Mohon tunggu...
D. Rifanto
D. Rifanto Mohon Tunggu... Konsultan - Membaca, menulis dan menggerakkan.

Tinggal di Sorong, Papua Barat. Mempunyai ketertarikan yang besar pada isu literasi dan sastra anak, anak muda serta pendidikan masyarakat. Dapat dihubungi melalui dayurifanto@gmail.com | IG @dayrifanto

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Komik yang Ditulis dan Diilustrasi Anak-Anak di Papua

12 Desember 2021   11:29 Diperbarui: 17 Juli 2024   19:36 455
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto : Dayu Rifanto

Dari cerita dan kisah tersebut, tema flora dan fauna, cerita rakyat dan permainan anak adalah tema yang ditulis oleh paling banyak peserta lokalatih. Tercatat ada 30 cerita yang mengambil tema ini. Sedang yang paling sedikit menjadi tema besar dalam cerita adalah pakaian dan tarian.

Selain itu, buku ini merupakan gabungan dari adaptasi cerita rakyat maupun cerita rekaan yang ditulis oleh anak-anak SD. Bukunya cetaknya sendiri menggunakan kertas luks dan cover tebal, sehingga bukunya terlihat eksklusif.

Ada beberapa hal yang dapat kita katakan sebagai simpulan membaca buku ini, antara lain misalnya tidak kita temukan daftar isi yang dapat memandu bacaan kita. Juga ada cerita yang begitu mendominasi semisal tema Cenderawasih yang sampai lima peserta menulisnya. Belum lagi ada dua judul dan isinya yang mirip, kita bisa temukan di cerita tentang "Siasat Caadara" dan "Permainan Gici-gici."

Yang juga cukup menimbulkan tanya, adalah pemilihan judul "Kitorang bacarita". Di mana rasanya dialek "bacarita" lebih dekat digunakan di daerah Manado atau juga Maluku, tetapi rasanya tidak biasa kita dengar di Tanah Papua.

Walau begitu, secara keseluruhan buku ini menarik, sebab anak-anak menjadi penulis sekaligus ilustrator dari komik ini. Sobat pembaca tentu bisa membayangkannya, menulis saja tidak mudah, apalagi bisa sekaligus mengilustrasi cerita yang dituliskan tersebut.

Sumber : Dayu Rifanto
Sumber : Dayu Rifanto

Beberapa peserta menulis tentang rumah adat tradisional di Papua ada Honai, juga Karwari dan Kaki Seribu dalam tiga cerita yang berbeda membuat pembaca mendapatkan gambaran tambahan betapa beragamnya rumah adat di Papua.

Penggunaan dialek melayu Papua di beberapa cerita ikut membuat cerita ini terasa begitu dekat dengan kita di Papua. Dan tak kalah penting, betapa beragamnya tema yang dituliskan dalam cerita-cerita ini.

Akhir kata, semoga sobat pembaca nantinya berkenan membaca cerita anak-anak kita ini e.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun