Mohon tunggu...
Dewi Nur Jannah
Dewi Nur Jannah Mohon Tunggu... -

State Islamic University Maulana Malik Ibrahim Malang

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Dari Komik Menuju Buku Pelajaran

15 Maret 2016   19:23 Diperbarui: 15 Maret 2016   20:13 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Era modern seperti sekarang ini, membaca merupakan hal yang sudah tidak asing lagi dan harus kita biasakan. Berbagai informasi, pengetahuan, bahkan hiburan banyak tersedia dalam bentuk sarana tulis atau media cetak. Sebuah negara yang maju juga bisa diukur dari tingkat minat baca penduduknya. Negara maju biasanya dihuni oleh orang-orang yang suka membaca dan menggali berbagai informasi serta pengetahuan sehingga membuat mereka menjadi manusia-manusia yang unggul dalam bidangnya. Agar bangsa tercinta kita bisa menjadi bangsa yang maju mari kita cetak generasi-generasi penerus bangsa ini dengan membiasakan mereka untuk gemar membaca sejak dini.


 Membiasakan anak untuk gemar membaca memang bukan hal yang mudah. Tidak cukup hanya dengan hitungan hari atau minggu. Untuk membiasakannya perlu waktu berbulan-bulan bahkan sampai bertahun-tahun. Orang tua harus ekstra sabar jika ingin mendapat hasil yang diinginkan. Bagi anak balita maupun usia sekolah, bisa dilakukan peran aktif orang tua dalam memfasilitasi upaya pembiasaan ini, yang umumnya melalui beberapa tahapan, seperti ditulis Mary Leonhart dalam bukunya, Parents Who Love Reading, Kids Who Don’t?


Tahap pertama: Membolak-balik buku dan majalah
Jangan kecewa, buku yang anda belikan dengan harga selangit mungkin hanya dibolak-balik saja. Mereka hanya melihat judul-judul atau gambar-gambar yang mereka anggap menarik. Bagi mereka yang belum terbiasa membaca, ini merupakan awal pengenalan yang baik. Karena berawal dari sini lah anak mulai mengenal apa itu buku dan apa itu membaca. Sebagai orang tua harus memberi respon yang positif agar anak lebih senang. Biarkan mereka asyik dengan kegiatannya. Buku yang kumal menandakan keberhasilan dari tahap awal ini.


Tahap kedua: membaca komik dan majalah
Bacaan jenis komik merupakan jembatan untuk menuju pada bacaan yang lebih berkwalitas. Bagi pemula, untuk memahami bacaan bukan hal yang mudah. Tetapi komik menyediakan bacaan pendek dengan gambar yang lebih banyak sehingga anak-anak bisa lebih mudah memahami apa yang dibacanya. Selain menyediakan gambar yang lebih banyak, komik juga menyajikan cerita-cerita yang tidak membosankan.
Komik dan majalah juga mempunyai keuntungan yang lain yaitu memiliki seri dalam setiap temanya. Misalnya dalam seri doraemon. Jika anak sudah menyukai satu seri itu ia akan terus ingin mengoleksi seri-seri doraemon itu. Dan artinya ia akan membaca puluhan komik lagi! Biarkan mereka mengoleksi sebanyak-banyaknya komik dan majalah yang mereka sukai agar ia terus membaca dan membaca.


Tahap ketiga: buku pertama
Tiba saatnya melangkah menuju sebuah buku. Orang tua bisa mencarikan buku bacaan ringan yang sesuai dengan kemampuan baca anak. Untuk anak di bawah usia tujuh tahun, buku bacaan yang disertai gambar cukup banyak tersedia. Untuk usia selanjutnya, pilihkan buku cerita yang ringan namun tidak kekanak-kanakan.


Anak yang menyukai bacaan jenis komik bisa dibelikan buku-buku cerita fiksi. Sedangkan bagi anak yang lebih menyukai majalah bisa disediakan buku-buku bacaan yang bertema non-fiksi atau berbau pengetahuan.


Tahap keempat: bacaan tertentu
Pada tahap ini biasanya anak cenderung fanatik terhadap satu jenis buku bacaan yang disukainya. Mereka sudah bisa menikmati hobi barunya yaitu membaca. Orang tua biasanya jengkel jika anak meminta buku jenis itu dan itu lagi. Tapi hal ini wajar terjadi dan orang tua tidak perlu mengkhawatirkan hal ini. Justru ini menjadi hal yang menggembirakan bagi orang tua seharusnya.


Tahap kelima: pengembangan
Ketika anak sudah membaca puluhan buku dalam satu seri, coba tawarkan untuk membaca jenis bacaan yang lain. Mungkin awalnya mereka akan menolak. Butuh waktu yang lama untuk mengalihkan minat bacaan yang mereka sukai. Jangan pernah bosan menawarkan jenis bacaan baru. Yakinlah, suatu saat anak akan tertarik dan tumbuh rasa penasaran untuk membaca jenis bacaan yang lain.


Tahap keenam: bacaan yang lebih luas
Pada tahap ini tibalah saatnya anak mulai membaca jenis bacaan yang lain. Sebagai orang tua sediakan fasilitas yang sebaik-baiknya untuk “menangkap” momen ini agar anak bisa mengenal lebih banyak variasi buku lainnya.


Tahap ketujuh: mencari buku sendiri
Saat yang paling menggembirakan ketika anak-anak telah berinisiatif untuk mencari sendiri buku-buku yang mereka inginkan. Karakter membaca mulai tumbuh dalam diri mereka. Orang tua harus mendukung, memotivasi, dan memeberi fasilitas mereka dengan bersedia mengantar ke took buku atau pergi ke perpustakaan untuk memilih bukunya sendiri.


Tahap kutu buku abadi
Semuanya akan lebih mudah dilakukan jika anak sudah terbiasa memilih buku bacaannya sendiri. Dan kini ia muali disibukkan dengan kegiatan membaca. Mereka tidak lagi menghiraukan hingar binger acara televisi yang terkadang tidak mendidik. Dalam keadaan ini, orang tua akan lebih mudah mengajak anak menyukai buku-buku pelajaran mereka, walupun buku-buku itu tak menyediakan gambar-gambar menarik atau cerita-cerita menarik lagi, karena mereka telah terbiasa membaca.


Pepatah mengatakan “membaca adalah jendela dunia”. Membaca merupakan kunci pengetahuan. Tanpa harus pergi ke Amerika, orang akan tahu bagaimana kondisi Amerika melalui membaca. Orang akan tahu betapa canggihnya Jepang dalam menciptakan teknologi tanpa harus pergi ke sana. Membaca memberi pengaruh yang besar bagi penggemarnya. Tentunya bacaan-bacaan yang positif ya?
Semoga sedikit tulisan ini dapat memberi manfaat untuk kita semua :)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun