Mohon tunggu...
Dicky Caesario Wibowo
Dicky Caesario Wibowo Mohon Tunggu... Freelancer - I seek truth through human bones

Forensic Science Magister UA 2019

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Manfaat Antropologi Ragawi dalam Keilmuan Forensik

1 November 2019   19:33 Diperbarui: 1 November 2019   19:42 455
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Antropologi Ragawi dan Forensik : Antropologi Forensik 
Antropologi merupakan ilmu yang mempelajari manusia. Berasal dari kata anthropos (manusia) dan logos (ilmu) dalam bahasa Yunani. Dalam antropologi, dengan banyaknya aspek yang dapat dipelajari dari manusia sendiri memunculkan disiplin yang disebut antropologi ragawi.

Disiplin antropologi ini khusus mempelajari variasi biologis dari manusia. Di dalamnya termasuk belajar mengenai tulang-belulang. Dilain hal, dari hari ke hari tindak kriminal semakin meningkat. 

Aspek kejahatan yang ada dalam dimensi sosial manusia menuntut berbagai macam disiplin akademis untuk memecahkan masalah tersebut. Tidak jarang publik mendengar kata forensik. Sebuah kata yang erat maknanya dengan jenazah, tindak kriminal, dan kematian. Jika dilandasi kepentingan membantu masyarakat, berbagai bidang keilmuan perlu turun tangan untuk membantu menyelesaikan masalah-masalah tersebut. 

Salah satunya dengan ilmu forensik. Sebuah bidang keilmuan yang menerapkan berbagai macam latar belakang ilmu untuk mengungkapkan kejahatan. Salah satu bidang keilmuan yang dapat digunakan dalam ilmu forensik adalah antropologi. Dengan menerapkan teknik identifikasi tulang yang dipelajari dalam antropologi ragawi menjadikan disiplin ilmu ini sangat berguna dalam ranah forensik. 

Tidak jarang antropolog  yang berkecimpung dalam mengungkapkan kejahatan disebut sebagai antropolog forensik. Apa yang dilakukannya adalah melakukan kepentingan identifikasi rangka manusia tidak dikenal untuk keperluan penegakan keadilan. 

Apa yang dilakukan Antropolog Forensik? 
Kepiawaian seorang antropolog forensik ditentukan oleh kemampuannya mengidentifikasi tulang-belulang. Dibekali kemampuan osteologi manusia (sebuah studi tentang tulang-belulang manusia), antropolog forensik dapat dengan mudah memberi informasi yang berguna untuk konteks penyelesaian tindak kejahatan. Dari sepotong tulang, antropolog forensik dapat mengidentifikasi banyak hal. 

Dari jenis kelamin, usia mati, tinggi badan hingga afiliasi populasi serta penyakit yang pernah diderita. Semua informasi tersebut dengan mudah dapat diidentifikasi oleh ahli antropologi forensik. 

Banyaknya kasus yang tidak ditindak lanjut membuat jenazah korban kerap kali ditemukan dalam bentuk tulang-belulang. Tidak lagi memiliki sisa jaringan otot, daging, dan organ namun hanya tersisa tulangnya saja.  Disinilah tugas seorang antropolog forensik mengidentifikasi apa yang telah terjadi dengan individu tersebut ketika masih hidup. 

Pengungkapan Kejahatan dan Kecelakaan Masal melalui Antropologi Forensik
Sejatinya, mereka yang bergelut di bidang Forensik menjunjung satu hal yang sama. Pro Justitia (demi keadilan !), kerap adalah moto yang diusung oleh para ahli forensik dalam bertugas mengungkap kejahatan yang terjadi. Begitupun para antropolog forensik. Dalam tugasnya mengungkap kejahatan perlu dilandasi pemikiran demi menegakkan keadilan. 

Sebut saja pada kasus Ryan, ketika ditemukan korban perempuan dan seorang anak yang sudah menjadi tulang belulang. Dokter forensik memerlukan bantuan dari seorang antropolog forensik untuk mengungkap apakah betul kedua korban memiliki keterkaitan dengan kasus Ryan. Dengan melibatkan antropolog forensik kedua korban dapat diidentifikasi dengan tepat, yang hasilnya bisa digunakan untuk memberatkan tuntutan kepada terdakwa di pengadilan. 

Dilain hal, kecelakan di Indonesia pun kerap kali terjadi. Seperti apa yang terjadi dengan kecelakaan pesawat Air Asia QZ8501 beberapa tahun silam. Di dalam tim identifikasi (DVI) yang dibentuk Polda Jatim turut melibatkan ahli antropologi forensik. Pasalnya, beberapa jenazah yang ditemukan kerap kali sudah berupa tulang. Kerja cepat dan saling berkoordinasi antara ahli antropologi forensik dengan ahli lainnya dalam tim menentukkan keberhasilan dalam identifikasi korban dalam kecelakaan tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun