Tuhan, boleh mengeluh? Kian hari kian berat saja jalan kehidupan. Entah apa yang harus dilakukan, sepertinya sudah tidak berguna. Tindakan yang dilakukan, selalu tidak tepat. Upaya yang dilakukan selalu tidak berdampak baik. "Benar, hidup harus terus berjalan, tertatih sekalipun haus tetap dijalani"
Tapi, kini bukan hanya tertatih, melainkan sudah tidak bisa melangkah. Ibarat sebuah tubuh yang tidak bernyawa. Hari demi hari, jam demi jam, menit demi menit, detik demi detik telah dilalui. Namun, rasanya kian berat dan raga ini tidak kuat. Â
Tuhan, apakah harus berhenti untuk kuliah? Apakah harus sampai disini? Jika itu yang terbaik, maka akan dilakukan. Sepertinya, hanya menjadi beban, lebih baik berhenti dan mencoba untuk berdampak. Tuhan, berjanjilah setelah berhenti, keadaan akan membaik. Tuhan, boleh aku sebut faktor apa saja?
Pertama. Keluarga sudah hancur. Keduanya sudah tidak memberikan ruang nyaman. Memilih untuk memikirkan dirinya masing-masing. Sehingga, saya harus memikirkan adik-adik. Jika saya gagal sebagai anak, maka saya tidak mau gagal menjadi kakak. Jika saya gagal sebagai manusia, setidaknya saya menjadi kakak yang baik untuk adik-adik saya. Kedua. Saya sudah tidak bisa menahan beban yang luar biasa ini. Menuntaskan kuliah yang masih lama, membutuhkan uang, dan waktu. Lebih baik digunakan untuk mencari uang dan membahagiakan adik-adik. Sudah, bagian itu dahulu tuhan. Sisanya, menjadi urusan kita berdua.
Tuhan, jika memang ini menjadi jalan dan garis takdir. Tolong kuatkan, dan tetap tegarkan diri ini. Semoga kuat dalam menjalaninya. Tuhan, akhir-akhir ini saya lebih banyak berdiam diri, meratapi semuanya dengan pikir yang kosong. Seperti raga tak bernyawa. Entah kenapa, saya sudah tidak bisa untuk lebih kuat.
Tuhan, maaf hamba banyak mengeluh, apalagi dalam range satu bulan ini. Tuhan, maaf hamba telah gagal menjadi hamba, maafkan, dan berikan kembali jalan yang baik. Tuhan, kuatkan dan berikan hati yang lapang.
Kemudian, untuk mamah dan papah. Mohon maaf saya telah menjadi beban, anak yang gagal, tidak bisa membantu dan hanya memberatkan. Percayalah, saya akan berusaha untuk menjadi kakak yang berhasil, memberikan segenap kemampuan dan seluruhnya untuk adik-adik saya.Â
"Biarlah saya gagal, tapi tidak dengan adik-adik"
Akhirnya, tuhan terima kasih telah mendengar semuanya.
Terimakasih
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H