Mohon tunggu...
Dayvia Aprilliya
Dayvia Aprilliya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Tetap Menulis dan Bersemedi

Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga 21107030067

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Bijak saat Berbelanja Online: Kiat Sederhana Menumbuhkan Kesadaran Lingkungan

5 Maret 2022   16:02 Diperbarui: 22 Maret 2022   18:01 634
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apakah kamu sudah mengetahui dampak dari belanja online terhadap lingkungan? Atau kamu sudah memulai aksi dalam menanggulanginya? Simak artikel berikut ini

Dewasa ini, seiring berkembangnya globalisasi, hampir seluruh sektor kehidupan mengalami perubahan. Globalisasi mengubah konsep ruang dan waktu yang menyebabkan akses informasi dan komunikasi berlangsung secara cepat (rapid) serta tanpa batas (borderless). Salah satunya ialah pada sektor ekonomi. 

Dikutip dari gramedia.com, menurut Dr. Tanri Abeng, S.E., M.B.A., yang mempelopori gagasan tentang lima bentuk globalisasi ekonomi, sektor ini meliputi produksi, pembiayaan, tenaga kerja, jaringan informasi, dan perdagangan. 

Dengan didukung pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam revolusi industri, aktivitas jual beli dan marketing bergerak ke arah digitalisasi ekonomi. Seperti halnya E-Commerce yang menjadi sektor unggul perdagangan dalam ekonomi digital.

Apalagi selama pandemi Covid-19, seiring dengan kebijakan pemerintah tentang social distancing, mendongkrak transaksi sejumlah platform E-Commerce. 

Sebab kebijakan ini mengurangi interaksi sosial secara langsung, bahkan membatasi ruang gerak masyarakat, akibatnya tren belanja online/delivery order dan kemudahan transaksi barang/jasa pada E-Commerce menawarkan solusi atas berbagai kebutuhan masyarakat di tengah pandemi Covid-19. 

Selain itu, melalui penggunaan marketplace sebagai aplikasi E-Commerce memberikan efisiensi waktu, biaya, dan tenaga dalam aktivitas jual-beli.

Indonesia sebagai tuan rumah Presidensi G-20, forum ekonomi utama internasional, yang dimulai pada tanggal 1 Desember 2021 hingga 30 November 2022 mendatang juga tidak lepas dalam upaya menciptakan lingkungan yang berkelanjutan. 

Dengan mengusung tema "Recover Together, Recover Stronger" yang menjadi strategi Presiden Joko Widodo diharapkan mampu mempercepat pemulihan ekonomi pasca pandemi Covid-19 melalui tiga agenda utama arsitektur kesehatan global, transformasi ekonomi digital, dan transisi energi yang berkelanjutan. 

Koordinasi forum Presidensi G-20 ini berguna untuk memperkuat sektor ekonomi melalui negosiasi forum G20 dalam perdagangan, investasi, ketenagakerjaan, pertanian, kesehatan, pendidikan, sumber daya manusia, dan SDGs. 

Selain itu, sejalan dengan pendapat Susiwijono Mugiarso, Sekretaris Kementrian Koordinator Bidang Perekonomian, bahwa ada tiga rambu ekonomi digital yang harus diperhatikan: 1) mendukung kegiatan produktif, 2) mendorong inklusivitas, dan 3) menyelesaikan isu-isu pembangunan.

Namun, dunia digital ibarat pisau bermata dua yang akan memberikan dampak negatif jika tidak dikontrol dengan baik. Era digital yang serba canggih dan praktis mengubah gaya hidup untuk meraih sesuatu secara cepat dan instan. Termasuk belanja online yang dapat menimbulkan rasa candu dalam konsumsi yang impulsif, terutama dengan adanya penawaran, seperti flashsale, diskon, promo, voucher, dan lain sebagainya. 

Tidak berhenti di situ, pola konsumsi impulsif, disadari atau tidak, banyak meninggalkan jejak ekologi. Sampah hasil belanja online/delivery order menjadi tantangan lingkungan karena adanya bungkus kemasan jenis plastik. Mengingat sifat plastik butuh waktu ratusan tahun untuk terurai secara alami, penanganan sampah plastik menjadi isu serius.

Infografis plastik hasil belanja online oleh indonesiaBaik.id
Infografis plastik hasil belanja online oleh indonesiaBaik.id

Menilik data jumlah plastik belanja online/delivery order dari Pusat Penelitian Oseanografi dan Pusat Penelitian Kependudukan LIPI yang merilis hasil studi "Dampak PSBB dan WFH Terhadap Sampah Plastik di kawasan JABODETABEK" yang dilakukan melalui survei online pada tanggal 20 April-5 Mei 2020 menunjukkan bahwa: 1) 96% paket dibungkus dengan plastik yang tebal dan ditambah dengan bubble wrap, 2) Selotip, bungkus plastik, dan bubble wrap merupakan pembungkus berbahan plastik yang paling sering ditemukan, 3) Jumlah sampah plastik dari bungkus paket mengungguli jumlah sampah plastik dari kemasan yang dibeli. Penelitian LIPI tersebut juga mengungkap walaupun terdapat tingkat kesadaran yang tinggi terhadap isu sampah plastik, tetapi warga belum membarenginya dengan aksi nyata.

Intan Suci Nurhati, peneliti Pusat Penelitian Oseonografi LIPI mengatakan, "Hanya separuh dari warga yang memilah sampah untuk didaur ulang. Hal ini berpotensi meningkatkan sampah plastik dan menambah beban tempat pembuangan akhir selama PSBB/WFH."

Selanjutnya, melaui artikel laporan CNN Indonesia "Sampah Plastik 2021 Naik ke 11,6 Juta Ton, KLHK Sindir Belanja Online, Rosa Vivien Ratnawati, Direktur Jenderal Pengelolaan Limbah, Sampah, dan Bahan Beracun Berbahaya (PLSB3), Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dalam diskusi daring (25/2) menyebutkan bahwa total sampah nasional pada 2021 diperkirakan mencapai 68,5 juta ton dan dari jumlah itu, sebanyak 17 persen atau sekitar 11,6 juta ton, disumbang oleh sampah plastik. 

Menurut Rosa, sumbangsih sampah plastik diakibatkan oleh gaya hidup praktis sehingga pemakaian plastik sekali pakai meningkat. Rosa menilai diperlukan kebijakan dan upaya luar biasa untuk menekan pemakaian plastik, baik oleh individu maupun pelaku usaha.

Kiri: foto TPST Bantar Gebang oleh Liputan6 | Kanan: foto Great Pasific Garbage Patch oleh George Rothert
Kiri: foto TPST Bantar Gebang oleh Liputan6 | Kanan: foto Great Pasific Garbage Patch oleh George Rothert

Keberadan plastik yang dinilai tahan lama sejatinya memberi pengertian kepada kita untuk tidak sekali pakai agar dapat dimanfaatkan kembali. Mungkin sampah plastik terlihat amat sepele, tetapi jika dampaknya dibiarkan terus-menerus akan membahayakan diri, lingkungan, serta makhluk hidup sekitar kita. Skenario terburuk jika kita tidak mengelola sampah plastik, ketika tempat pembuangan sampah (TPS) tidak mampu untuk menampungnya dan berakhir terbuang ke lautan, pada akhirnya ekosistem daratan maupun lautan ikut terancam. 

Langkah kecil yang bisa diterapkan, yaitu dengan memulai aksi "Zero Waste Lifestyle" dan "Say No to Single Use Plastic". Melalui zerowastehome.com, Bea Johnson mengenalkan 5R "Refuse, Reduce, Reuse, Recycle, Rot" yang bermakna "Menolak, Mengurangi, Menggunakan Kembali, Mendaur Ulang, Membusukkan".

United Nations Environment Programme dalam websitenya, "Beat Plastic Pollution", juga mengajak kita untuk melakukan kebiasaan baru untuk membatasi penggunaan plastik, salah satunya dengan "Shop Sustainably". 

Sebagai individu hal yang bisa kita lakukan untuk mencapai berbelanja secara berkelanjutan, seperti mengurangi pembungkus plastik, berhenti menggunakan sedotan plastik, membawa mug/tumblr/botol minum sendiri, memilih makanan tanpa kemasan plastik, membawa tas yang dapat digunakan kembali, membeli produk lokal, mengisi ulang wadah (kontainer), memilah serta membersihkan plastik untuk didaur ulang, dan lain sebagainya. Langkah-langkah tersebut bisa diterapkan dalam belanja online. 

Akan tetapi jauh dari itu semua, hendaknya kita berpikir kembali apakah belanja tersebut benar-benar untuk memenuhi kebutuhan atau sekedar keinginan belaka.

Sehubungan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan  (Sustainable Development Goals), penanggulangan sampah belanja online terhadap lingkungan membutuhkan sinergi kolaborasi antara produsen dan konsumen. 

Pada SDGs tujuan ke-12 konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab adalah menjamin pola produksi dan konsumsi yang berkelanjutan. Konsumen dan produsen dapat menerapkan konsep "Sustainable Living, Green Lifestyle". Konsumen yang didorong oleh kesadaran lingkungan akan mempengaruhi pengetahuan, sikap, perilaku hijau sehingga konsumen mempertimbangkan keputusan pembelian produk hijau yang ramah lingkungan. Sedangkan produsen/perusahaan dapat mengaplikasikan kampanye lingkungan melalui green advertising, eco brand, dan green trust pada produknya.

Dokpri
Dokpri

Rekomendasi akun Instagram yang membahas gaya hidup ramah lingkungan dan pengeloaan sampah, kamu bisa follow: @greenpeace.id @unileveridn @zerowaste.id_official @demibumi.id @madaniberkelanjutan.id @siapdarling

"A Journey of 1,000 Miles Begins with A Single Step" -Lao Tzu

"There is U in SOL-U-TION" -Intan Suci Nurhati

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun