kita anggap benar' mungkin menjadi alasan mengapa sering terjadi perang pendapat. 

Bukan menjadi hal yang aneh ketika kita secara sadar maupun tidak sadar ingin menjadi pihak yang menang, dalam hal ini di anggap benar dan di dukung opini nya oleh orang lain. Maka tidak mengherankan perang komentar kerap terjadi. 

Ketika kita mengeluarkan pendapat, memiliki pandangan tentang sesuatu, tentunya begitu banyak hal yang mendasari terbentuknya buah pemikiran tersebut. Dimulai dari pengalaman pribadi, mendengarkan beberapa pendapat orang lain dan menyimpulkan, hingga karena membaca berita-berita yang beredar di media sosial.

Salah seorang kerabat belum lama bercerita, betapa ia terhibur ketika membaca opini salah seorang remaja yang bersikeras bahwa pendapatnya benar dengan mencantumkan sumber sebagai penguat argumentasinya dan sumber tersebut ternyata adalah blog pribadi seseorang. Menyedihkan ketika berita yang dituliskan bersifat provokatif dan juga tidak lebih dari opini orang lain yang menyumbangkan pendapat atas suatu fenomena. 

Ya, sedang marak sekali orang-orang seperti ini. Membaca dari sumber tidak terpecaya, mudah mempercayainya, dan menyebarluaskan berita tersebut hingga menimbulkan perdebatan. Tidak mengelak, saya pribadi pasti pernah terjebak dengan informasi abal yang dengan mudahnya saya anggap benar dan saya sebarluaskan.

Seperti apa berita yang terpercaya dan bisa di jadikan acuan dalam berpendapat, atau setidaknya menjadi pengetahuan bagi diri sendiri?

Pertama, pastikan terlebih dahulu sumber dari berita tersebut. Menurut pengetahuan pribadi, sumber yang sangat tepat untuk dipercaya adalah sumber dengan website bertuliskan .ac.id atau .go.id (dll). Selain itu juga sumber yang membawa nama acara berita televisi hingga jurnal. 

Sebetulnya website dengan .com sebaiknya di hindari atau di perhatikan isinya dengan seksama karena website dengan .com dapat dibuat oleh siapapun. Ketika sudah dipastikan sumber bukanlah berasal dari website yang dapat di tuliskan oleh banyak pihak tanpa filter langkah selanjutnya adalah

Kedua, memastikan bahwa tulisan merupakan sebuah fakta bukan hanya pendapat penulis. Biasanya didukung dengan data dengan acuan sumber yang lebih terpercaya seperti (misalkan) Kominfo. Jika membaca dari laman berita yang disuguhkan secara online, foto yang diambil secara orisinil juga dapat menjadi bahan pertimbangan suatu tulisan. 

Ketiga, apabila masih ragu dengan ke aslian berita atau cerita yang di suguhkan, tidak ada salahnya mencari sumber lainnya untuk memastikan apakah sumber pertama yang anda baca setidaknya memiliki benang merah yang sama dengan berita dari sumber lainnya.

Keempat, untuk lebih yakin dan apabila memungkinkan, tidak ada salahnya melakukan observasi pribadi mengenal suatu berita ataupun fenomena yang menarik perhatian anda. 

Sumber yang terpercaya baik untuk di baca dan di jadikan bahan referensi untuk suatu pekerjaan atau sekedar untuk membangun sebuah argumentasi. 

Namun, tulisan orang lain yang berpendapat atas suatu fenomena juga tidak ada salahnya untuk di baca, karena tidak jarang setelah membaca pendapat orang lain yang bermutu, kita mendapatkan ilmu baru, terlebih ketika penulis menyertakan informasi akurat berdasarkan sumber yang terpercaya untuk memperkuat argumentasinya.

Baca dengan seksama informasi yang anda terima, pastikan apakah informasi tersebut patut untuk anda sebar luaskan atau tidak dan pertimbangkan kemungkinan yang akan terjadi apabila anda menyebar luaskan informasi tersebut. 

***

Tulisan di atas hanyalah sebuah pendapat berdasarkan apa yang saya lihat dan saya dengar. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun