Sebagai sebuah komunitas, "de Takas" bersifat terbuka, bisa menerima anggota dari berbagai fakultas, semua angkatan dengan latar belakang suku, agama berbeda.Â
Syarat masuknya yang longgar, juga tidak punya pengurus secara resmi, tidak berarti membuat kelompok ini pasif. Komunitas ini menciptakan legendanya sendiri, salah satunya melalui "Malam Sakura".
Malam Sakura
113 Halaman
Alex Runggeary
Indie Book Corner
Terbit 2018
Malam Sakura adalah sebuah malam dansa dansi, malam muda -- mudi yang berlangsung tepat di saat purnama yang begitu indah memesona. Di kala bunga -- bunga sedang bermekaran. Bunga yang pada saat itu dikenal dengan nama bunga sakura.
Malam Sakura begitu membekas bagi diri banyak orang, hingga pada pengantar buku ini kita dapat menemukan semacam testimoni "Pada pesta dansa kali ini, saya bertemu dan berkenalan dengan seorang kakak ganteng berkumis tipis dari Uncen... ia telah merebut hatiku."
Melalui memoar, kita, para pembaca diajak atau diundang untuk mengenal lapisan demi lapisan cerita sampai bisa jadi pada hal privat yang dibagikan oleh sang penulis, dan dari tulisan ini kita menjadi lebih mengerti tentang Alex Runggeary, yang menyebut dirinya sebagai Si Buta dari Gua Hantu.
Sebab, hanya satu matanya yang berfungsi baik, sedang yang satunya lagi hanya mampu menampilkan gambar -- gambar kabur. Dan ia, dengan sangat yakin merasa telah membaca lebih banyak buku dari orang lain, walau hanya dengan satu mata.Â
"Saya menyesal karena tidak menulis sejak muda. Tapi satu hal yang pasti, saya telah banyak membaca sejak muda. Itu modal dasar ketika mulai menulis pada waktu yang sangat terbatas. Modal ini ditambah dengan modal lain sejak muda - tak mudah menyerah"Â
Begitu yang tertulis pada profil di salah satu buku yang penulis tulis, dan mungkin itu menjawab betapa produktif, juga mudahnya sang penulis beralih dari menulis fiksi dan non fiksi, dampak dari kekuatan membaca.
Ada dua puluh satu bagian dalam cerita "Malam Sakura" yang bisa kita nikmati, mulai dari Hai, Hai, Siapa Dia?, Kuncup, Drop Out, Asrama, Bubur Kacang Hijau, Kisah Pisang Goreng, Sauris Goreng, Karate, Bahasa Inggris, Pacaran, Embun, de Takas, Cross Country, Gaya, Body Building, Pak Let, Surat Keputusan Rektor, Malam Sakura,-- sampai "Ujian Skripsi".Â
Pada beberapa bagian ceritanya, saya merasa terhubung dengan ceritanya, karena, rasanya ada ceritanya yang seolah saya juga mengalaminya, termasuk perasaan minder yang begitu hebat menghantam diri sang penulis saat pertama kali datang ke Jayapura, dan saya merasa pernah mengalaminya juga, ketika pertama kali tiba di Yogyakarta, untuk melanjutkan studi.