Mohon tunggu...
D. Rifanto
D. Rifanto Mohon Tunggu... Konsultan - Membaca, menulis dan menggerakkan.

Tinggal di Sorong, Papua Barat. Mempunyai ketertarikan yang besar pada isu literasi dan sastra anak, anak muda serta pendidikan masyarakat. Dapat dihubungi melalui dayurifanto@gmail.com | IG @dayrifanto

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Dewi Linggasari : Mengapa Saya Menulis?

4 Januari 2022   09:12 Diperbarui: 7 Januari 2022   21:19 965
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seketika saja saya teringat sebuah ungkapan "Man Jadda Wa Jadda" yang artinya barangsiapa bersungguh-sungguh, niscaya ia akan berhasil. Dan benar saja, kesungguhannya segera saja melabuhkan karyanya menjadi sebuah buku "Realitas di Balik Indahnya Ukiran' yang diterbitkan penerbit Kunci Ilmu.

Selayaknya perjalanan dimulai dari langkah pertama, buku perdana ini sambung menyambung dengan buku-buku lainnya : Yang Perkasa, Yang Tertindas (Bigraf, 2004), Pemilu di Mata Orang Asmat (Panwaslu Asmat, 2004), Asrama Putri (2005), Kapak (Kunci Ilmu, 2005), Zaman (2007), Istana Pasir (Kunci Ilmu, 2010), Menapak Jejak : 200 Kumpulan Puisi (2011), dan yang terbaru Menggambar Bintang (2020).

Buat Bu Dewi, Ahmad Tohari adalah penulis yang membuat dirinya bertanya hal penting yang mengubahnya. "Novel yang menginspirasi saya untuk mulai menulis adalah Trilogi Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari. Setelah membaca novel itu kemudian saya berpikir, kalau orang bisa menulis kemudian saya membaca. Mengapa bukan sebaliknya, saya menulis dan orang lain membaca ?" jawab Bu Dewi menjelaskan maksudnya.

Menurutnya, membaca akan menginspirasi kita pula untuk menulis. Walaupun tak serta merta sebuah tulisan akan hadir dengan mudah, begitu saja.

Ia mengingat ada ribuan kertas yang ia bakar sebelum novelnya berjudul 'Ronggeng,' 'Asrama Putri,' dan 'Sali' terbit. "Tidak boleh ada kata menyerah, selalu ada solusi dan jawaban untuk keinginan" begitu ungkapnya.

Dirinya terus menulis, mencuri waktu di sela-sela jam kerja, sampai yakin dengan naskah secara totalitas kemudian mencari penerbit yang tepat.


W A M E N A

honai itu
tampak seperti sekumpulan
jamur yang bersemi di musim
penghujan
dililit angin dingin sepanjang
tahun
diselimuti kabut
dijemput pelangi

aku ingin meneruskan
percakapan yang tertunda
karena hidup selalu digenangi
banyak cerita
selalu diterjemahkan bermacam bahasa

honai itu
masih bersemi bak sekawanan cendawan
ditaburi bunga seribu hari
berpagar rindu dan puisi
: aku ingin datang kembali
melanjutkan kisah yang terpenggal
yang menjadi renjana
dan berlari bersama duka

Agats-Asmat, 16 Januari 2010

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun