Taman-taman baca, yang menghadirkan akses buku dekat pada masyarakat, dekat dengan anak-anak membuat saya teringat penelitian Nursalim dan Sudibyo, pada tahun 2018" Pengembangan EGRA untuk Mengukut Kemampuan Baca Tulis Siswa SD Kelas Awal di Daerah Pinggiran dan Terpincil 30 Sekolah Dasar Kabupaten Sorong." Dalam penelitiannya mereka menghadirkan grafik perbandingan dari kemampuan membaca siswa-siswa sekolah dasar. Dari tiap sekolah, ada 20 siswa yang menjadi sampel dan mewakili kelas 1,2 dan 3. Dengan indikator penilaian mulai dari "membaca lancar dengan pemahaman, membaca dengan pemahaman, membaca dengan pemahaman terbatas sampai ke tidak mampu membaca."
Hasil yang mereka dapatkan adalah terdapat 26 sekolah yang siswanya tidak bisa membaca, dengan rentang mulai dari 2% sampai 95%. Sebagai contoh, jika pada angka 95% dan satu sekolah mengikutsertakan 20 siswanya, maka ada 19 siswa tak bisa membaca (walau dia sudah ada di kelas 2 dan 3 sekalipun).
Su mulai bisa membayangkan kemampuan membaca anak-anak kita di Sorong, sobat?
Sekali lagi, kehadiran taman-taman bacaan di masyarakat bisa ikut membantu menghadirkan buku bacaan dan harapannya membuat anak-anak terbiasa bertemu, berjumpa dengan buku. Dan dari sini kitong bisa lihat bahwa ada peluang hadirkan kesenangan anak pada buku, yang nantinya ikut membiasakan dirinya pada membaca dan kemudian membaca jadi kecakapan penting bagi dirinya.
Sekali lagi, sudahkah mampir ke taman-taman bacaan masyarakat yang ada di kam pu tempat, dan ikut mendukung mereka?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H