Sejujurnya saya masih risih ketika melihat banyak ternak yang diangkut dengan “ala kadarnya”, dikandangkan “seadanya”, untuk kemudian disembelih dengan “apa adanya”. Tidak jarang saya melihat seekor kambing diangkat dengan sebuah sepeda motor dengan posisi yang tentu saja tidak mengenakkan, kemudian diikat begitu saja di pinggir jalan atau lapangan sebelum disembelih, atau mungkin ada yang lebih parah lagi Bahkan penyembelihan tidak jarang dilakukan oleh eksekutor yang belum ahli atau terkadang ada juga hewan qurban yang disembelih dengan pisau yang kurang tajam. Apakah benar ridho-Nya dapat diperoleh dengan cara seperti itu? Jangan sampai kita lalai, bahwa melalui ternak qurban-lah kita berharap ridho dan surga-Nya.
Jika dilihat dari perspektif demikian, Instruksi Gubernur Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok mengenai pemotongan hewan qurban di RPH bisa dikatakan ada benarnya juga, walaupun tentu melangkahi beberapa poin kebudayaan yang sudah terbentuk. Perbaikan kualitas pemotongan sebenarnya juga sudah mulai banyak digalakkan institusi terkait, sebut saja seminar dan pelatihan pemotongan hewan qurban yang baik dan halal, hanya saja mungkin yang masih sulit diubah adalah kebiasaan untuk membiarkan.
Yah, semoga saja dalam ibadah Idul Qurban kedepan, perbaikan dapat terus dilakukan, tentu saja tanpa melupakan hal-hal fundamental dan tidak melupakan esensi dari ibadah Idul Qurban itu sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H