Kehadiran artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan yang belakang ini ramai diperbincangkan memang menarik untuk dikulik lebih dalam. Terlebih baru-baru ini laman ChatGPT ternyata belum terdaftar Penyelenggara Sistem Elektronik (PSE) Kominfo.
Melansir pemberitaan Kompas.com, Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kominfo, Semuel Pangerapan membenarkan bahwa ChatGPT belum terdaftar dalam PSE milik kominfo.
Tentu kabar berikut akan mengundang keingintahuan masyarakat yang lebih tinggi untuk lebih mengenal kecakapan artificial intelligence itu sendiri.
Saya sendiri belakangan lebih intens melakukan uji joba dengan ChatGPT. Maklum, karena keseharian menyelami dunia tulis menulis, ada kekhawatiran tersendiri ancaman dari kecerdasan buatan ini.
Beberapa uji coba sudah saya lakukan mulai dari membuat sebuah narasi dan membuat video mengandalkan teknologi ChatGPT dan Pictory yang sudah dibahas dalam artikel sebelumnya berjudul "Hasil Video Otomatis Artificial Intelligence, Memanfaatkan ChatGPT dan Pictory".
Saking semangatnya saya lantas mencoba apakah bisa ChatGPT menyunting sebuah Novel? Dan ternyata memang bisa. Hasilnya dapat dilihat pada tulisan berjudul "Zero City: Selamat (Part 2)".
Saya memberikan sebuah tanda bagian mana yang disunting mengandalkan ChatGPT seperti gambar dibawah ini:
Jujur saja, terlepas dari berbagai model artificial intelligence yang ada, saya sebenarnya masih penasaran dengan kemampuan ChatGPT ini. Bahkan, saya meminta robot ini melanjutkan sebuah cerita yang saya bagikan untuk disunting sebelumnya. Ternyata bisa! ChatGPT bahkan menambahkan dengan lebih panjang, mungkin sekitar 350 kata.
Saya tidak mengerti apakah ChatGPT memahami jalan pikiran saya untuk menulis sebuah karangan yang bersifat fiksi. Tetapi faktanya, hasil tulisan yang dilanjutkan masih tergolong masuk akal dan sesuai jalurnya.
Mungkin, sifatnya hanya memperpanjang kata namun dari hasil yang ditulis ChatGPT harus diakui cukup memuaskan. Lalu apakah saya memasukkan tulisan tersebut? Tentu tidak!
Selain ChatGPT saya juga melakukan percobaan kecil saudaranya, yaitu DALL*E 2 - OpenAI. Baru sebentar, namun rasanya masih banyak hal yang terbilang cacat.
Kesimpulannya, saya kira, penggunaan artificial intelligence jelas membantu pekerjaan manusia. Terlepas dari potensi plagiat yang terjadi, namun dapat dikatakan bahwa teknolgi AI merespons kecerdasan dari pengguna itu sendiri.
Dalam artian, jika kita 'pintar' memberi instruksi yang jelas dan sesuai apa yang kita pikirkan maka artificial intelligence dapat membantunya. Namun sebaliknya, jika ide atau gagasan yang diberikan terbilang terbatas dari pengguna, maka AI hanya mampu memberikan dengan ala kadarnya.
Ngomong-ngomong, tulisan fiksi saya sebelumnya yang sudah terbit kok tidak bisa disunting (Menghapus tulisan hasil tangkap layar di atas), ya? Admin Kompasiana, tolong! HahahaÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H