Dalam artikel ini dibahas memanfaatkan teknologi Artificial Intelligence (AI) untuk membuat video secara otomatis, tanpa sentuhan manusia.
Untuk dapat membuat video secara otomatis, dalam hal ini akan memanfaatkan ChatGPT dan Picotry, keduanya sama-sama mengembangkan teknologi kecerdasan buatan atau AI.
Lihatlah bagaimana pekerjaan membuat sebuah video dapat dilakukan dengan sekejap mengandalkan kombinasi dua sistem teknologi kecerdasan buatan ini.
Saya melakukan uji coba menggunakan ChatGPT untuk membuat sebuah narasi video. Intruksi yang saya berikan hanya sekedar meminta sebuah script singkat menjelaskan AI.
Narasi video yang dibuat ChatGPT tidak berlangsung lama, tidak melebihi satu menit. Narasi ini dibutuhkan Pictory untuk memahami apa kebutuhan video yang diinginkan oleh pengguna.
Lalu mengapa narasi yang saya minta berbahasa Inggris? Jawabannya mengarah kepada kemampuan Pictory, secara garis beras ChatGPT mampu untuk membuatkan sebuah text dalam bahasa apapun. Namun Pictory, belum mampu menerjemahkannya.
Apabila kita menggunakan Bahasa Indonesia, ilustrasi video yang dihasilkan oleh Pictory akan jauh dari harapan. Seperti misalnya, saya mencoba membuat ilustrasi video mengenai "Dampak Sampah terhadap Lingkungan" dengan text berbahasa Indonesia, Pictory justru menghasilkan video dengan ilustrasi Dewa Hindu.
Kembali kepada pokok pembahasan, langkah selanjutnya untuk membuat video secara otomatis yaitu tentu mengunjungi laman Pictory.ai. Setelah berhasil login, selanjutnya akan ada sebuah pilihan untuk membuat model video.
Saya tentu memilih menerjemahkan text to video, untuk meminta Pictory membuatkan sebuah video mengenai narasi yang dihasilkan oleh ChatGPT tadi. Laman ini akan meminta bagaimana kita menginginkan resolusi video seperti potrait atau landscape. Jika video ingin diunggah di sosial media seperti TikTok atau Instastory bisa menggunakan potrait, jika ke Youtube bisa menggunakan format landscape.
Setelahnya kita akan diminta menentukan beberapa templet yang bisa digunakan untuk berbagai kebutuhan, saya memilih templet untuk video persentasi perusahaan.
Seketika ilustrasi dari setiap penggalan script yang kita bagikan kepada Pictory sudah disulap berupa video. Saya tidak memasukkan, menyunting atau merubah sedikitpun dan langsung memprosesnya. Hasilnya, kemudian saya unggah dalam Kanal Youtube yang bisa disaksikan dalam video di bawah ini.
Secara keseluruhan, hasil video yang dibuat memanfaatkan Artificial Intelligence (AI) tergolong cukup profesional. Namun begitu, lantaran dibuat dengan templet, maka memungkinkan video akan menyerupai hasil permintaan dari pengguna lain. Sampai sini apakah layak teknologi tersebut mengancam profesi editor video?