Barda Hatta : Insos, Apakah Jalan Ini Membawamu Kembali ke Yelu?
"Saya sudah menulis tiga buku. "Insos" adalah buku terbaru yang saya tulis" ungkap Barda Hatta, anak muda yang berprofesi sebagia seorang tenaga kesehatan, sekaligus penulis. Buku terbarunya adalah sebuah karya fiksi yang bercerita tentang seorang perempuan dan juga beberapa saudaranya yang kuliah di Kota Makassar. Cerita dalam buku tersebut digerakkan oleh tokohnya, seorang perempuan yang punya kebiasaan unik. Dia suka mengamati jalan raya. Saat melakukan itu dia selalu bertanya.
"Ke mana orang-orangnya akan pergi?"
"Apakah di antara mereka saling memikirkan satu sama lain?"
"Perempuan yang kemudian meninggalkan tempat tinggalnya di Misool dan merantau untuk bersekolah ke Makassar. Apakah nanti dia akan kembali ke Misool, dan menjadi sebaik-baiknya perempuan yang merantau?" jawabnya.
Yelu juga menjadi salah satu setting tempat yang dirinya gunakan dalam menceritakan kisah Insos. Perjalanan merantau, kuliah, mengalami beragam hal di perantauan membentuk seseorang. Tetapi menjadi sebuah pertanyaan menarik bagi Barda, apakah Insos akan kembali ke pulau kecil tempat dia dibesarkan. Ini menjadi pertanyaan menarik bagi perantau.
"Saya percaya membaca dapat mengubah orang. Terlebih karakter yang digambarkan di dalam novel dekat dengan pembaca atau isu-isu yang diangkat sangat relevan dengan pembaca," lanjutnya. Seperti dirinya, dia  mulai suka membaca sejak 7 tahun lalu. Saat berkuliah di Kota Sorong, dia dipengaruhi secara tidak langsung oleh dua orang kakaknya. Sebab saat kuliah dulu, mereka pecandu buku. Di dalam rumah kos yang mereka tinggali banyak sekali buku, ada di mana-mana.
"Ada buku di ruang tamu, dalam kamar. Rasanya di mana-mana ada buku. Â Mereka tidak menyuruh saya membaca, Â ibaratnya tidak memaksa, tapi karena saya sering sekali melihat mereka membaca dan itu memantik ketertarikan saya" jelasnya.
Anak muda pembaca buku ini, adalah pengagum berat Pramoedya Ananta Toer. Saat saya tanya apa buku Pram yang paling disukainya "rasanya semua karya beliau saya sukai. Tapi kalau memilih, maka tetralogi Buru yang paling saya suka."
Barda merasa bahwa tidak satu pun orang hebat yang jauh dari buku. Sebut saja orang-orang hebat yang ada dan kita ketahui. "Tetapi memang, kebiasaan membaca itu tidak mudah. Itu sebabnya harus memulai dari sesuatu yang kita gemari, kalau suka sama teknologi maka baca buku tentang teknologi, yang suka sejarah baca buku tentang sejarah dan harus membaca  sampai tuntas"terangnya.
Hal ini menyebabkan banyak orang tidak mau membaca, karena mereka tidak pernah menyelesaikan pekerjaan membaca secara tuntas. "Padahal kalau menyelesaikan satu buku, maka kita akan mengetahui ide penulis secara keseluruhan dan itu memuaskan sebetulnya. Ini membuat kita termotivasi membaca buku yang lain dan seterusnya" pungkasnya.
**
Tentang Barda Hatta
Lahir dan dibesarkan di sebuah pulau di Raja Ampat, dan melanjutkan sekolah di Sorong, Papua Barat. Karyanya antara lain "Antologi Halaman Puisi" "Sisi-sisi Manusia" dan "Bulan Sabit di Langit." Ketiga buku ini adalah buku antologi bersama penulis lainnya. Buku terbarunya berjudul "Insos" diterbitkan Media Mapple Grup, dengan tebal 389 halaman. IG @barda-hatta (Dayu Rifanto)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H