Mohon tunggu...
Diah Ayu Lestari
Diah Ayu Lestari Mohon Tunggu... Jurnalis - Traveller

Mahasiswa Akademi Televisi Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Menguap Kisah Novel "Si Parasit Lajang" Cewek, Cerdik, Cuek

26 Mei 2018   11:47 Diperbarui: 26 Mei 2018   12:36 536
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Biografi Ayu Utami

Ayu Utami atau nama lengkapnya Justina Ayu Utami adalah aktivis jurnalis dan sastrawan berkebangsaan Indonesia yang lahir di Bogor, Jawa Barat, 21 November 1968. Ayahnya bernama Johanes Hadi Sutaryo dan ibunya bernama Bernadeta Suhartina. Ia berasal dari keluarga Katolik.

Ia besar di Jakarta dan pendidikan terakhirnya S-1 Sastra Rusia dari Fakultas Sastra Universitas Indonesia (1994). Ia juga pernah bersekolah di Advanced Journalism, Thomson Foundation, Cardiff, UK (1995) dan Asian Leadership Fellow Program, Tokyo, Japan (1999). Selain ia menyukai musik tradisional dan musik klasik, ia juga menggemari cerita petualangan, seperti Lima Sekawan, Karl May, dan Tin Tin. Ayu Utami terpilih sebagai finalis gadis sampul majalah Femina urutan kesepuluh sewaktu mahasiswa. Namun, ia tidak menekuni dunia model.

 Ia dikenal sebagai novelis pendobrak kemapanan, khususnya masalah seks dan agama. Pekerjaan Ayu Utami yaitu sebagai Jurnalis dan Novelis dengan aliran sastra roman. Banyak penghargaan yang sudah diraih oleh Ayu Utami yaitu Roman terbaik Dewan Kesenian Jakarta 1998, Prince Claus Award 2000 dan Khatulistiwa Literary Awards kategori prosa 2008.

Ia pernah menjadi wartawan di majalah Humor, Matra, Forum Keadilan, dan D&R. Setelah penutupan Tempo, Editor dan Detik Ayu Utami ikut mendirikan Aliansi Jurnalis Independen yang memprotes pembredelan. Kini Ayu bekerja di jurnal kebudayaan kalam dan di teater Utan Kayu.

Setelah tidak beraktivitas sebagai jurnalis Ayu  kemudian terjun dan menekuni novel. Ayu Utami mendapatkan penghargaan sastra dari dalam dan luar negeri. Buku pertamanya, yang berjudul Saman telah diterbitkan dalam delapan bahasa asing dan dianggap memeberikan warna baru dalam sastra Indonesia. Novel tersebut mengalami cetak ulang sebanyak lima kali dalam setahun.

Sejak saat memenangi sayembara penulisan roman Dewan Kesenian Jakarta 1998 itulah Ayu Utami dikenal sebagai novelis dan melalui Saman pula Ayu mendapat Prince Claus Award 2000 dari Prince Claus Fund, sebuah yayasan yang bermarkas di Den Haag, Belanda yang mempunyai misi mendukung dan memajukan kegiatan di bidang budaya dan pembangunan. 

Karya yang dihasilkan pun sudah banyak yaitu Novel Saman (1998), Novel Larung (2001), Kumpulan Esai "Si Parasit Lajang" (2003), Novel Bilangan Fu (2008), Novel Manjali dan Cakrabirawa (2010) , Novel Cerita Cinta Enrico (2012), Novel Soegija (2012), Novel Lalita (2012), Novel Si Parasit Lajang (2013), Novel Pengakuan: Eks Parasit Lajang (2013), dan Novel Maya.

Identitas Buku

Judul : Si Parasit Lajang

Jumlah Halaman : xviii+201

Ukuran : 13,5 x 20 cm

Tanggal terbit: 11 februari 2013

ISBN : 978-602-424-124-7

Penerbit : KPG (Kepustaan Populer Gramedia)

"Pernikahan itu bukan harus, melainkan perlu. Perlunya bagi yang membutuhkan saja"

Cercahan seorang perempuan yang di akhir usia dua puluhan ia memutuskan untuk tidak menikah dan menyebutnya sebagai Si Parasit Lajang. Alasannya untuk tidak kawin ada 10+1. Terkesan sangat cuek dan tidak peduli dengan lingkungan sekitar membuat seorang perempuan ini sebenarnya peka dengan lingkungan dan sangat memperhatikan keadaan yang ada di sekelilingnya.

Dunia ini memang tidak adil dan bisakah dunia ini tanpa hirarki? Wanita kota yang dianggap tinggi oleh anak daerah. Susunan yang menjadi pembeda antara anak metropolitan dengan anak daerah sehingga terjadi ketidaksetaraan posisi. Mencoba tidak hirarki itu penting. Dimana pemuda lelaki bisa menceritakan seksualitas dengan dengan pemuda lelaki lainnya.

Namun, perempuan tidak menceritakan seksualitasnya dengan sesama perempuan. Di kedai ini obrolan mengenai seksualitas sangatlah tidak memandang jender. Terlalu banyak ketakutan seorang perempuan karena, mereka kurang terbuka mengenai seksualitas mereka sejak dini. Mungkin kalau mereka bisa terbuka, mereka akan menguasai tubuhnya sendiri dan tidak terlalu menyakitkan bagi mereka.

Perempuan yang berperan ganda, inilah masalah wanita yaitu perkawinan yang tidak membebaskan mereka. disatu titik harus memilih menjadi wanita mandiri atau menjadi ibu. Kebanyakan wanita Jepang yang sukses memilih tidak menikah dan saya memilih menjadi mandiri. Pagi bermain, siang bekerja dan malam menulis.

Menumpang dengan orang tua dan saya bagi ibu saya hanyalah seorang benalu. Pacar Sahal mengenalkan saya film biru yang di bintangi oleh Rocco Siffredi. Dimana pengalaman ini tidak akan pernah diajarkan oleh orang tua kepada anaknya. Rocco menjadi aktor Hollywood yang seksi bagi saya. Namun, disisi orang lain tidak mengatakan yang sama. Yang salah barangkali adalah bahwa kita menginginkan yang esensial seolah ada sebuah yang ideal yang berlaku umum.

Berkeluarga tidak boleh main-main. Sekali kamu menikah kamu lebih baik tidak cerai. Berkeluarga adalah kontrak seumur hidup. Maka, yang mampu silahkan lakukan. Perkawinan adalah sakaral. Jadi, seharusnya tidak sembarangan orang yang bisa melakukannya. Kebanyakan orang hanya ingin berlindung pada seksualitas yang suci dibawah pernikahan.

Kehilangan hak untuk menikah dengan orang lain ketika kita sudah menikah. Pada akhirnya yang kita butuhkan yaitu kesadaran bukan paksaan. Alam dinyatakan tidak adil dimana menciptakan yang satu memenuhi kriteria cantik dan yang lain tidak. Terus menerus menciptakan alternatif orang rela menghasikan uangnya untuk kecantikan. Kecantikan selalu hadir bagi mereka yang putih. Kapitalisme memang hidup dari ketidakpuasan diri konsumen.

Saya punya pacar dan tidak ingin kawin dengan pacar saya. Cinta seperti bunga jika ia tak lekang artinya ia imitasi. Saya tidak ingin kawin. Undang-undang masih kurang sadar jender menerapkan laki-laki sebagai kepala keluarga. Agama perkawinan jelas untuk berkelangsungan keturunan jadi, antara wanita dan pria. Seks bagi saya adalah melakukan segala sesuatu yang mengakibatkan rangsangan pada organ seks. Sisanya hanya perkara teknik. Kalau seorang lelaki menganggap wanita sebagai manusia maka ia tidak akan memperkosanya.

Setiap saya ditanya "apakah anda menikah ?" saya  selalu menjawab "tidak". Manusia lahir, tumbuh, jadi muda dan gila-gilaan, lalu kawin, punya anak menjadi orang tua yang tertib, lalu selesai. Saya mengenal seksualitas dari sekolah yang secara tidak langsung mengajarkan seksualitas melalui organ pada pelajaran biologi. Adapun kelas yang mengajarkan kami menggunakan akal sehat dengan pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan dan kelas yang tidak mengajarkan larangan.

Sebuah percintaann adalah hubungan antara dua orang bukan dnegan diri sendiri. Sejak remaja saya tidak peduli dengan keperawanan saya. Dan kalau tua dan tidak kawin saya tidak peduli saya perawan atau tidak. Memangnya kalian menginginkan perempuan yang perawan? Lalu, kalau kalian mendapatkan perempuan yang masih perawan kalian bisa memberikan apa untuk wanita itu? Kejantanan kalian yang tidak bisa dilihat.

Dalam hal seksualitas lelaki tidak bisa menjadi jagoan tetapi perempuan bisa mengubah lelakinya menjadi jagoan. Pada zaman seorang perempuan harus melakukan seksualitas setiap malam dengan orang yang berbeda-beda. Ada kalanya manusia istirahat dari seks. Poligami hanya jawaban adil untuk lingkungan masyarakat yang tidak adil.

Inilah akhir dari cerita, sebagian teman saya menikah dan selalu ijin kepada saya karena meninggalkan saya sendiri. Namun, bagi saya itu menyenangkan karena kelak mereka akan punya anak. Namun, ada satu teman saya bernama Gofur meminta maaf kepada saya karena dia akan menjadi ayah dari Natalie yang hamil. Di Eropa tidak ada lagi stigma anak haram. Seorang anak sudah pasti lahir dari seorang ibu.

Saya tidak pernah anti perkawinan atau anti berkeluarga. Saya hanya berpendapat bahwa berkeluarga cocok bagi orang lain. Namun, saya benci dengan status perkawinan yang menjadikan tolak ukur kebahagiaan manusia. Manusia boleh kawin tapi tidak harus.

Pendapat Resensor

Novel "Si Parasit Lajang" mengajarkan kita untuk berfikir rasional dan bukan untuk membenci perkawinan. Buku ini berisi tulisan keseharian Ayu Utami yang tidak mau menikah. Entah itu tentang pekerjaan, sahabatnya, perjalanannya yang menimbulkan tulisan yang sangat fakta berdasarkan kesehariannya. Jumlahnya 48 tulisan, termasuk prolog dan epilog.

Pandangan-pandangan tentang pernikahan disampaikan sangat menarik disini oleh Ayu. Kritis dan sangat tajam. Alasan-alasan tidak menikah pun sangat jelas dibuku ini sehingga Ayu tidak ingin menikah. Salah satunya disini di negeri ini terlalu mengagung-agungkan lelaki sehingga wanita menjadi pihak lemah dan bergantung pada lelaki. Bagi feminis hal itu cukup sensitif.

Bahasa yang digunakan cukup mudah dipahami. Tidak bertele-tele, singkat, jelas dan lugas. Dalam buku ini Ayu Utami tidak terlalu berpihak mencolok ke feminis walaupun lebih mengangkat dari segi wanita.

Dalam buku ini membri pesan bahwa di zaman ini, larangan tidak memadai lagi untuk bekal manusia berhadapan dengan tantangan. Yang dibutuhkan adalah kecerdikan. Buku ini adalah buku pertama dari trilogi. Buku yang kedua adalah Cerita Cinta Enrico dan selanjutnya Pengakuan Eks Parasit Lajang. Setelah membaca buku ini saya tertarik untuk membaca buku keduanya.

Kelemahannya hanya saja sulit diterima bagi golongan yang bertentangan dengan kaum feminis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun