Sebagai contoh, ada buku-buku yang bisa memberikan jalan keluar kepada pembaca untuk menemukan solusi saat menghadapi masalah. Seperti buku -- buku keagamaan; buku psikologi popular; dan buku -- buku seputar kesehatan dan masih banyak lagi.
Misalnya buku -- buku keagamaan yang bersifat perenungan dan nasihat juga buku psikologi popular  dapat menjadi wadah manusia mencari jalan keluar dari problem dan tantangan hidup yang dialami. "Itu sebabnya, ada pemeo  bahwa: "Sesama manusia tidak dapat dipercaya" (mungkin takut curhat kepada sesama), tulisan pada  buku -- buku sebagai salah satu sarana yang bisa memberi bantuan, jika kita dalam masalah dan memperkuat keberanian mental dan diri," terangnya lagi.
Kenangan pada membaca membawanya pada pengalaman ketika kelas 4 SD, saat Bapak mendaftarkannya untuk menjadi anggota perpustakaan daerah (dulu masih Kabupaten Jayapura). "Saya meminjam buku dengan judul"Oliver Twist."Selesai pinjam dan kami pulang naik taksi, saya membaca dalam perjalanan karena begitu penasaran akan ceritanya. Membaca dengan huruf yang serasa bergerak, pohon bergerak saya hampir saja muntah."
Buku ini kemudian ia pinjamkan pada teman, dan hilang. Padahal milik perpustakaan. Walau bukan contoh bagus, inimenjadi pelajaran penting baginya saat itu, bahwa kalau pinjam buku, jangan pinjamkan lagi dan harus ingat untuk dikembalikan.
Membaca adalah sebuah kebiasaan yang sangat penting, itu sebabnya ia memberi pesan bagi calon pembaca buku di mana saja, bahwa menyukai membaca tidak harus dari muda juga. Tetapi kalau sejak usia muda kita sudah memiliki ketrampilan dan menyenangi membaca, itu baik sekali dan  kebiasaan membaca harus terus dibiasakan.
"Membaca juga membuat kita belajar menjadi sabar dan mendorong kita  untuk menulis. Membaca juga membuka wawasan pengetahuan kita. Jadi, ketika kita bicara dengan orang 'nyambung' jika topik pembicaraan berbagai pengetahuan. Ketika kita mungkin suatu saat menjadi pembicara, atau diminta berpidato, pengetahuan kita luas, karena kita bisa berkontribusi pikiran dan ide dengan bahasa yang berkualitas dan 'berisi' karena kita mempunyai pengetahuan."
Dengan membaca kita juga mengasah juga imajinasi, seolah -- olah kita mengambil bagian sebagai tokoh atau orang -- orang yang ada dalam buku tersebut. "Bahkan ketika kita membaca buku dengan kisah ada pada negara atau kota, kampung tertentu kita seolah ada bersama dan di situ. Hal ini berbeda dengan saat ini kita menonton berbagai media sosial saat ini. Kita memang membaca, menonton tetapi kita tidak merasa ada imajinasi bersama di saat itu. Itulah membaca, kadang kita tenggelam di dalamnya. Buat saya, membaca adalah proses belajar yang tak pernah putus sampai mati," pungkasnya.
**
Tentang Rona Rumsarwir.
Ibu dari dua orang anak bernama Ray dan Helen ini adalah alumni FKIP UKSW dan Magister Pendidikan Bahasa Inggris UNCEN. Dia bekerja sebagai staf pengajar STFT GKI I.S Kijne Jayapura dan mengajar mata kuliah Bahasa Inggris Umum dan Bahasa Inggris Teologi. Telah bekerja selama 20 tahun lebih sebagai guru dan instruktur bahasa.
Berbagai tulisan tentang ketenagakerjaan, bahasa, sosial dan sosial keagamaan pernah dimuat Timika Pos; Suara Perempuan Papua, Berita Kita PTFI; CEPOS.