Dari hasil pencarian ini, akhirnya terkumpul juga koleksi bacaan anak berlatar Papua. Walau, rasanya begitu banyak buku anak berlatar Papua di luar sana yang belum saya dapatkan, atau belum saya ketahui.
Meskipun begitu, dari koleksi buku-buku yang ada sekarang, rasanya kita perlu mengenal tiga penulis bacaan anak yang berasal dari Papua. Beberapa di antaranya adalah C. Akwan, Wigati Yektiningtyas-Modouw, dan Margried Pondajar. Di luar sana, masih ada para penulis lainnya yang belum sempat saya tuliskan, semoga pada lain kesempatan waktu akan berjodoh pada saya.Â
Betapa beruntungnya saya, ketika tahun 2019 berkesempatan berkorespondensi dengan Bapak C. Akwan, salah seorang penulis sekaligus komponis dari Papua. Ia menceritakan salah satu kisah perjalanan kepenulisannya, hingga bukunya diterbitkan sebagai buku Inpres, pada akhir tahun 1970an.
Pada mulanya, ia belajar menulis di Sekolah Sambungan Putra berasrama di Miei, Wondama, tahun 1958. Sekolah sambungan adalah sekolah rakyat kampung dengan masa belajar tiga tahun, dan menerima murid-murid berusia paling kurang dua belas tahun, dari berbagai daerah di Papua yang lulus ujian masuk.
 Pelajaran menulis pun ia tingkatkan ketika kuliah di jurusan Bahasa dan Sastra Inggris, Universitas Satya Wacana (UKSW) di Salatiga, Jawa Tengah, tahun 1970-an. Majalah Morning Star terbitan mahasiswa Bahasa dan Sastra Inggris UKSW menjadi salah satu sarana menulis baginya, selain Topchords, majalah musik pop terbitan Salatiga dari pertengahan tahun 1970-an hingga awal 1980-an. Yanes, Penakut yang Menjadi Pemberani, karyanya diterbitkan BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1978. Dan oleh Departemen PDK Nasional di Jakarta, dicetak ulang sebanyak 500 ribu eksemplar dan masuk dalam penerbitan suatu proyek Instruksi Presiden (Inpres) serta disebarkan ke berbagai SD di Indonesia." Setelah itu, ia menulis "Ditawan Naga" sebuah buku kumpulan cerita rakyat Irian Jaya, yang terbit pada tahun 1992.
Selain itu ada Prof. Dr. Wigati Yektiningtyas, M.Hum, seorang pengajar pada FKIP Universitas Cenderawasih sejak tahun 1987. Kariernya diawali sebagai guru bahasa Indonesia bagi para ahli bahasa dari berbagai negara di Summer Institute of Linguistics Jayapura pada 1986-1987.
Hal ini yang membuatnya menaruh perhatian besar pada linguistik dan foklor di Papua. Beliau menyelesaikan seluruh pendidikan tingginya di Univeristas Gadjah Mada, yaitu Sarjana Muda Sastra Inggris (1981-1984), Sarjana Sastra Inggris (1984-1986), S2 Pengkajian Amerika (1996-1998), dan S3 Jurusan Ilmu Sastra (2004-2007). Ia menulis antara lain buku Burung Cenderawasih dan Burung Gagak (2011), Konamino: Asal Mula Anjing di Kampung Weriagar(2011), Pohon Mangi-mangi dan Pohon Masoi(2011), Kumpulan Cerita Rakyat Sebyar dan Sumuri (2011), Ebi dan Kandei (2018), Asal Mula Nama Kota Abepura(2018), Perjalanan Masyarakat Heram ke Danau Sentani (2018), dan Burung Kasuari dan Burung Pipit (2018).
Penelusuran lainnya membuat saya bertemu dengan salah satu penulis buku bacaan anak dari Manokwari, yang juga produktif. Yaitu Ibu Margried Pondajar, kelahiran Manokwari, Papua Barat.
Sejak lahir sampai bersekolah SD sampai SMA di Manokwari. Kemudian ia berkuliah di FKIP Universitas Cenderawasih-Jayapura dan melanjutkan pendidikan S2-nya di Universitas Negeri Surabaya dengan jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.